Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemerintah Jokowi Lembek, Kelompok Radikal dan Teroris Leluasa Adu Domba Bangsa

15 November 2015   20:08 Diperbarui: 15 November 2015   20:33 3047
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika diperhatikan, di Indonesia muncul gerakan-gerakan yang berupaya mengadu domba antar sesama anak bangsa. Ada beberapa modus yang mereka lakukan. Di antaranya, mengondisikan Islam di Indonesia sedang dalam posisi didzolimi, dibinasakan, disingkirkan. Metode ini tentu saja untuk membangkitkan perasaan senasib sepenanggungan dari sesama muslim di Indonesia untuk kemudian melakukan perlawanan. Bentuk propaganda ini bisa dilihat dalam puisi yang ditulis Nandang Burhanuddin yang salah satunya disebarluaskan oleh PKSpiyungan.org.  

Sama seperti puisi karya Anis yang menyemangati lagi konflik horizontal di Poso dan Ambon, puisi yang ditulis Nandang ini pun memropagandakan terjadinya konflik horizontal antara etnis China dengan etnis-etnis lainnya. “Akan kemana negeri 9 Wali diarahkan. Oleh kaum minoritas yang sok jagoan. Zaman Gusdur Gong Xi Fa Cai diresmikan. Kini penghancuran Islam ditargetkan” tulis Nandang. Puisi tersebut sejurus dengan teriakan “anti-asing, anti-aseng, dan anti-asong yang diteriakkan oleh KAMMI saat demo 20 Mei 2015 lalu. Keduanya semakin menguatkan bila ada kelompok yang terus-menerus berupaya menciptakan kerusuhan massal mirip peristiwa 1998.

Upaya memecah persatuan pun digencarkan ketika terjadi bencana asap. Ketika itu Jawa dan non-Jawa dibentur-benturkan. Mereka mengatakan kabut asap tidak akan dibiarkan pemerintah jika terjadi di pulau Jawa.  Dan, upaya itu tidak hanya sekedar dilancarkan di dunia maya, tetapi juga di dunia nyata.

Dalam satu tulisan di Kompasiana dilaporkan pada saat kedatangan Jokowi di Padang, diceritakan seorang kader PKS bernama Sutan Mangkuto mengambil kesempatan untuk melancarkan propaganda adu dombanya. Kata kader PKS tersebut, “Jokowi tu sebenarnya tidak suka dengan Sumatera Barat. Pada Pilpres tahun lalu kita sudah sama-sama tahu, Jokowi kalah telak di Sumatera Barat. Nan menang di nagari awak ini kan Prabowo. Itu sebabnya Jokowi malas datang ke Sumbar. Coba bayangkan Aceh sampai ke Papua tiap sebentar didatangi Jokowi. Tapi ke sini, baru sekali ini dia datang.”

Kader PKS (bukan institusi partainya) bukan satu-satunya kelompok yang gencar mengadu domba anak bangsa. Ada banyak kelompok lainnya, tujuannya jelas untuk menghancurkan NKRI yang kerap mereka sebut sebagai negara thagut. Jika diamati ada empat “pasangan kutub” yang tengah diadudombakan. Pertama pemerintah dengan rakyatnya. Kedua, antar etnis dan suku bangsa, Ketiga, antar pemeluk agama satu dengan yang lainnya, Keempat, antar penganut Sunni dengan penganut Syiah. Bisa dibayangkan apa yang dialami bangsa ini jika salah satu saja dari “pasangan kutub” itu berhasil dibenturkan.

Celakanya, pemerintah Jokowi-JK terkesan lembek. Pemerintah sepertinya tinggal diam dengan maraknya upaya adu domba antar sesama anak bangsa ini. Tidak jelas apa alasan pemerintah yang belum juga menindaknya. Apakah pembiaran ini merupakan strategi intelijen ataukah bentuk dari ketidakberdayaan pemerintah? Tapi, apapun itu, apakah bagian dari strategi intelijen atau ketidakberdayaan pemerintah, tetap saja suatu saat akan datang suatu peristiwa yang menjadi titik baliknya.

Pertanyaannya, apa titik baliknya itu? Apakah kerusuhan seperti di Ambon atau Poso? Apakah kerusuhan yang mirip peristiwa 98? Apakah konflik antar etnis seperti perang antara Dayak dengan Madura? Atau seperti yang terjadi di Libya, di Suriah, dan di negara-negara Arab lainnya di mana kelompok teroris pada awalnya dibiarkan berkembang?

Okelah, katakan pemerintah membiarkannya karena alasan tertentu. Tetapi, apakah pemerintah mengamati jika sekarang ini semakin banyak warganya yang mendukung terorisme. Hal ini terlihat dari munculnya pernyataan-pernyataan dukungan terhadap aksi teror di Paris dengan menyebut pelakunya sebagai mujahid. Maka, jika suatu saat pemerintah akan secara terbuka memerangi kelompok ini, pemerintah akan mendapat perlawanan keras. Dan, siapa yang menjadi korbannya kalau bukan rakyat Indonesia sendiri.

Sebelum peristiwa buruk itu benar-benar terjadi, tidak ada salahnya bagi pemerintah Indonesia untuk menjadikan serangan teroris Paris sebagai pelajaran.

 Sumber:

http://www.presstv.ir/Detail/2015/01/15/393145/Assad-blames-West-for-France-attacks

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun