Sejak “buka lapak” di Kompasiane lewat tulisan Pak Jokowi, Kapan Kenakan Batik Cerbonannya (Karena Sekarang Saya Pengeber Batik)?, saya mendapat pesanan bantik dari teman-teman. Umumnya teman-teman memesan batik motif Megamendung yang menjadi icon batik Cirebon. Menariknya, ada beberapa teman yang memesan batik motif Megamendung seperti yang nampak pada foto yang diunggah Kedutaan Besar Amerika di Jakarta. Pada foto itu nampak dua staff Blair House menggenakan batik motif Megamendung yang menurut Kedubes AS diberikan oleh Ibu Iriana Jokowi.
Motif Megamendung sudah ada sejak masa Sunan Gunung Jati. Motif batik ini menggambarkan deretan awan yang berarak di langit luas. Bentuk awan dalam motif ini digambarkan dengan lengkungan-lengkungan. Menurut tradisi, membatik motif ini harus diawali dari lengkungan terdalam lalu melebar membentuk lengkungan terluar, kemudian tanpa terputus kembali ke lengkungan terdalam. Bentuk lengkungan awan memiliki filosofi perjalanan hidup manusia dari rahim sampai kembali kepada penciptanya.
Sejak lama batik motif Megamendung memiliki banyak variasi. Kombinasi warna batik motif ini bermacam-macam. Ada yang hanya memiliki satu warna, misalnya biru. Merah, hijau, hitam, dan lainnya.Ada yang dua warna, seperti dengan memadukan warna merah dengan biru, warna coklat dengan kuning, dan masih banyak lagi. Ada pula yang memiliki tiga warna, biasanya warna ketiga adalah putih yang di antara lengkungan awan. Semakin banyak warna, termasuk gradasi, semakin banyak jumlah proses pencelupannya.
Pengrajin batik tulis Megamendung lebih banyak membuat corak yang paling banyak diminati, yaitu motif Megamendung dengan satu warna. Sedang untuk corak-corak tertentu pengrajin hanya membuat beberapa potong saja. Itulah kenapa tidak mudah mencari corak batik tulis sesuai yang diinginkan. Misalnya, untuk mendapatkan corak batik Megamendung dengan dua warna, yaitu merah sebagai langit dan biru sebagai awannya (Bangbiru) dibutuhkan ketelatenan untuk mengubek-ubek rumah pengrajin yang tersebar di daerah Trusmi dan sekitarnya. Jadi, corak Megamendung seperti yang dikenakan dua staff Blair House hanya ada jika dipesan.
Batik tulis Megamendung dengan kualitas baik umumnya dijual di toko-toko ternama di sekitar Trusmi, dijual ke kota-kota besar, atau diekspor ke berbagai negara. Di toko-toko yang berjajar di sentra batik Trusmi, harga batik bisa dua kali lipat atau lebih dari harga pengrajin. Sekalipun harganya bisa dua kali lipat, toko-toko di Trusmi tetap ramai oleh pengunjung. Sebab untuk mendapatkan batik langsung dari pengrajin tidaklah mudah. Ada tiga desa di sekitar Trusmi yang 60 % warganya bekerja sebagai pengrajin batik. Sekalipun jumlah pengrajinnya banyak, tetapi untuk mendapatkan motif dan corak batik tulis sesuai dengan yang diinginkan pembeli harus mendatangi beberapa rumah pengrajin.
Sebagai pengeber batik Cerbonan online yang kurang dari satu minggu berjualan, saya mendapat banyak pengalaman. Pertama, penjual batik online pastinya mengandalkan foto produk, sebaliknya pembeli pun meminati produk yang saya tawarkan dari foto yang saya tunjukkan. Setelah deal motif dan coraknya, saya datang ke pengrajin untuk menanyakan ketersediaan batik yang dipesan. Di situ saya melihat langsung kalau batik yang dipesan tersedia. Ketersediaan batik yang dipesan itu saya sampaikan ke pemesannya. Besoknya si pemesan mentransfer sejumlah uang. Tetapi, begitu saya datang lagi ke rumah pengrajin, batik yang saya pesan ternyata sudah ada yang membeli.
Ada juga pembeli yang memesan batik seperti foto yang dikirimkan kepada saya. Setelah saya ubek-ubek setengah Desa Kalitengah baru saya mendapat motif batik seperti yang dipesan. Sayangnya, kualitas batik yang saya temui di rumah pengrajin itu bisa dibilang kasar. Polesan warna putif pada kain batik tidak sehalus pada foto. Mau tidak mau besoknya saya blusukan lagi. Tapi, tetap saja saya tidak menemui batik yang saya cari.
Selain itu ada juga pengrajin yang menaikkan harga batiknya hanya selang sehari. Alasannya, kemarin ia salah menyebutkan harga batik. Masalahnya, saya dengan pembeli sudah mencapai kesepakatan soal harga.
Dari pengalaman itu saya jadi tahu kalau jual beli batik online membutuhkan komunikasi yang baik antara penjual dan pembeli. Penjual dan pembeli tidak bisa hanya deal soal motif dan harga, tetapi juga kualitas dan sebagainya. Jangan sampai begitu barang diterima pembeli, ternyata kualitasnya mengecewakan. Untungnya diawal-awal usaha saya ini, pemesan batik semuanya teman-teman kompasianer. Jadi, komunikasi sangat cair, malah santai dan lebih banyak “wkwkwkwk-nya”.
Kembali ke Ibu Iriana. Saya mengucapkan banyak terima kasih kerena telah mengenalkan motif batik Megamendung dalam kunjungan ke Amerika beberapa waktu lalu. Karena “promosinya” itu pertanyaan tentang batik Cerbonan kepada saya pun mengalir. Hal itu menjadi salah satu alasan saya menolak ajakan Kompasiana untuk jalan-jalan di Ubud, Bali. Sedang alasan utamanya, jarak antara telepon dari Kompasiana dengan jadwal keberangkatan terlalu mepet yang menyebabkan kemepetan saya dalam pencari utangan. Selain berterima kasih, saya pun ingin menyampaikan satu pertanyaan kepada Ibu Iriana, “Kapan Ibu menyusul teman-teman Kompasiana untuk memesan batik Cerbonan dari saya?”
Ke depan saya juga mau mengeber batik motif Ciwaringinan. Selain memiliki kekhasan motif sendiri, batik motif Ciwaringinan hanya dibuat dengan bahan pewarna alami. Dan, tidak seperti “saudaranya” batik Trusmi yang terkenal, motif batik Ciwaringinan belum banyak dikenal sekalipun motif ini juga telah mendunia.
Keterangan foto:
Foto pertama dari FP Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta.
Foto kedua dan ketiga dokumen pribadi penulis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H