Jika melihat Prabowo dalam persaingan antara China-Amerika Kita pasti teringat pada penyampaian visi misi Prabowo dan Gerindra dalam acara USINDO Washington Special Open Forum Luncheon. Diwakili oleh adik kandungnya Hashim Djojohadikusumo, Prabowo mengutarakan jika menjadi presiden, Prabowo tidak anti asing. Dalam forum tersebut Hashim menegaskan bahwa Prabowo adalah seorang capres yang pro-Amerika Serikat. Jadi, kalau mau dikait-kaitkan, jelas teriakan kebencian terhadap etnis China hanyalah imbas dari perseteruan geopolitik.
Sudah menjadi rahasia umum bila transisi di negara mana pun tidak akan lepas dari cawe-cawe negara lain. Negara asing itu cawe-cawe lewat agen-agennya. Konon menurut Ryamizard Ryacudu. Sewaktu masih menjabat KSAD, jumlah agen asing yang beroperasi di Indonesia mencapai 60 ribu Tentu saja jumlah sebanyak itu bukan cuma orang-orang bule, Arab, kulit hitam, atau bermata sipit, tetapi juga orang-orang yang ber-KTP Indonesia sendiri. Maka, tidak heran jika dalam Pilpres 2014 lalu pun negara-negara asing itu pun saling berlomba memenangkan capres pilihannya.
Kembali ke soal investasi China. China baru merealisasikan investasinya sebesar USD 75,1 juta untuk 200 proyek. Dan, proyek=proyek itu baru saja dimulai. Jadi ke depan investasi China akan lebih banyak lagi yang ditanamkan di Indonesia. Buah dari besarnya investasi China pastilah peningkatan hubungan bilateral antara RI dengan China. Dengan semakin meningkatnya hubungan RI-China, maka posisi Amerika pun menjadi terancam.
Untuk menjauhkan RI dengan China banyak cara yang bisa dilakukan, salah satunya merusak iklim investasi China di Indonesia. Pengkodisian adanya ancaman China digaungkan lewat isu eksodus TKA-nya bisa dibilang sebagai propaganda anti-investasi China di Indonesia. Pengkondisian ini lebih diperkeruh lagi dengan teriakan anti-etnis China oleh kelompok-kelompok anti-Jokowi yang berpotensi mengganggu stabilitas nasional. Di sinilah dua atau lebih kepentingan bertemu.
Tapi, sekalipun dua kepentingan atau lebih bertemu bukan berarti para kepentingan-kepentingan itu sudah janjian lebih dulu. Bisa saja mereka jalan sendiri-sendiri tanpa komunikasi apapun. Bisa jadi mereka cuma saling dompleng, berkonspirasi. Sama halnya dengan sekawanan orang yang menentang Ahok, sekalipun sebagian besar dari mereka merupakan pendukung Prabowo, bukan berarti Prabowo ikut-ikutan.
---
Sumber:
Investasi China Bakal Kian Bertambah di Indonesia
Ilustrasi: kabel.co.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H