Islam jadi bahan tertawaan! Ciyus?
Masih ingat tulisan yang menyebut kemenangan Foke atas Jokowi sudah ditulis dalam Al Quran 1433 tahun yang lalu. Tulisan itu disebarluaskan lewat selebaran, postingan di sosmed, dan lainnya ketika Pilgub DK putaran dua. Di Kompasiana tulisan yang menyebut janji Allah tentang kemenang Foke dalam Pilgub DKI tersebut diposting di http://politik.kompasiana.com/2012/08/03/kemenangan-foke-telah-tertulis-1433-tahun-lalu/ Sayang artikel yang diposting oleh Riza Gassner ini sudah tidak bisa lagi dibuka. Tetapi lewat Kaskus masih bisa diketahui isinya. http://archive.kaskus.co.id/thread/15791501/940#959
Dan ini salah satu paragrafnya:
Tanamkan kepada semua para pendukung yang terdaftar maupun yang sporadis, bahwasannya : kemenangan itu bukan hanya ada di dunia tetapi di akheratpun ada kemenangan walaupun kemenangan itu dalam konteks yang berbeda, yakni, kemenangan langsung dari Allah SWT yang diperuntukan bagi orang-orang yang beriman.
Berikut adalah janji Allah SWT yang tertulis dalam kitab-Nya yang terpelihara ;
Apa yang terjadi? Foke kalah. Logikanya, Al Quran juga salah. Atau Allah mengingkari janjinya sendiri. Parahnya lagi, Allah mengingkari janjinya sendiri kepada orang-orang yang beriman.
Karuan saja banyak yang tertawa dengan hasil pemilu yang tidak sesuai dengan yang tertulis dalam Al Quran. Termasuk saya sendiri. Bedanya saya tidak menertawakan Al Quran, tetapi orang-orang culun yang berkampanye dengan menjual ayat-ayat suci dengan sedemikian murahnya.
Yap, pada masa Pilgub DKI, pendukung Fauzi Bowo kerap menglaim sebagai orang yang beriman, sekaligus menuding pesaingan sebagai orang kafir, musuh Allah, laknatullah, musuh Islam, antek iblis, dan ini itu lainnya.
Miris memang, tapi itulah salah satu yang menonjol dalam Pilkada DKI tahun 2012 lalu. Lebih miris lagi kampanye dengan membawa-bawa itu dilakukan oleh orang atau kelompok yang dalam kesehariannya menampilkan simbol-simbol keislaman. Orang-orang yang saya sebut itu orang-orang yang menampilkan dirinya sebagai ummat muslim yang paling islami, paling kaffah, dan paling-paling yang berbau kemulian surga lainnya. Orang-orang yang saya maksud itu orangnya itu-itu saja, kelompoknya itu-itu juga...
Kalau mereka tampil sebagai muslim yang kaffah seharusnya mereka jadi panutan, jadi teladan, bukan jadi bahan tertawaan. Tapi, faktanya mereka memang layak untuk ditertawai dengan tampilan islaminya itu.
Kenapa?