Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Manuver Jokowi di Laut China Selatan Bikin AS Panas Dingin?

10 Juli 2015   17:33 Diperbarui: 4 April 2017   17:37 58990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi| Ilustrasi | Antara Foto/Asep Fathulrahman

Jokowi membawa Indonesia terkesan lebih mesra dengan China. Sikap Jokowi ini jelas berbeda dengan yang ditunjukkan presiden sebelumnya, SBY. Tentu saja sikap politik Jokowi ini menimbulkan konsekuensi positif-negatif bagi Indonesia. Lantas, apa yang sebenarnya disasar Jokowi?

Konflik Laut China Selatan semakin memanas. Baru-baru ini pesawat mata-mata Amerika P8-A Poseidon terbang di atas ketinggian 4500 meter di atas pulau yang diklaim milik China. Angkatan Laut China pun memberi peringatan yang membuat Menteri Pertahanan Amerika berang. Untuk menghadang China, AS semakin getol mencari dukungan negara-negara Asean.

Sementara itu hubungan militer AS-China sudah dibekukan sejak AS mendanai militer Taiwan pada 2011 lalu. Jika dikemudian hari terjadi perang, wilayah Asia Pasifik akan menjadi medan tempur habis-habisan. Tidak mengherankan bila sampai 2020 nanti AS telah menggeser kekuatannya ke Asia pasifik.

Bisa diperkirakan Indonesia bakal jadi pesakitan bila perang yang menyeret banyak negara itu benar-benar terjadi. Posisi Indonesia diumpamakan mirip pelanduk di tengah-tengah dua gajah yang sedang berkelahi.

Situasi saat ini dua “gajah” belum berperang. Keduanya masih meningkatkan persenjataan sekaligus pengaruhnya kepada negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Di kawasan ini AS telah membangun 13 pangkalan militernya. Namun demikian, AS masih memiliki lubang besar di kawasan ini. Dan lubang besar itu adalah wilayah Indonesia. Sebaliknya lubang besar ini merupakan nilai tawar bagi Indonesia.

Dengan keluaswilayahannya Indonesia memiliki posisi tawar yang tinggi, baik kepada AS maupun kepada China. Di sinilah Jokowi membawa Indonesia bermanuver di atas Laut China Selatan. Jokowi mendekati China untuk mengusik kecemburuan Amerika dengan membuka peluang kerja sama kepada China. Tetapi Jokowi pun harus pandai, kapan harus mendekati kepada China, kapan harus mendekati kepada AS. Dan yang paling penting, apa yang harus didekati dari kedua negara tersebut demi kepentingan nasional.

Melihat kemesraan Indonesia dengan China, memaksa AS memasang mata dan telinganya lebar-lebar. AS tidak mau kehilangan Indonesia. Maka dalam perpanjangan izin Freeport, mau tidak mau perusahaan asal Amerika ini menuruti permintaan yang disodorkan Indonesia. Buntutnya Freeport melepas lahan garapan dari 212.950 hektar menjadi 90.360 hektar.

Sebenarnya Jokowi telah menunjukkan sikapnya kepada AS sejak sebelum masa kampanye Pilpres 2014. Jika pada 2003, setahun sebelum Pilpres 2004, SBY memberi isyarat mendukung AS dengan mengatakan "I Love United States with all its faults. I consider it my second country". Sementara pesaing SBY, Amien Rais mengaku mendapat tawaran dana dari Paul Wolfowitz.

Demikian juga dengan Prabowo. Lewat adik kandungnya Hashim Djojohadikusumo, Prabowo menyampaikan visi misi Prabowo dan Gerindra dalam acara acara USINDO Washington Special Open Forum Luncheon. Dalam pertemuan di USINDO Hashim dengan tegas mengatakan jika menjadi presiden, Prabowo tidak anti asing. Menurut Hashim, Prabowo adalah seorang capres yang pro-Amerika Serikat.

"Prabowo adalah lulusan dari sekolah Amerika. Prabowo pro-Amerika," kata Hashim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun