Fadli Zon kembali nyinyir. Dibilang nyinyir karena penyair kondang itu bicara asal tanpa didukung informasi yang memadai. Tidak jelas apa yang sebenarnya dinyinyiri oleh Fadli, mobil untuk Konverensi Asia Afrika atau mobil RI 1. Tapi, meski mengaku tidak tahu asal usulnya, Wakil Ketua DPR ini tetap bersuara.
“Saya tidak tahu darimana asal mobil tersebut, apakah dibeli, disewa, dihibahkan atau darimana. Yang jelas mobil tersebut sungguh bagus sekali dan sangat mewah. Kalau ini dibeli dari uang negara tentunya ini akan menyakitkan hati rakyat yang saat ini harus menghadapi kehidupan yang berat akibat kenaikan BBM dan lain-lainnya,” ujar Fadli kepada wartawan di Gedung Parlemen di Jakarta di sela-sela konferensi parlemen Asia Afrika, Kamis (23/4/2015).
Lho, Wakil Ketua DPR kok tidak tahu soal asal usul mobil yang dipakai kepala-kepala negara selama KAA atau presiden. Bukannya sebagai wakil rakyat ia seharusnya mencari tahu dulu, dan setelah mendapat informasi baru kemudian bicara. Kalau itu yang dilakukan barulah Fadli disebut sebagai wakil rakyat yang kritis. Tetapi, kalau tidak punya informasi tapi sudah bicara, apa bedanya Fadli dengan para kader dakwah yang sejak semalam gencar men-share komentar nyinyir Fadli.
Kalau untuk urusan KAA, apa Fadli tahu kalau setiap negara menggelar hajat dengan mengundang banyak kepala negara, tuan rumah menyediakan kendaraan bagi setiap kepala negara yang hadir? Dan ini bukan hal yang baru. Di masa Soeharto, setiap kepala negara yang menghadiri forum internasional semacam KTT disediakan kendaraan. Pada salah satu ajang internasionalnya, kendaraan yang disediakan bermerek Volvo. Dan, setelah forum internasional itu berakhir kendaraan-kendaraan itu dilelang. Maka muncullah istilah mobil eks-KTT.
Untuk KAA, negara memfasilitasi tamunya dengan 42 unit Mercedes-Benz model E 400 AMG. Semuanya baru dengan status pinjaman gratis dari PT Mercedes-Benz Indonesia (MBI). Sama seperti di era Soeharto, kendaraan-kendaraan ini akan dilelang dengan harga Rp 1,269 miliar (off the road). Tentunya bila Mercy eks-KAA ini nanti akan dijual, maka akan berstatus sebagai mobil seken dan ada diferensiasi dengan harga baru.
Dan, kalau untuk mobil kepresidenan yang digunakan Jokowi, bukankah sudah diberitakan sebulan yang lalu. Tetapi mobil Mercedes-Benz S600 Pullman Guard Limousine baru digunakan presiden pada KAA.
Mobil yang digunakan Jokowi kalau mengikuti standar international tentunya adalah mobil tahan peluru. Mobil ini dirancang khusus dengan aspek dan fitur-fitur perlindungan ekstra dibanding mobil pada umumnya. Bodi bajanya mampu menahan senjata militer kelas kecil, seperti pistol, granat, dan bahan peledak lainnya. Fitur pelindung lainnya antara lain ban run-flat, serta tangki bahan bakar yang secara otomatis mengunci dan sekaligus memadamkan api. Mobil baja ini dibandrol di atas Rp. 6 miliar.
Mungkin banyak yang terfokus pada mahalnya harga mobil anti peluru ini. Memang Rp 6 milyar sangat mahal. Tetapi, jauh lebih murah ketimbang mobil kepresidenan yang digunakan oleh Presiden SBY. Bayangkan hanya untuk mengganti kaca belakang mobil kepresidenan yang anti peluru, negara harus menyediakan lebih dari Rp704 juta. Dan itu baru kaca belakangnya saja, belum sama pentil-pentilnya..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H