Mohon tunggu...
Nurul Anwar
Nurul Anwar Mohon Tunggu... Freelancer - Citizen Journalism | Conten Writer | Fasilitator | Pekerja Sosial |

Menulis seputar Lifestyle | Ulasan | Refleksi | Opini dst.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Cerita Pengalaman Training Fasilitator di Kemendikbud

2 Juli 2024   06:42 Diperbarui: 2 Juli 2024   12:00 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penghabisan sesi./dokpri 

Akhir bulan Mei lalu saya mengikuti pelatihan fasilitator Ruang Perjumpaan Siswa Bineka yang digelar Kementerian Pendidikan dan Budaya (Kemendikbud) di bilangan Jakarta Pusat. Satu kesenangan tersendiri, pasalnya sudah lama saya tidak kembali belajar soal pola-cara dan turun sebagai fasilitator. Terakhir, kalau tidak salah ingat September lalu.

Kemendikbud melalui Pusat Penguatan Karakter mempunyai tujuan menciptakan ruang belajar yang aman, nyaman serta menyenangkan. Ketiga hal barusan mustahil terjadi jika di dalam sekolah masih terdapat kekerasan. Ruang Perjumpaan Siswa Bineka hadir untuk itu. Mendidik karakter serta mengenalkan kepada siswa perbedaan-perbedaan yang ada.

Mula-mula saya diberi materi soal perkembangan remaja dan prinsip dasar fasilitasi anak remaja oleh bu Harla. Wawasan soal perkembangan remaja semakin membuka mata saya lebar-lebar bahwa memang  begitu cara kerja dan implikasi tumbuh kembang bagi remaja. Misalnya, aspek perkembangan fisik, pikiran, hingga sosial-emosi. 

Sehingga saat mengetahui hal barusan, harapnya pola dan cara pendekatan yang dibawakan oleh fasilitator tidak asal sembarang. Sebabnya, dalam memfasilitasi remaja ada beberapa prinsip yang perlu dipegang kuat-kuat. Misalnya, menguasai materi, mengamati konteks, tidak menekan, tidak judgemental dst. Apalagi memfasili anak remaja sekarang yang serba gen-z, ada tantangan tersendiri.

Canva
Canva

Hal lainnya yakni pola berkomunikasi, bagi saya ini satu hal perlu diberi perhatian khusus. Lah bagaimana tidak, memfasilitatori Gen-z khususnya pelajar SMA dan SMK tidak boleh seenak jidat. Alih-alih berkomunikasi dengan baik dan memberi kesan yang nyaman, malah sembrono. Gak gitu, pelajar hari ini peduli sama soal-soal mental health, toxic relationship dan sejenis lainnya. Itu sebabnya komunikasi asertif menjadi perlu.

Sesi lainnya, bareng ka Gading serunya gak ketolongan, ampun bang. Ada banyak hal yang dapatkan seperti keseruan ice breaking, sinyal-sinyal, dan ragam tepuk tangan serta pancaran kegembiraan dan penerimaan yang menyembul di mana-mana. Dari pertama sesi, sesi refleksi hingga di meja makan pun aura keakraban ka Gading masih kental terasa.

Jujur saja, dari beberapa pelatihan yang pernah saya lewati, ini yang paling pecah, cetar banget. Memang begitu adanya kerja-kerja sebagai fasilitator. Ia menjadi dan membuka jalan, menjembatani hingga sampai ke tujuan. Sikapnya lentur tidak kaku. Pendek kata, fasilitator sama berarti arsitek, pilot dan pemandu.

Di beberapa momen misalnya, ketika ka Gading meminta menunjuk ke salah satu peserta dengan random, tiba-tiba menunjuk ke orang yang baru masuk ke ruangan dan lalu dikembalikan lagi kepada ka Gading. Dia bilang, "agar fokusnya kembali ke saya" kira-kira begitu. Bagi saya ini poin tersendiri, antara sebentar saya bergumam "ah gini to polanya, mengalihkan dan mengembalikan fokus". 

Kerja-Kerja Fasilitator

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun