Mohon tunggu...
Nurul Anwar
Nurul Anwar Mohon Tunggu... Freelancer - Citizen Journalism | Conten Writer | Fasilitator | Pekerja Sosial |

Menulis seputar Lifestyle | Ulasan | Refleksi | Opini dst.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kesehatan Mental dan Beban-beban Pikiran

3 Juni 2024   08:14 Diperbarui: 3 Juni 2024   08:33 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjaga dan merawat mental hari ini agaknya menjadi satu bagian penting dari hidup. Ada banyak faktor mengapa mental kita menjadi buruk, lingkungan sosial, ekonomi, kerja, dan stigma.

Lingkungan kerja umpamanya, andai kita bekerja dan memiliki atasan yang toxic, sebentar-bentar kena bentak, penuh tekanan sudah barang tentu selain fisik kita cape, pikiran atau mental pun kena dampaknya.

Belum lagi terkait lingkungan sosial yang toxic parah, ini semakin membuat mental kita remuk habis-habisan. Misal, sekali waktu kita disepelekan atau dijatuhkan di tengah keramaian. Bagi orang-orang yang tidak terbiasa, hal barusan berdampak bagi mentalnya.

Kesehatan Mental hari ini menjadi poin pembicaraan orang banyak, semakin banyak orang peduli dengan kesehatan mental kiranya akan semakin baik lingkungan yang akan tercipta. Mental yang buruk tentunya akan berpengaruh pada kesehatan tubuh dan produktivitas lainnya. Karenanya, menjaga dan merawat mental menjadi penting.

Pikiranmu Adalah Cerminan Dirimu

Selain kita menjaga mental dari faktor luar, kita juga perlu menjaga mental dari faktor dalam. Artinya, mengolah pikiran dan perasaan kita menjadi bagian penting tersendiri.

Sebagian dari kita, terkadang terlalu berlebihan dalam memikirkan suatu hal, atau berpikir negatif. Ini juga yang kadang, malah secara perlahan membunuh mental kita sendiri, tanpa disadari. Hal-hal ini seharusnya dapat diatasi dan mitigasi sedini mungkin.

Berpikir negatif dapat diartikan dengan pikiran apapun yang terkait dengan sisi emosional destruktif, baik berupa kemarahan, kecemasan, depresi, hingga rasa pesimis. Contohnya, selalu merasa gagal, merasa tidak berharga dan kecewa pada diri sendiri.

Canva.com
Canva.com

Kiranya kita dapat mengkategorikan tiga ciri pikiran negatif.  Pertama muncul otomatis, misalnya, kita kadang berpikir negatif kepada dosen kalau nanti kita akan diberi nilai jelek. Pikiran tersebut muncul begitu saja saat sebelumnya kita berlaku kurang sopan kepada dosen. Itu muncul begitu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun