Mohon tunggu...
Nurul Anwar
Nurul Anwar Mohon Tunggu... Freelancer - Citizen Journalism | Conten Writer | Fasilitator | Pekerja Sosial |

Menulis seputar Lifestyle | Ulasan | Refleksi | Opini dst.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Islam Kemodernan dan Keindonesiaan dalam Sorotan Cak Nur

7 Mei 2022   20:32 Diperbarui: 7 Mei 2022   20:36 2372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Peradaban dunia secara naluriahnya akan terus bergerak, melaju dan menemukan bentuknya yang terbaru. Tak terkecuali manusia, yang di dalamnya ikut serta meramaikan putaran roda perkembangan dunia. 

Roda perkembangan dunia, dalam ungkapan lain bisa dikenali dengan sebutan modernisasi. Seperti yang kita sadari bersama, menjelang pergantian dasawarsa 60-an, bangsa Indonesia tengah menyentuh dan mengenali derap laju modernisasi.

Indonesia, termasuk sebagai bangsa yang ketinggalan dalam menerima proses modernisasi, seperti apa yang dicatat oleh Dawan Raharjdo, bangsa Indonesia sebagai "penumpang gerbong terakhir" dalam menerima dan membuka diri terhadap arus modernisasi.

Buku Islam Kemodernan dan Keindonesiaan adalah kumpulan tulisan Nurcholis Madjid yang berceceran dibanyak tempat. Hematnya, buku ini merupakan pantulan pemikiran-pemikian Cak Nur sejak rentang tahun 60-an hingga 70-an. Tema-tema yang dibawakan Cak Nur seperti Islam dan Keadilan Sosial, Pola Pendidikan Modern, Masyarakat di tengah Industri, dsbg. 

Termasuk di dalamnya adalah sorotan dan pandangan Cak Nur terkait proses modernisasi yang tengah mengharu-biru kala itu. Gagasan-gagasan yang dilontarkan Cak Nur secara tidak sengaja menggelinding menjadi polemik di tengah para cendekiawan Islam Indonesia seperti, Islam Yes, Partai Islam No, Modernisasi dan Pembaruan Pemikiran Islam, Sekularisasi dsbg.

Pembaruan Pemikiran Islam

Seperti yang telah disinggung di atas, roda kehidupan akan terus berkembang dan bergerak maju, ia tidaklah berhenti. Dunia akan terus bergerak dan mencari bentuk yang paling sempurna dalam berkehidupan, apapun itu spektrumnya. Sudah barang tentu, akibat itu, dinamika kehidupan yang berkembang (modernisasi), berkembang pula pemikiran dalam Islam. 

Singkat kata, di dunia Islam, telah muncul pemikiran dan gerakan yang berusaha untuk mewujudkan sintesis antara Islam dengan peradaban modern dengan meninjau kembali ajaran-ajaran Islam dan menafsirkannya dengan interpretasi baru. Kenyataan ini dapat ditengarai oleh kehadiran sosok-sosok tokoh Fazlur Rahman, Sayyid Hosein Nasr, Hasan Hanafi, dan Abdurrahman Wahid hingga Nurcholish Madjid misalnya.

Dalam essainya, (Keharusan Pembaruan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Umat) Cak Nur merasa gelisah lantaran umat Islam, khususnya di Indonesia telah mengalami kejumudan kembali dalam pemikiran dan pengembangan ajaran-ajaran Islam, dan kehilangan daya "tonjok psikologis". Cak Nur melihat, pada waktu itu, umat Islam masih berada dalam ketinggalan yang lalu tidak merasa sadar diri.

Untuk itu, Cak Nur menawarkan sebuah gagasan agar bagaimana umat Islam, dalam perjalanannya mau dan ikut serta mengupayakan agar menjadi umat yang membuka mata akan realitas yang ada. Gagasan yang dilontarkan oleh Cak Nur antara lain adalah: Sekularisasi, Kebebasan Berfikir, dan Sikap Terbuka.

Bagi Cak Nur, sekularisasi ditunjukkan bukan untuk penerapan "Sekularisme". Sekularisasi yang digagas oleh Cak Nur adalah agar umat Islam mampu membedakan mana yang semestinya persoalan duniawi dan mana yang ukhrawi, atau meminjam ungkapan Cak Nur "Menduniawikan nilai-nilai yang sudah semestinya bersifat duniawi, dan melepaskan umat Islam dari kencenderungan untuk meng-ukhrawikannya".

Sementara kebebasan berfikir merupakan anjuran Cak Nur berikutnya, dengan adanya kebebasan berfikir dan dilandasi dengan keeimanan yang mantap akan memunculkan ide-ide yang baru untuk merespon atau memberi solusi atas persoalan yang tengah dihadapi. Menurut Cak Nur, betapa pun aneh (ide/gagasan) kedengarannya di telinga, haruslah mendapat jalan untuk dinyatakan. Tidak jarang, dari ide-ide dan pikiran yang semula dianggap salah dan palsu itu, ternyata kemudian benar.

Adapun soal sikap terbuka dengan jelas Cak Nur menyandarkan gagasan ini kepada ungkapan ulama "Seyogyanya kita tidak merasa malu menerima dan menjaga suatu kebenaran dari manapun ia berasal, meski dari bangsa-bangsa yang jauh dan berbeda dari kita". 

Cak Nur menilai, "Sikap terbuka merupakan salah satu tanda bahwa manusia memperoleh petunjuk dari Allah, sedangkan sikap tertutup sehingga berdada sempit dan sesak bagaikan orang yang beranjak ke langit, merupakan salah satu tanda kesesatan". 

Modernisasi dalam sorotan Cak Nur

Cak Nur sapaan akrabnya, memandang modernisasi sebagai suatu gagasan yang memiliki tarikan nafas yang sama dalam ajaran Islam. Namun sebelum itu, ada baiknya terlebih dahulu menegaskan bahwa, menurut Cak Nur, modernisasi sangat identik dengan rasionalisasi. 

Rasionalisasi berarti proses perombakan pola berfikir dan cara kerja yang lama yang tidak akliah (arasional) menjadi akliah (rasional). Dalam hal ini kaitannya adalah ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan tidak lain merupakan hasil penemuan manusia atar hukum-hukum alam yang material. Singkatnya, modernisasi adalah upaya memaksimalkan rasional.

Bagi umat Islam, modernisasi bukan lagi menjadi hal yang baru, misalnya dalam Al-Quran tercatat sebagai berikut: 

                "Allah menciptakan seluruh alam raya untuk kepentingan manusia, kesejahteraan hidup dan kebahagiaannya, sebagai rahmat dari-Nya. Akan tetapi, hanya segolongan manusia yang berfikir atau berasional yang akan mengerti dan kemudian memanfaatkan karunia itu" (QS. 45:13).

                "Karena adanya perintah untuk mempergunakan akal-pikiran (rasio) itu, maka Allah melarang segala sesuatu yang menghambat perkembangan pemikiran, yaitu terutama berupa warisan membuta terhadap tradisi-tradisi lama, yang merupakan cara berfikir dan tata kerja generasi sebelumnya" (QS. 2:170).

Lebih lanjut Cak Nur menjelaskan, modernisasi berarti berfikir dan bekerja menurut fitrah dan sunatullah yang haq. Sunnatullah telah mengejawantahkan dirinya dalam hukum alam, sehingga untuk menjadi modern, manusia harus mengerti terlebih dahulu hukum yang berlaku dalam alam. Pemahaman manusia terhadap hukum alam, melahirkan ilmu pengetahuan, sehingga modern berarti ilmiah. Dan ilmu pengetahuan diperoleh manusia melalui akal rasionya, sehingga modern berarti ilmiah, berarti pula rasional.

Meski modernisasi adalah upaya untuk memaksimalkan fungsi rasio agar menemukan ilmu pengetahuan-pengetahuan terbaru untuk kehidupan manusia, Cak Nur telah memperingati satu hal yakni, ke-relevansian atas peran modernisasi tersebut terhadap realitas zaman yang ada. Cak Nur memandang, bisa jadi sesuatu yang dianggap modern, dapat dipastikan menjadi kolot alias tidak modern lagi di masa yang akan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun