Mohon tunggu...
Nurul Anwar
Nurul Anwar Mohon Tunggu... Freelancer - Citizen Journalism | Conten Writer | Fasilitator | Pekerja Sosial |

Menulis seputar Lifestyle | Ulasan | Refleksi | Opini dst.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengalaman Menggondrong: Sebuah Catatan di Masa Orde Baru

31 Juli 2021   10:14 Diperbarui: 31 Juli 2021   10:35 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


 Menjelang lebaran Idul Fitri kemarin, setelah panjang tarik ulur-tawar menawar sama emak bapak, tur digelayuti perasaan uda gabetah ganyaman, akhirnya saya putuskan untuk mencukur rambut yang gondrong, terhitung, 'seingat saya' niatan menggondrongi rambut sejak mula-mula C-19 menular di Indonesia. Mayan lama juga lah. ehe.

 Bagi sebagian kalangan orang tua ada yg ngebolehin anaknya berambut panjang/gondrong, sebagian lain ngelarang sama sekali, intinya 'jangan', atau gini terkesan membiarkan, yudalah cape ngomongin nya.
Saya termasuk dibagian yg terakir. Pikir saya, sesekalilah biar pernah ngalamin gondrong. Alhamdu berhasil. Kalian yg mana? Haha,

 Mode rambut gondrong, tidak jarang dilabeli negatif kriminil, urak-urakan, garapih dsbg ini gak bisa ditolak, biarpun ga semuanya ngelabeli gitu. Faktanya, yg gondrong" itu barangkali biar keliatan meng-aktivis beneran, ato ikutan tren mahasiswa masa" kritis, bisa juga biar makin keliatan gantengnya. Ini semua soal selera dan persepsi tiap sudut, bebas.

 Jauh sblum saya gondrongin rambut, ternyata ditahun 60-70, rambut gondrong pernah jadi satu hal menakuti, dikawatirkan, meresahi sosial. Saat itu Orba 'Suharto' dengan kekuatannya, membuat pemerataan aturan pelarangan rambut Gondrong. alasannya agar sesuai dg kepribadian bangsa.

 Bgini, rampungnya orde lama menandakan masuknya babak baru, Orde baru. Suharto dengan orbanya mendengungkan pembangunan ekonomi. Sektor-sektor ekonomi ia benahi, antara lain dg  membuka selebar-lebarnya pemodal asing agar berinves ditanah Indo. Bersamaan dgn ini, budaya asing tidak dapat ditolak kehadirannya.

 Budaya asing yg negatif inilah, yg mengkhawatirkan menulari dan sudah tejadi dikalangan pemuda-pemudi tanah air. Berupa sikap apatis, gatau diri, males"an dan bodoamatan, konsumsi obat-obatan. ini ditengarai dengan pemuda-pemudi yg berambut gondrong dan berpakaian urak-urakan. Sebab inilah pelarangan gondrong diberlakukan.

 Tidak tanggung-tanggung, aparat negara 'AD' dikerahkan untuk merazia pemuda yg berambut gondrong dijalan raya. dicukur paksa ditempat. ini terjadi di kota-kota besar Bandung, Jogja, Jakarta. tidak berhenti disitu, warga yg berambut gondrong, dicuri-dibatasi hak-hal sosialnya, seperti tidak mendapati pelayanan buat SIM, KTP, surat perizinan, kemana-mana disusahin. Bahkan, di Tegal taun 73an warga yg kedapatan gondrong didenda 6k. Chaaaaks

 Seolah belum cukup, Orba dengan sengaja 'lewat medianya' mencitrakan gondrong itu orang-orang kriminil, si Pandir yg mencemaskan. Ini bisa kita lihat dari judul" berita yg berserekan saat itu, seperti (6 Pemuda gondrong memperkosa wanita, 5 Pemuda gondrong minum" miras dsbg) judul brita bgini lumrah terjadi, singkat nya rambut gondrong itu meresahkan masyarakat. Yaw wkw.

Dijakarta taun 68nan, Gubenur Ali Sadikin perintah langsung, berantas pemuda gondrong. "Paling tidak tgl 31 Januari rambut gondrong sudah terselesaikan" tandas Ali Sadikin. Di luar Jawa, sampai" dibuat tim khusus pemberantasan rambut Gondrong.
 
 Bgitu kira kira gambaran tipis dari buku "Dilarang Gondrong praktik kekuasaan orba terhadap anak muda awal 70an" Orba dengan kebijakannya yg menggelitik nalar.

Ditempat lain, terkait ini Nurcholish Madjid alias Cak Nur juga menulis esai di bukunya Islam Kerakyatan dan KeIndonesiaan dengan judul "Gondrong sebuah Keistimewaan"

Era sekarang tidak ada pelarangan gondrong oleh negara, yang ada, yang rapih dan berdasi menyunati uang uang negara.
Saat temen-temen negabaca tulisan ini, sya lagi rindu nyari kunciran rambut.

Selamat menggondrong, Merdeka. Uda pernah ngalamin gondrong.
Hidup, merdeka pemuda Gondrong,!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun