Alasan keempat WFH adalah "Quiet" alias suasana tenang, yang dipilih oleh 34,2 persen responden. Tetapi rasanya ini relatif dan kurang relevan bagi pegawai yang memiliki anak-anak balita atau yang tempat tinggalnya kerap dilalui kendaraan bermotor.
Tapi secara umum, WFH memang lebih memberikan ketenangan dan terbebas dari suara-suara yang kerap mengganggu konsentrasi bekerja. Tidak ada teman yang berbicara lewat telepon dengan suara keras di kubikelnya, tidak ada suara obrolan teman, tidak diusilin teman, tidak ada suara dering telepon, atau pun suara mesin fotokopi.
Berikutnya alasan kelima WFH adalah "More time with friends/family"atau ada lebih banyak waktu bersama teman atau pun keluarga. Alasan ini dipilih oleh 34 persen responden.
Bagi pegawai yang memiliki anak, masa-masa WFH memberikan hikmah ketika orang tua bisa lebih dekat dengan anak-anak mereka. Para pegawai bisa beraktivitas dengan anak-anak mereka sebelum membuka laptop jam delapan teng.
Ketika lunch break, mereka bisa memasak makan siang sendiri atau pesan makanan lewat layanan pesan-antar makanan. Setelah makan siang, ada banyak aktivitas yang bisa dilakukan selama WFH yang tidak mungkin bisa dilakukan ketika bekerja di kantor. Misalnya, bermain bersama anak-anak atau mungkin tidur siang bareng mereka, sebuah kesempatan parenting yang cuma bisa dilakukan di akhir pekan.
Alasan keenam orang lebih menyukai WFH adalah "Fewer meetings" aatau lebih sedikit meeting atau rapat kantor. Sebanyak 17,3 responden mencentang alasan ini.
Saya pribadi sepakat dengan alasan ini. Menurut saya, rapat secara daring lebih fokus dan to the point daripada rapat secara fisik yang dilakukan di meeting room kantor. Diskusi lebih lanjut mengenai proyek atau pekerjaan tertentu bisa dilakukan lewat email, messenger atau aplikasi tertentu.
Apakah pegawai Indonesia pengin WFH juga?
Sejauh ini rasanya belum ada riset tentang WFH yang komprehensif seperti yang dilakukan oleh WFH Research tersebut. Tetapi data dari Pacmann rasanya bisa memberikan gambaran.
Pacmann mengamati percakapan orang Indonesia mengenai WFH mulai Maret 2020 hingga Desember 2022. Nah, dari 1,07 juta percakapan tentang WFH, ada 45,68 persen cuitan yang bernada negatif, lalu ekira 39,69 persen cuitan bernada positif, dan 14,64 lainnya cenderung netral.
Informasi dari Pacmann tersebut melampirkan sejumlah cuitan bernada positif, negatif dan netral. Cuitan bernada positif misalnya WFH membuat hemat BBM dan WFH jadi hemat ongkos perjalanan dan makan.