"Tias... Belum tidur?" tanya Biyan yang berusaha mengatur nafasnya.
Tias berdiri di depan kamar membawa secangkir teh panas. Asapnya masih mengepul, menyebarkan aroma wangi teh yang nikmat.
"Aku nggak bisa tidur, Yan. Aku tadi pengin ngobrol sama Katy sampai aku mengantuk, tapi sepertinya dia sudah tidur. Ngobrol sama Sara, emmm... tahu sendiri kan dia lagi ngambek," jawab Tias.
"Lho, tadi Budi bilang mau ajak kamu jalan-jalan," kata Biyan.
"Iya, tadi Budi ke kamarku, ngajakin explore hotel ini. Mumpung sepi katanya. Aku sih oke aja karena susah tidur. Siapa tahu habis jalan-jalan, aku baru bisa tidur," ujar Tias.
"Eee, betewe aku bisa join nggak?" tanya Biyan penuh harap.
"Eee, sepertinya enggak. Sorry. Kayaknya dia mau ngobrolin sesuatu juga, sih. Tentang... Tentang hubungan kita," jawab Tias sambil menunduk malu.
Biyan salah tingkah, menggaruk kepalanya dengan tangan kanannya walaupun sebenarnya tidak gatal. Sesaat Biyan terpesona dengan kecantikan Tias. Meski riasan Tias terlihat agak berlebihan yang membuatnya tampak menor, kecantikan Tias yang tersembunyi di balik riasan itu tampak jelas di mata Biyan.
"Owwh... Have fun aja deh kalo gitu," kata Biyan datar. Sebenarnya ia agak kecewa tetapi ia berusaha menyembunyikan perasaannya.
"Oh ya, tadi pas Budi ke kamarku, aku lagi membuat teh panas. Jadi aku sekalian membuatkannya teh. Lalu Budi bilang kalau kamu lagi bengong di kamar. Jadi ya aku buatkan juga buat kamu. Ini, teh anget biar nggak bengong mulu," kata Tias seraya mengangsurkan cangkir teh itu kepada Biyan.
Biyan menerimanya dengan mimik tersipu, "Wahhh, thank you lho Tias... Wiihh, harum sedep banget tehnya."