Ramai di media sosial tentang sebuah produk minuman yang katanya rasa manisnya kebangetan membuat saya penasaran. Hingga akhirnya saya menemukan awal mula keriuhan, yaitu keluhan seorang konsumen sebuah brand minuman dari tanah air.
Ternyata ia tidak sendiri. Ada konsumen lain yang bilang bikin eneg, lainnya bilang terlalu manis sampai ia rela membuang sisanya. Ada juga yang berpendapat kalau brand itu menjual air gula.
Kebetulan saya pernah mencicipi satu produk yang dimaksud yang katanya manis banget itu. Seingat saya rasanya memang manis tapi tidak terlalu manis. Menurut saya rasa manisnya dalam kategori menengah.
Saya masih bisa menikmati produk itu sampai habis. Saya juga tidak menambahkan air atau es batu, ya sesuai racikan dari booth-nya saja. Kalau memang rasanya terlalu manis, itu akan tertanam di memori saya sampai sekarang. Tapi itu menurut saya ya, mungkin pendapat orang lain berbeda.
Saya pribadi memang penggemar makanan dan minuman manis tetapi bukan yang sampai addicted, seperlunya saja. Sehari-hari saya tidak anti makanan manis, gurih, asem, bahkan pedas.Â
Semuanya saya lahap, kecuali makanan dan minuman pahit yang membuat getir di lidah dan hidup saya. Hehe...
Kita semua sepakat bahwa makanan dan minuman manis itu rasanya enak. Sama dengan garam yang memberikan cita rasa gurih, gula memunculkan rasa manis nan lezat pada makanan dan minuman.
Tetapi penambahan gula pada makanan tidak seperti garam yang mungkin hanya perlu sejumput untuk membuat satu porsi masakan menjadi gurih. Takaran penambahan gula pada umumnya adalah sendok teh, tapi ada pula yang menakarnya dengan satuan gram.
Konsumsi gula bagi orang tanpa diabetes adalah maksimal empat sendok makan atau 50 gram per hari. (sumber: FKM Unair).Â
Jumlah itu tersebar dalam makanan atau minuman yang kita konsumsi sejak kita bangun tidur hingga mau tidur lagi. Bila konsumsi gula harian melebihi 50 gram, dikhawatirkan akan berdampak tidak baik bagi kesehatan. Â
Jadi boleh mengonsumsi makanan atau minuman manis akan tetapi dengan senantiasa mengontrol tingkat konsumsi harian agar tidak sampai berlebihan. Batas maksimal 50 gram per hari sudah menjadi ukuran pasti. Bukankah semua yang berlebihan itu tidak baik?
Saya pribadi sudah berusaha melakukan pengendalian diri terhadap asupan bercita rasa manis. Sejak dulu saya memiliki kekhawatiran dengan penyakit ini.
Keluarga saya memang tidak memiliki riwayat diabetes, akan tetapi resiko itu pasti ada apabila saya tidak mengontrol asupan yang masuk ke mulut saya.
Tadi saya katakan kalau saya menggemari makanan dan minuman manis. Mungkin karena saya mengenal cita rasa manis sejak dini. Hehe..Â
Tapi memang semasa bayi saya minum susu formula yang mungkin bercita rasa lebih manis, yang membuat saya jadi lebih senang dengan makanan atau minuman manis.
Ibu saya pernah cerita, ketika saya masih kecil dulu saya pernah menghabiskan satu kaleng wafer dalam waktu seketika.Â
Waktu itu saya memakannya secara sembunyi-sembunyi, hingga akhirnya terpergok oleh ibu saya setelah sekaleng wafer ludes. Luar biasa rakusnya saya, bukan? Hehe... Tapi itu dulu ya, saya saja tidak ingat pernah melakukan itu.
Sekarang ini saya mengonsumsi makanan dan minuman manis setiap hari. Roti dan perselaiannya, teh, kopi, susu, menjadi asupan harian selama bertahun-tahun. Selain itu, hampir setiap hari saya mengonsumsi minuman kemasan botol atau kaleng dari sejumlah merek.
Saya juga cukup sering mengonsumsi minuman sirup serta minuman serbuk sachet aneka rasa. Itu belum termasuk ragam minuman bercita rasa manis seperti minuman bersoda atau pun minuman kekinian yang kadang juga saya konsumsi.
Tapi meski saya penyuka makanan dan minuman manis, saya melakukan kontrol diri. Misalnya dalam sehari saya hanya mengonsumsi maksimal dua cangkir teh dan/atau kopi. Terkadang bisa tiga atau empat cangkir dalam sehari tetapi itu sangat jarang.
Meski asupan manis menjadi bagian dalam kehidupan saya sehari-hari, saya tidak melupakan minum air putih atau air mineral. Saya berusaha mengikuti anjuran meminum air putih delapan gelas sehari. Sesibuk apapun saya selalu menyempatkan diri minum air putih.
Pagi ketika bangun tidur saya minum air putih kira-kira 500-800 ml. Sepanjang hari saya minum air putih beberapa gelas. Menjelang tidur malam, saya tidak pernah melewatkan minum air putih sekira 500-800 ml. Kebiasaan itu sudah saya lakukan bertahun-tahun.
Selain itu saya juga melakukan aktivitas fisik hampir setiap pagi. Aktivitas ini bisa membakar kalori dari makanan dan minuman manis yang saya konsumsi setiap harinya. Bukan aktivitas yang berat tetapi rasanya cukup untuk mengusir zat-zat jelek dalam tubuh saya.
Saya juga cukup rutin melakukan pemeriksaan darah. Syukurlah, selama ini angkanya selalu normal. Terakhir saya melakukan pemeriksaan darah Juli 2022 lalu. Angkanya rahasia tetapi yang jelas di bawah 100 mg/dL (miligram per desiliter) yang merupakan batas normalnya.
Untuk mengetahui kadar gula darah yang normal untuk semua usia, artikel di laman Kompas.com ini informatif, mungkin bisa menjadi patokan dalam mengontrol asupan gula harian. Dikutip dari artikel tersebut, bagi orang yang berusia lebih dari 12 tahun:
- Gula darah normal harus kurang dari 100 mg/dL .
- Gula darah puasa harus berkisar antara 70-130 mg/dL.
- Gula darah setelah makan harus kurang dari 180 mg/dL.
- Gula darah sebelum tidur harus berkisar antara 100-140 mg/dL.
Saya pribadi merasa kalau saya sudah 'berada di jalan yang benar'. Meski mengonsumsi gula dari makanan dan minuman manis setiap hari, saya mengimbanginya dengan banyak mengonsumsi air putih serta rajin beraktivitas fisik setiap harinya.
Rasanya saya perlu membagikan informasi berikut ini sebagai gambaran tentang bahaya asupan manis yang tergolong overdosis. Informasi ini saya bagikan tanpa bermaksud menakut-nakuti.
Beberapa waktu lalu ada salah seorang kerabat jauh yang meninggal dunia di usia yang masih sangat muda, 30an tahun. Almarhumah meninggalkan suami dan beberapa anak yang masih usia sekolah.
Almarhumah mengalami gagal ginjal karena diabetes kronis yang ia derita. Sebelum dibawa ke rumah sakit, ia mengalami mual-mual hingga pingsan. Setelah beberapa hari dirawat di ICU sebuah rumah sakit, pada akhirnya ia meninggal dunia.
Kepada salah seorang keluarga, saya bertanya tentang kebiasaan makan dan minum yang ia konsumsi setiap harinya. Ternyata semasa hidupnya almarhumah senang mengonsumsi minuman serbuk sachet yang sekali racik bisa dua sachet. Kebiasaan itu ia lakukan setiap hari.
Selain itu, almarhumah juga tidak suka minum air putih. Kemungkinan besar kebiasaan itu yang membuat almarhumah menderita diabates hingga akhirnya mengalami gagal ginjal. Sedih...
Ada lagi kisah seorang wanita muda berusia 23 tahun asal Gresik, Jawa Timur, yang mengalami gagal ginjal dan harus melakukan hemodialisis atau cuci darah secara rutin. Sehari-hari, wanita itu senang mengonsumsi minuman instan dingin dan sangat jarang minum air putih. (sumber: Jawa Pos)
Pasti ada cerita lainnya berkaitan dengan kebiasaan asupan manis yang berlebihan yang berdampak buruk pada kesehatan. Saya pernah membaca sebuah tulisan yang mengatakan bahwa diabetes adalah gerbang dari banyak penyakit.Â
Pencegahannya harus dari diri masing-masing ,yaitu dengan mengontrol asupan gula harian dan selalu memprioritaskan gaya hidup sehat.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H