Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pilar LRT Jakarta "Mleyat Mleyot", Bagaimana agar Tampak Estetis?

15 September 2022   19:10 Diperbarui: 15 September 2022   19:11 1201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pilar LRT Jakarta di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, yang katanya "mleyat mleyot itu". (sumber foto: Google Maps)

Baru-baru ini ada unggahan dari seseorang di Twitter tentang pilar LRT Jabodetabek yang dinilai tidak estetis. Unggahan itu cukup viral di media sosial sampai-samapi diberitakan oleh sejumlah media arus utama.

Akun @GilangHamidy mengkritisi tentang pilar-pilar beton 'kaki kelabang' yang menyangga jalur rel LRT, yang terletak di atas Jl. H.R. Rasuna Said dan Jl Setiabudi Tengah. Ia mengamati bahwa pilar-pilar itu tidak ada yang sejajar alias "mleyat mleyot". Berikut cuitannya di Twitter: "Kaki kelabangnya beneran kaga ada yang lurus. Misalnya lurus dan semuanya sejajar, masih bisa dimaafkan lah keberadaan kaki kelabangnya. Lah ini, kelabangnya habis kesiram air cuka kali makanya mleyat mleyot hahaha". Tautan

Cuitan tersebut merupakan bagian dari sebuah thread hasil pengamatannya terhadap sejumlah proyek infrastruktur yang wilayah Jabodetabek. Dalam setiap cuitannya terdapat foto untuk mendukung pengamatannya.

Sang pengkritik juga membandingkan pilar MRT Jakarta yang tampak lebih rapi dibandingkan dengan LRT Jakarta. Ia mengkhawatirkan eksekusi pembangunan pilar yang  dibuat seperti itu karena biayanya lebih murah.

Memang kalau kita lihat di foto-foto yang beredar dan Google Maps, walau sebenarnya tampak kokoh, pilar-pilar tersebut tidak rata sejajar. Berikut tangkapan layar dari Google Map untuk mengetahui lokasi pilar LRT tersebut dengan link lokasi di sini.  Lebih jelas lagi, silakan memanfaatkan fitur Street View.

Tangkapan layar dari Google Map tanggal 15 September 2022.  Lokasi jalur LRT yang dimaksud di dalam lingkaran merah.
Tangkapan layar dari Google Map tanggal 15 September 2022.  Lokasi jalur LRT yang dimaksud di dalam lingkaran merah.
Di cuitan lainnya, sang pengkritik juga memahami kondisi di lapangan di lokasi pilar-pilar 'kelabang' itu. Ia bisa menduga tentang latar belakang keputusan membangun 'kaki kelabang' itu.

Bisa jadi karena medan konstruksinya lebih sulit, karena di lokasi jalan layang LRT itu terletak di landasan jembatan layang Latuharhari. Sebagai informasi, jembatan tersebut menghubungkan Jl. H.R. Rasuna Said dengan Jl. H.O.S. Cokroaminoto.

Tantangan lain dari proyek tersebut adalah lokasi layang LRT yang berada di atas titik percabangan jalan H.R. Rasuna Said dan Jl. Setiabudi Tengah. Di sudut Jl. Setiabudi Tengah terdapat gedung pencakar langit The St. Regis Jakarta Hotel dan gedung perkantoran Rajawali Place. Di sisi barat laut terdapat Waduk Setiabudi.

Berkaitan dengan kritikan tersebut, Taufik Widjoyono yang merupakan Ketua Lembaga Pengembangan Jasa KOnstruksi (LPJK) mengatakan kepada Kompas.com bahwa estetika tidak berpengaruh pada kekuatan struktur. Ia juga menjelaskan bahwa fungsi struktur bangunan ditentukan oleh kekuatan pondasi, pilar dan komponen pemikul beban.

Pendapat Taufik tersebut diamini oleh Davy Sukamta, Anggota Dewan Pertimbangan yang juga mantan Ketua Umum Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia. Di media yang sama, Davy mengatakan bahwa estetika tidak berkaitan dengan kinerja strukturnya.

Lantas, bagaimana supaya tampak lebih estetis?

Jalur kereta LRT sudah berdiri dengan segala kalkulasi dan pertimbangannya. Sejak kick-off meeting hingga eksekusi pembangunan pasti telah melewati serangkaian brainstorming dan pembahasan serta sekian kali riset dan survei lapangan, termasuk survei tanah dan survei geometrik.

Pembangunan jalur layang LRT Jabodetabek tersebut juga pastinya juga melewati serangkaian tahap quality control / quality assurance untuk memastikan bahwa jalur tersebut memenuhi standar. Meskipun secara estetik mungkin tampak kurang indah dipandang, tetapi kekokohan struktur dan keamanan pilar-pilar tersebut menjadi prioritas utama.

Rasanya tidak mungkin mengubah pilar-pilar tersebut hanya karena cuitan dari seseorang yang tidak terlibat dalam pembangunan proyek tersebut. Masukannya sebenarnya positif, akan tetapi menjadi kurang relevan lagi ketika proyek sudah berjalan dan jalur layang sudah terbangun.

Tetapi masukan apapun dari masyarakat penting untuk diakomodasi, minimal didokumentasikan sebagai bahan evaluasi untuk proyek-proyek infrastruktur berikutnya. Lalu, bagaimana agar jalur layang LRT Jabodetabek menjadi lebih estetis?

Tanaman hijau bisa menjadi pertimbangan. Tanaman hijau beragam spesies yang diletakkan di setiap pilar rasanya bisa menambah estetika area tersebut sekaligus menambah titik hijau di kota Jakarta.

Tim quality proyek LRT bisa melakukan survei di area hijau Jakarta seperti Taman Menteng, Taman Langsat atau Taman Ayodya. Ada sejumlah spesies tanaman yang mungkin bisa mempercantik area pilar jalur layang LRT tersebut.  

Karena lokasinya yang minim lahan tanah terbuka, maka tanaman-tanaman itu ditanam di pot-pot dengan diameter sesuai kebutuhan. Pot batu alam bisa menjadi pertimbangan untuk berkesan natural sehingga menambah keindahan. Pot batu yang berdiameter lebar pas untuk tanaman pohon misalnya pohon ketapang (Terminalia catappa), pohon kamboja yang bunganya berwarna kekuningan (Plumeria alba), atau pun pohon pucuk merah (Syzygium paniculatum).

Di tepi jalur layang bisa diberi tanaman merambat Lee Kwan Yew atau Janda Merana yang jamak kita temui di sejumlah tempat atau pun gedung-gedung. Selain menambah nilai estetika, tanaman yang bernama Latin Vernonia elliptica ini juga memberi keteduhan dan kesejukan.

Suasana jalanan di kota Berlin, Jerman, dengan pepohonan rindang dan pencahayaan yang cakep. (sumber foto: Sabine Kroschel / Pixabay)
Suasana jalanan di kota Berlin, Jerman, dengan pepohonan rindang dan pencahayaan yang cakep. (sumber foto: Sabine Kroschel / Pixabay)
Pepohonan yang ditanam jangan sampai memiliki dahan yang luas/lebar karena akan menganggu kendaraan yang melalui jalan di bawah jalur layang LRT. Selain itu tanaman atau pepohonan juga jangan sampai menghalangi pekerjaan pemeliharaan rutin. Tim quality bisa membuat perencanaan atau pemodelan terlebih dahulu atau pun bekerja sama dengan penyedia jasa pertamanan swasta.

Sebentar, saya kurang tahu apakah pembuatan area hijau ini menjadi bagian dari proyek LRT Jabodetabek atau menjadi urusan Pemerintah DKI Jakarta? Bila berada di bawah Pemerintah DKI, maka sudah pasti akan menjadi wewenang Dinas Pertamanan dan Hutan Kota. Hal ini mesti dipastikan terlebih dahulu.

Ketika malam tiba, lampu-lampu taman aneka bentuk akan membuat area hijau itu lebih cakep. Apalagi bila dipasang lampu hias yang berkelap-kelip bakal semakin cemerlang.

Nah, bila area tersebut penuh dengan hehijauan dan pencahayaan yang keren, rasanya bisa menyembunyikan pilar-pilar 'kelabang' yang tampak kurang estetis itu. Area tersebut akan menjadi lebih sejuk dan rindang, dan pastinya bakal lebih sedap dipandang mata.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun