Situasi penyebaran virus COVID-19 sudah mulai pada tahap mengkhawatirkan di Indonesia. Di masa kritis ini, pemerintah menghimbau masyarakat untuk sementara beraktivitas di rumah.
Untuk anak sekolah hingga tingkat SMP, ada pemberitahuan resmi supaya belajar di rumah. Sementara siswa SMK harus menjalani Ujian Nasional mulai 16 Maret 2020 ini. Tetapi ada info terbaru yang menginformasikan bahwa ada empat propinsi memutuskan menunda Ujian Nasional SMK. (sumber) Eh, tapi pagi ini saya melihat sebagian anak-anak setingkat SD malah bersepeda ria di jalan.
Untuk para pegawai baik ASN maupun swasta juga demikian. Sebagian pegawai diinstruksikan supaya bekerja di rumah. Arti dari instruksi ini adalah: tetap bekerja walaupun berada di rumah.
Ini semua bertujuan untuk meminimalisir penyebaran virus Covid-19. Dikhawatirkan virus akan mudah menyebar lebih luas di tempat dimana banyak orang berkumpul, misalnya di kantor. Ini mirip dengan influenza yang mudah menyebar khususnya pada pergantian musim.
Ketika seorang rekan kerja menderita flu dan batuk, tidak lama teman lainnya tertular, hanya perlu waktu satu atau dua hari bagi saya untuk ikut tertular. Sungguh menderita bila sudah terkena flu apalagi disertai batuk. Ditambah bila kepala pening nyut-nyutan. Praktis tidak bisa bekerja.
Jadi ingat salah seorang mantan atasan, seorang ekspatriat, yang suatu kali pernah menyuruh pulang seorang rekan kerja yang sedang flu berat. Karena ada sejumlah pekerjaan, rekan kerja saya memilih tetap masuk kerja walaupun sakit. Tetapi ketika ketahuan sang atasan, ia malah disuruh pulang agar tidak menyebarkan virus ke rekan-rekannya.
Sekadar informasi, influenza pernah menjadi pandemi mematikan di tahun 1830-1830 hingga 1848. Sampai sekarang pun influenza masih menjadi penyakit dengan tingkat fatalitas tinggi, khususnya di Amerika Serikat. Sekitar 12 ribu hingga 61 ribu orang Amerika meninggal dunia setiap tahunnya sejak 2010 karena influenza. (sumber:Â CDC)
Sebetulnya, selama tubuh kita fit sebetulnya tidak ada yang perlu kita khawatirkan. Menerapkan gaya hidup sehat akan membantu tubuh tetap fit. Tetapi kita belum tahu apa yang sedang kita hadapi sekarang ini. COVID-19 adalah nama penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 (severe acute respiratory syndrome coronavirus 2).
Belum ada obat-obatan khusus untuk COVID-19 karena kasus pertama baru ditemukan di Wuhan, China akhir Desember 2019 lalu. Apalagi vaksinnya juga belum ada.
Berbeda dengan influenza dimana sudah tersedia obat-obatan di pasaran yang sudah masuk kategori OTC (over the counter) dimana obat-obatan ini dijual bebas. Orang-orang biasanya menyebut obat-obatan OTC sebagai obat warung.
Juga sudah tersedia vaksin khusus influenza yang kabarnya bisa melindungi seseorang dari virus influenza dengan tingkat perlindungan sekitar 95 persen. Tetapi ada sejumlah syarat tertentu sebelum seseorang menerima vaksin ini. Disamping itu biaya vaksin flu juga tergolong tidak murah.
Kita harus waspada dengan karakter COVID-19 ini. Apalagi ini baru tahap awal di Indonesia. Carrier atau orang yang membawa virus ini bisa jadi masih nampak bugar. Ia tidak menyadari kalau ia menyebarkan virus itu kepada orang lain.
Ketika tubuh menunjukkan gejala awal COVID-19, yaitu demam, kelelahan, nyeri otot, dan batuk kering, maka harus segera diperiksakan ke dokter, klinik atau rumah sakit terdekat. Artikel di Kompas.com "Kenali, Ini Gejala Awal Terinfeksi Virus Corona dari Hari ke Hari" sangat bermanfaat bagi kita dalam mengenali gejala COVID-19 sejak hari pertama.
Bekerja atau belajar di rumah tanpa distraksi, ingat ini bukan hari libur
(Catatan: Sebelumnya perlu saya tekankan di sini bahwa tulisan ini ditujukan untuk orangtua yang bekerja dengan anak yang sudah memasuki usia sekolah minimal Taman Kanak-Kanak.)
Bagi pegawai ASN dan kantor swasta yang diinstruksikan untuk bekerja di rumah, perlu hati-hati dengan adanya sejumlah distraksi yang menghambat produktivitas. Apalagi anak-anak sekolah juga belajar di rumah selama masa kritis COVID-19 ini.
Situasi seperti ini jadi mirip akhir pekan. Anak mungkin akan menganggap belajar di rumah sebagai hari libur sebagaimana hari Sabtu atau Minggu atau tanggal merah. Mereka akan butuh perhatian lebih dari orangtua yang biasanya bekerja selama weekdays.
Apabila salah satu orangtua memang sehari-hari bekerja di rumah, khususnya bila sang ibu adalah ibu rumah tangga, maka akan lebih memudahkan. Tetapi bila kedua orangtua sehari-hari bekerja di luar rumah, perlu penyesuaian khususnya untuk sang ibu yang kerap menjadi "sasaran" anak-anak.
Untuk itu perlu ada peraturan bersama selama anggota keluarga sama-sama berada di rumah. Pertama menegaskan kepada anak bahwa saat ini anak sedang belajar di rumah, artinya bukan libur.
Anak harus tetap belajar namun kali ini dengan bimbingan orangtua. Anak akan belajar di rumah dengan waktu yang sama dengan waktu belajar di sekolah. Bedanya tidak mengenakan atribut sekolah. Anak diberi pengertian bahwa tidak ada waktu bermain sama sekali walaupun sedang berada di rumah, kecuali pada jam istirahat.
Untuk itu aneka bentuk mainan, termasuk gawai untuk sementara harus disingkirkan. Sebaiknya layar televisi juga tidak menyala agar terbangun suasana belajar untuk anak sebagaimana di sekolah.
Kedua, anak diberi tahu bahwa untuk saat ini ayah dan ibunya juga bekerja di rumah. Jadi tidak ada waktu untuk bermain bersama seperti yang mereka lakukan di akhir pekan atau hari libur.
Apalagi jalan-jalan ke luar rumah seperti ke mal atau tempat wisata di situasi kritis COVID-19 seperti sekarang ini. Sebagai informasi, beredar info di media sosial sejumlah pertokoan di Jakarta sepi pengunjung (Kompas). Sepertinya warga memilih menghindari tenpat-tempat keramaian untuk sementara waktu. Siapapun pasti tidak ingin terinfeksi virus COVID-19.
Orangtua supaya memberi pengertian pada anak bahwa orangtua juga sedang bekerja. Bahkan walaupun sang ibu adalah ibu rumah tangga, bukankah setiap hari sang ibu juga sibuk bekerja mengurus rumah? Misalnya membersihkan rumah, memasak, mencuci baju, menyeterika baju, dan lain-lain.
Ketiga, tetap ada waktu istirahat. Tetapi kali ini orangtua menyesuaikan waktu istirahat anak. Ketika anak sedang jam istirahat, kedua atau salah satu orang tua bisa berinteraksi dengan anak-anak terlebih dahulu hingga jam istirahat anak usai.
Jam istirahat yang sama, baik untuk orangtua dan anak, biasanya adalah jam 12.00 hingga jam 13.00. Di jam ini kedua orangtua bisa sepenuhnya berinteraksi dengan anak. Makan siang bersama atau menonton televisi bersama. Bagi yang muslim bisa beribadah sholat Dhuhur berjamaah.
Selama jam istirahat ini, anak boleh bermain di dalam rumah saja hingga jam istirahat usai. Anak-anak juga perlu diajarkan disiplin walaupun sedang belajar di rumah. Teladannya ya dari orangtua.
Bagaimana bila atasan atau rekan kerja menghubungi lewat aplikasi instant message selama jam istirahat anak? Boleh saja memberi tanda 'away' dengan status 'Sedang bersama anak' atau 'akan segera kembali' atau teks status lainnya. Bila mereka menghubungi lewat telepon, Anda bisa menjawabnya beberapa saat seperlunya.
Tetapi ini tidak berlaku bila ada rapat online atau teleconference yang berlangsung pada jam istirahat anak. Anda bisa bicarakan dengan atasan Anda terlebih dahulu.
Ketika orangtua bekerja di rumah dan anak juga belajar di rumah, bisa dilakukan di ruang yang terpisah atau di ruang yang sama. Apapun pilihannya jangan sampai terjadi distraksi satu sama lain.
Bila memilih ruangan terpisah antara orangtua dan anak, orangtua bisa menggunakan ruang kerja (bila ada) atau kamar mereka selama jam kerja. Sementara itu, anak bisa belajar di meja belajar di kamarnya.
Tetapi cara seperti ini ada sisi negatifnya. Antara lain anak jadi tidak terawasi aktivitasnya. Misalnya bila kakak dan adik berada dalam satu ruangan yang sama biasanya akan ribut sendiri. Hal ini bisa menjadi distraksi bagi orangtua yang juga sedang bekerja.
Bila anak semata wayang, anak akan merasa sendiri di kamarnya. Berbeda dengan belajar di sekolah dimana ia bertemu dengan teman-temannya.
Tetapi aktivitas orangtua dan anak bisa juga dilakukan di tempat yang sama misalnya di ruang makan. Orangtua bisa bekerja sambil mengawasi aktivitas anak. Ketika anak menemui kesulitan, orang tua bisa segera membimbing anak di meja yang sama.
Nah, mudah-mudahan para orangtua bisa bekerja di rumah dengan tenang. Begitu juga anak-anak bisa memanfaatkan waktu belajar di rumah dengan baik.
Memang ada sejumlah konsekuensi ketika orangtua dan anak sama-sama bekerja dan belajar di rumah. Tetapi bila ada kerja sama yang baik antara orangtua dan anak maka akan terhindar dari distraksi yang bisa mengganggu produktivitas.
Oh ya, buat para siswa dan orangtua, sejumlah platform belajar daring bisa dimanfaatkan selama anak-anak belajar di rumah. Ada Portal Rumah Belajar dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sejumlah platform lainnya juga membuka layanan khusus selama periode belajar di rumah yaitu Ruang Guru, Google G Suite for Education, Kelas Pintar, Microsoft Office 365, Quipper School, Sekolahmu, dan Zenius (sumber: Kemdikbud). Kebetulan informasi tentang hal ini juga sedang beredar di media sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H