Sebetulnya sliding roof sudah menutup persis sebelum hujan deras turun. Entah bagaimana, air tiba-tiba muncul dari bawah lapangan. Para petenis mencari tempat yang aman.Â
Genangan air itu berasal dari Sungai Yarra yang tidak jauh dari arena, yang disebabkan oleh karena tekanan sistem pertahanan air yang sangat besar.
Air juga menggenangi jalan setapak menuju ruang media dan ruang loker. Listrik pun sempat dimatikan karena sejumlah jurnalis berjalan tanpa alas kaki.
Kondisi eksternal lain di Australian Open adalah hawa panas yang ekstrim. Di Australian Open 2018 lalu situasi ini sempat mengkhawatirkan penyelenggara turnamen.Â
Waktu itu suhu udara mencapai 40 derajat Celsius. Kondisi seperti itu juga pernah terjadi di tahun 2014 lalu, yang mendorong adanya kebijakan Extreme Heat Policy (EHAP).
Di Australian Open 2018, petenis putra Gael Monfils (Perancis) sempat mengeluh kepanasan selama berada di lapangan. Rekan senegaranya, petenis putri Alize Cornet bahkan sempat mendapatkan perawatan medis setelah terbaring lemas di lapangan.
Begitu pula dengan Simona Halep (Rumania) yang sempat dirawat di rumah sakit Melbourne selama empat jam karena mengalami dehidrasi. Ketika ia bertanding melawan Caroline Wozniacki, atap Arena Rod Laver tidak menutup padahal panas menyengat.
Novak Djokovic (Serbia), juara Australian Open tujuh kali, sempat melontarkan kritik keras terhadap industri tenis yang kurang memperhatikan kesehatan para petenis. (The Guardian).
Direktur AO Tiley menyatakan bahwa pihak penyelenggara sangat memperhatikan kesehatan peserta. Mereka bekerja sama dengan tim medis untuk memberikan pemahaman kepada para petenis dalam mengantisipasi situasi tersebut.Â
Guna melindungi peserta dari paparan hawa panas, pihak Australian Open bisa menunda pertandingan di arena terbuka (outdoor) dan menggelar pertandingan di lapangan indoor.
Di Australian Open 2019, hawa panas juga masih menghantui para peserta. Pada Australian Open 2019 ini untuk pertama kalinya ada kebijakan final set tie-breaks untuk semua pertandingan.Â