Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Arab Saudi dan Rusia Sepakat Bekerja Sama Menatap Angkasa

18 Oktober 2019   13:51 Diperbarui: 18 Oktober 2019   13:54 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (sumber: TechGenez.com)

Senin (14/10/2019) lalu adalah hari yang bersejarah bagi Arab Saudi dan Rusia. Di acara "Forum CEO Arab Saudi - Rusia" yang dihelat di kota Riyadh, Arab Saudi, kedua negara tersebut resmi menandatangani 20 Memorandum of Understanding (MoU) atau kesepakatan kerja sama multisektor.

Presiden Rusia, Vladimir Putin, tiba di Riyadh disambut oleh Raja Salman Bin Abdulaziz Al-Saud dan putra mahkota Pangeran Mohammad Bin Salman Bin Abdulaziz Al-Saud. Kedatangan Putin juga diiringi dengan tembakan salvo sebanyak 21 kali sebagai tanda penghormatan. Kunjungan tersebut adalah kunjungan Putin yang pertama sejak 12 tahun lalu.

Kerja sama kedua negara berbeda benua itu antara lain mencakup sektor masa depan, mengisyaratkan bahwa Arab Saudi ingin menjadi salah satu pemain utama di masa depan.

Kedua negara bersepakat akan bekerja sama dalam bidang energi, petrokimia, kesehatan, budaya, makanan, pariwisata, hingga ruang angkasa dan kecerdasan buatan. Total nilai kerja sama tersebut dikabarkan mencapai USD 2 milyar atau sekira Rp 28,3 triliun (sumber: BBC.com)

Suasana pertemuan antara Raja Salman (kanan) dan Vladimir Putin (kiri) (sumber: TheNational.ae)
Suasana pertemuan antara Raja Salman (kanan) dan Vladimir Putin (kiri) (sumber: TheNational.ae)
Arab Saudi dan Rusia adalah dua negara yang sudah lama berkawan baik. Hubungan bilateral kedua negara telah berlangsung selama lebih dari 90 tahun lamanya. Kedua negara juga sama-sama aktif di OPEC, organisasi negara pengekspor minyak. Mereka bekerja sama dalam membatasi pasokan dan menstabilkan harga minyak sejak tahun 2014.

Kesepakatan kedua negara tersebut pada Senin lalu akan memperkuat hubungan bilateral Arab Saudi dan Rusia. Sebagai informasi, Raja Salman mengawali kunjungannya ke Rusia pada tahun 2017 lalu. Kunjungan tersebut ditindaklanjuti dengan kunjungan balasan Presiden Rusia Vladimir Putin di tahun 2019 ini sekaligus finalisasi kerja sama.

Acara "Forum CEO Arab Saudi - Rusia" ini diadakan oleh Pusat Kerja Sama Strategs Internasional Arab Saudi (SCISP) yang berkolaborasi dengan Badan Otoritas Investasi Arab Saudi (SAGIA), Lembaga Investasi Rusia (RDIF) dan Dana Investasi Milik Publik (PIF).

Pangeran Abdulaziz bin Salman bin Abdulaziz Al-Saud dalam pidatonya mengatakan bahwa Arab Saudi dan Rusia telah memulai fase baru kerja sama dan integrasi di banyak hal, demi tercapainya kesejahteraan dan kemajuan dua negara.

Sebagai bagian dari acara "Saudi-Russian CEO Forum", Saudi Aramco, perusahan minyak dan gas terbesar di dunia (versi Forbes) dan perusahaan terbesar ke-6 di dunia (versi Fortune) milik Arab Saudi, juga menandatangani 10 MoU dengan sejumlah perusahaan Rusia dengan nilai kontrak yang tidak disebutkan.

Kerja sama strategis antara Saudi Aramco dan sejumlah perusahaan Rusia berkaitan dengan pembuatan drilling pipes (pipa pengeboran), casing (pipa selubung) dan tubing (pipa produksi). Sejumlah perusahaan Rusia tersebut antara lain Angara Service, Chelpipe, dan Galen.

Selain itu juga terjadi kesepakatan antara Saudi Aramco dan Rusnano mengenai share purchase agreement atau kesepakatan akuisisi saham milik Rusnano di Novomet sebesar 30,76 persen. Akuisisi saham ini melibatkan RDIF dan PIF.

Novomet adalah perusahaan besar Rusia yang menjadi pemimpin di bidang layanan dan pembuatan pompa bawah laut listrik.

***

Perjanjian bersejarah antara Arab Saudi dan Rusia itu diperkirakan akan mempengaruhi situasi geopolitik global, khususnya di kawasan Timur Tengah. Namun, ada satu hal yang menarik dari kesepakatan tersebut, yaitu kerja sama di bidang ruang angkasa.

Kesepakatan di tahun 2019 ini merupakan tindak lanjut dari kesepakatan sebelumnya di tahun 2017. Waktu itu Pangeran Sultan bin Salman bin Abdulaziz Al Saud mengunjungi Badan Antariksa Rusia (Roscosmos) di Moskow tentang kerja sama di bidang ruang angkasa.

Setahun kemudian, Badan Antariksa Arab Saudi dibentuk, tepatnya pada 27 Desember 2018. Badan tersebut dibentuk berdasarkan dekrit Kerajaan Arab Saudi. Beberapa waktu setelah pembentukan badan tersebut, tim Roscosmos melakukan kunjungan balasan ke Riyadh.

Pangeran Sultan ditetapkan sebagai Chairman badan tersebut. Pengangkatan Pangeran Sultan bukan semata karena ia anggota keluarga Kerajaan. Selain menjadi pilot Angkatan Udara Kerajaan Arab Saudi dengan lebih dari 5.000 jam terbang, Pangeran Sultan juga merupakan astronot Arab Saudi dan Muslim pertama yang pernah menjelajah angkasa.

Di tahun 1985 silam, Pangeran Sultan turut serta dalam misi antariksa Discovery. Waktu itu ia masih berusia 28 tahun dan merupakan anggota misi termuda. Misi selama tujuh hari tersebut merupakan misi peluncuran tiga satelit bagi Organisasi Komunikasi Satelit Arab dengan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA). Misi tersebut juga punya sebutan lain yaitu misi STS-51-G. Tulisan lebih lanjut tentang misi Pangeran Sultan silakan dibaca di laman ArabNews.

Kembali ke kesepakatan antara Arab Saudi dan Rusia, di awal tahun 2019 lalu, Arab Saudi dikabarkan melakukan pembicaraan dengan NASA dan Badan Antariksa Perancis CNES. Ini memperkuat dugaan bahwa Arab Saudi bakal serius dalam bidang ruang angkasa.

Dalam kesepakatan di bulan Oktober tahun 2019 ini, kedua negara tersebut menyepakati adanya pelatihan dan pengiriman astronot pertama dari Arab Saudi ke Stasiun Ruang Angksa Internasional (ISS).

Sebagai informasi, Rusia telah melatih astronot pertama dari Uni Emirat Arab, Hazza Al Mansoori, yang saat ini telah menyelesaikan tugasnya di ISS. Rusia juga telah bersepakat untuk melakukan hal yang untuk Bahrain. Sejauh ini belum ada informasi lebih lanjut mengenai kapan misi untuk Arab Saudi akan dimulai.

Kesepakatan antara Arab Saudi dan Rusia di bidang ruang angkasa tersebut juga berkaitan dengan rencana peluncuran satelit milik Arab Saudi di masa mendatang dengan menggunakan teknologi dari Rusia. Arab Saudi nampaknya berminat dalam mengembangkan sistem peluncuran satelit berbiaya rendah serta industri transportasi ruang angkasa.

Sebagaimana kita ketahui bersama, teknologi ruang angkasa Rusia adalah salah satu yang terbaik di dunia. Sejarah teknologi ruang angkasanya dimulai di tahun 1957 silam ketika era Uni Soviet. DI tahun tersebut satelit Sputnik 1 sukses diluncurkan pada 4 Oktober dan menimbulkan euforia global (sumber: CIA.gov).

Misi ruang angkasa Uni Soviet semakin berkembang dengan peluncuran sejumlah misi antariksa berikutnya, hingga runtuhnya Uni Soviet di tahun 1991. Dalam kurun waktu tahun 1957 hingga tahun 1991, Uni Soviet bersama Amerika Serikat adalah pemain utama di bidang antariksa.

Setelah bubarnya Uni Soviet, program antariksa Uni Soviet masih eksis, dilanjutkan oleh Rusia yang memiliki lembaga Roscosmos dan Ukraina lewat lembaga Biro Antariksa Ukraina (SSAU). Belakangan muncul negara lain yang juga punya minat yang sama yaitu China, Jepang dan India.

Kesepakatan Arab Saudi dan Rusia di bidang ruang angkasa ini merupakan langkah strategis bagi Arab Saudi untuk menatap angkasa. Misi antariksa Arab Saudi ini merupakan bagian dari Visi 2030 yang ditetapkan oleh pemerintah Arab Saudi.

Arab Saudi ingin melokalkan teknologi strategis, memaksimalkan konten lokal dan memberdayakan kaum muda setempat untuk mendapatkan pengetahuan tentang teknologi canggih yang berkaitan dengan pengembangan dan pembuatan satelit.

Sebelum Badan Antariksa Arab Saudi berdiri, urusan tentang ruang angkasa dilakukan oleh badan yang bernama King Abdulaziz City for Science and Technology (KACST). Badan ini akan tetap eksis dan akan melakukan penelitian ilmiah serta pelatihan di bidang teknologi.

Selain dengan Rusia, Arab Saudi juga telah menandatangai kerja sama dengan Kazakhstan di tahun 2011, serta dengan Ukraina dan China di tahun 2017 dalam hal penelitian ruang angkasa, pembuatan pesawat ruang angkasa dan komponen-komponennya, penginderaan jarak jauh, komunikasi via satelit, infrastruktur ruang angkasa dan peluncuran wahana.

Kerja sama dengan Rusia merupakan wujud keseriusan Arab Saudi dalam bidang ruang angkasa, salah satu sektor masa depan. Bisa jadi, nantinya Arab Saudi tidak hanya mandiri dalam peluncuran satelit, tetapi juga mumpuni dalam misi eksplorasi ruang angkasa yang lebih luas, yaitu menjelajah semesta.

Bacaan:

Al Arabiya 

Arab News 1 

Arab News 2 

The Arab Weekly 

Arabian Business 

GDN Online 

Saudi Gazette 

Space Watch Global 1 

Space Watch Global 2 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun