Untuk membersihkan sampah-sampah itu, TNI pernah mengerahkan ratusan personilnya membersihkan Pantai Kuta. Pernah suatu ketika warga setempat dan wisatawan baik domestik dan manca negara melakukan bersih-bersih Pantai Kuta secara sukarela.
Persoalan sampah ini sebenarnya bisa disederhanakan bila orang membuangnya dengan benar, yaitu di tempat sampah. Dari Alur Pengelolaan Sampah yang diterbitkan oleh Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, sampah di tempat sampah akan diangkut oleh gerobak sampah atau truk sampah.
Sampah jenis Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) juga dipisahkan di sini. Sampah jenis ini bisa membahayakan manusia dan makhluk hidup lainnya serta mencemari lingkungan hidup. Sampah yang tergolong dalam sampah B3 misalnya baterai bekas, bola lampu bekas, kemasan cat, kemasan oli kendaraan, tangki tinta printer dan lain-lain. Â
Kemudian dari TPS dan lokasi pemilahan, sampah diangkut oleh truk pengangkut sampah misalnya dump truck atau compactor truck, dikirim ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah untuk diproses lebih lanjut. Misalnya dipakai untuk Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa).
Nah, sampah yang dibuang dengan sembarangan tidak akan melewati proses tersebut. Apalagi bila dibuang langsung ke sungai. Sampah akan langsung menuju laut, terbawa arus laut, hingga mungkin terombang-ambing di lautan atau mungkin terdampar di pantai, seperti sampah di Pantai Kuta.
Bila terombang-ambing di lautan, itu sangat berbahaya bagi makhluk hidup di laut. Misalnya sampah plastik dianggap sebagai makanan bagi ikan paus. Sampah tali atau senar plastik menjerat hewan laut misalnya penyu. Sudah banyak kasus hewan laut yang menjadi korban sampah yang dibuang ke lautan.
Misalnya bangkai ikan paus sperma yang terdampar di perairan Wakatobi, Sulawesi Tenggara di akhir tahun 2018 lalu. Peneliti setempat membedah perut ikan paus nahas tersebut dan mendapatkan beraneka jenis sampah. Mau tau apa saja jenis sampah di dalam organ pencernaan ikan paus tersebut?
Yaitu gelas plastik 750 gram (sebanyak 115 buah), plastik keras seberat 140 gram (19 buah), botol plastik 150 gram (4 buah), kantong plastik atau kresek 260 gram (25 buah), serpihan kayu 740 gram (6 potong kayu), sandal jepit 270 gram (2 buah), karun nilon 200 gram (1 potong) dan..., tahan nafas..., tali rafia seberat 3,2 kilogram (atau lebih dari 1.000 potong)!!. Hmmm, miris. (sumber: National Geographic Indonesia)
***
Tentang kebiasaan meludah sebagian orang Indonesia secara sembarangan, rasanya juga menjadi potret keseharian sebagian orang Indonesia. Tetapi kebiasaan ini ternyata juga pernah menjadi masalah bagi kota Shanghai di China.