Hampir setiap tempat di dunia tersentuh plastik, termasuk kemasan atau wadah makanan dan minuman. Untuk minuman, ada banyak jenis minuman yang dikemas dalam botol plastik, misalnya air mineral, air berkarbonasi, kopi instan hingga jus buah.
Begitu juga dengan produk makanan. Stok makanan atau minuman kemasan melimpah di chainstore atau toko mana saja.
Tahun 2015 lalu, produksi plastik global diperkirakan lebih dari 7,8 miliar ton, demikian menurut Geyer et al. (2017) dalam artikel tahun 2018 yang berjudul "Plastic Pollution". Itu artinya di tahun 2015 setiap orang di seluruh dunia menggunakan plastik seberat 1 ton. Di tahun 2019 ini angkanya pasti berlipat ganda.
Kemasan plastik memang praktis dan menjaga kesegaran makanan atau minuman. Tetapi di sisi lain menjadi musuh lingkungan karena sifatnya yang lama terurai. Sementara itu volume sampah plastik setiap tahunnya meningkat. Padahal dekomposisi plastik termasuk lama, bisa puluhan hingga ratusan tahun.
World Wildlife Fund Australia di tahun 2018 lalu pernah mengunggah artikel berjudul "The Lifecycle of plastics". Artikel tersebut menyebutkan botol plastik baru terdekomposisi 450 tahun lamanya. Selain botol plastik juga disebutkan masa dekomposisi barang lain yang terbuat dari plastik. Â
Pada umumnya botol plastik minuman kemasan digunakan sekali dan langsung dibuang. Biasanya kemasan botol plastik minuman kemasan terbuat dari polyethylene terephthalate atau PET / PETE yang memang harus sekali pakai. Karena bila dipakai berulang kali bisa menimbulkan resiko kesehatan bagi manusia.
Belakangan ini muncul himbauan kepada mayarakat untuk menghindari penggunaan botol sekali pakai. Misalnya even musik Synchronize Festival 2019 yang dihelat baru-baru ini mengajak audiens untuk membawa tumbler kosong sendiri. Panitia acara menyediakan keran air di sebuah spot yang diberi nama water station untuk para penonton festival.
Pemerintah DKI Jakarta lewat Dinas Lingkungan Hidup juga mulai menggalakkan gerakan membawa wadah minuman dan makanan sendiri di lingkungan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) se-DKI Jakarta untuk mengurangi sampah plastik. (sumber: Kompas.com)
Kabupaten Kotabaru di propinsi Kalimantan Selatan juga menginisiasi langkah serupa. Pemerintah setempat bahkan menerbitkan surat edaran yang melarang penggunaan plastik di minimarket setempat. Sang Bupati menyosialisasikan penggunaan tumbler yang ramah lingkungan karena bisa dipakai berulang kali. (sumber: TribunNews.com)
Di lingkup global, pemerintah India juga hendak memberlakukan peraturan larangan penggunaan plastik sekali pakai di seluruh negeri untuk mengurangi polusi. Targetnya di tahun 2022 nanti seluruh India bebas plastik sekali pakai. Kabar terakhir, kebijakan itu menuai polemik di tengah kelesuan perekonomian. (sumber: Economic Times)