Seminggu terakhir ini dunia perfilman internasional dibuat heboh dengan film "The Painted Bird", sebuah film kontroversial yang kabarnya sampai membuat audiens tidak kuat untuk menontonnya. Film tersebut diangkat dari novel berjudul sama karangan Jerzy Kosinski yang terbit pertama kali di tahun 1965.
Film yang dibuat hitam putih dengan media film 35mm tersebut berlatar peristiwa Holocaust di masa Perang Dunia Kedua yang berlatar tempat anonim di wilayah Eropa Timur. Secara ringkas, film bercerita tentang pengembaraan "si anak laki-laki" (diperankan aktor cilik Ceko pendatang baru, Petr Kotlar), seorang anak laki-laki berumur sembilan tahun, yang menjadi saksi persekusi maha keji.
Anak laki-laki tersebut awalnya tinggal bersama kedua orang tuanya, lalu ia diasuh oleh sang nenek karena orang tuanya harus masuk kamp konsentrasi. Menua, sang nenek lalu meninggal dunia. Jadilah ia hidup sebatang kara.
Lalu ia mengembara dari satu desa ke desa lainnya. Pengembaraan itu membuatnya melihat era gelap Eropa di masa perang yang terbentang di hadapannya, dimana ia justru menjadi bagian dari mata rantai kekejian yang luar biasa, yang tidak pernah ia bayangkan.
Ketika diputar pertama kali di Venice International Film Festival Agustus 2019 lalu, sebagian penonton yang tidak kuat menontonnya hengkang dari kursi dan berebut pintu keluar. Bagaimana tidak kuat, adegan film menggambarkan kekerasan, pemerkosaan, perilaku kebinatangan dan mutilasi. Bahkan adegan awalnya saja sudah sedemikian sadis.
Detail beberapa adegan yang membuat penonton hengkang yang saya baca dari sebuah sumber tidak akan dibagikan dalam tulisan ini. Selain kelewat sadis, walau lewat tulisan, dikhawatirkan menjadi spoiler bagi yang ingin menonton film ini.
Ketika adegan brutal muncul, penonton berteriak dan berebutan mendobrak pintu keluar tetapi pintu itu terkunci. Biasanya pintu keluar di bioskop manapun tidak terkunci atau hanya bisa dibuka dari dalam. Mungkin saking paniknya, mereka tidak dapat membuka pintu tersebut. Ada penonton yang histeris dan memukuli penonton lain yang duduk di sebelahnya.
Film yang berjudul asli "Nabarvene Ptace" tersebut menggunakan bahasa Interslavic tepatnya Slavic Esperanto yang merupakan bahasa buatan yang tidak dipakai sebagai bahasa komunikasi warga atau bangsa tertentu. Ini agar film tersebut tidak diasosiasikan dengan sebuah wilayah atau negara tertentu. "The Painted Bird" menjadi film pertama yang menggunakan bahasa artifisial tersebut.
Film "The Painted Bird" menuai sejumlah kritikan. Media dari Inggris The Guardian menggambarkan bahwa film tersebut "biadab, bagai tiga jam di neraka". Media lainnya, The Sun, menyebutnya sebagai "tur neraka". Variety mendeskripsikan film tersebut sebagai "kebrutalan tiada henti", sementara Screen Daily berpendapat film ini sebagai "kebobrokan seksual dan kekejaman yang tidak menyenangkan". The Hollywood Reporter mengatakan film tersebut merupakan "pukulan tiga jam yang emosional di perut".
Selain kritikan, film ini juga menuai pujian. Media The Financial Times mengatakan film ini "menakjubkan untuk dilihat tetapi sulit untuk ditonton". Sedangkan Xan Brooks dari The Guardian mengatakan film tersebut "sebuah karya monumental dan saya sangat senang telah melihatnya. Saya berharap untuk tidak pernah melewati jalannya lagi". Maksud dari Brooks di kalimat terakhirnyakira-kira ia tidak akan pernah menonton film itu lagi.
Film "The Painted Bird" berdurasi cukup panjang untuk sebuah film drama / thriller yaitu tiga jam. Film ini diproduseri dan disutradari oleh Vaclav Marhoul, insan film Ceko. Film dibintangi sejumlah artis tenar misalnya Stellan Skarsgard ("Thor", "Mamma Mia!"), Harvey Keitel ("Bughsy", "The Grad Budapest Hotel") dan Udo Kier ("Blade", "Dragged Across Concrete").
Sinematografi film digarap oleh editor fillm senior dari Ceko Vladimir Smutny. Sedangkan tata musik / film score dibuat oleh Petr Ostrouchov, komposer musik film yang kerap memperoleh penghargaan film Ceko, Czech Lion Awards.
Novelnya sendiri, menurut sebagian orang yang sudah membacanya, sangat sadis. Bahkan ada yang mengungkapkan penyesalannya usai membaca novel tersebut.
Ada yang menarik dari novel tersebut. Ketika pertama kali menyerahkan naskahnya ke Dorothy de Santillana (editor dari penerbit Houghton Mifflin) pada tahun 1965, Kosinski mengatakan bahwa naskah tersebut berdasarkan cerita masa mudanya ketika masa perang di Polandia.
De Santillana mengatakan bahwa buku itu adalah otobiografi tetapi pada waktu itu Kosinski tidak menyangkal dan tidak mengkonfirmasinya. Baru di dalam edisi tahun 1976 ia berterus terang bahwa kisah itu karangan belaka. (sumber: Books Tell You Why)
Film "The Painted Bird" saat ini tayang di Totonto International Film Festival (TIFF) di Toronto, Kanada yang berlangsung 5-15 September 2019 ini. "The Painted Bird' akan tayang tiga kali yakni pada 11, 13 dan 14 September di dua teater saja, yakni TIFF Bell Lightbox dan Scotiabank Theatre. Film ini juga dipastikan akan tayang di BFI London International Film Festival di London, Inggris Oktober 2019 mendatang.
(Diolah dari berbagai sumber)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H