Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kota Villa Epecuen di Argentina, Populasi Tahun 2019: 1 Orang

4 September 2019   12:22 Diperbarui: 4 September 2019   12:34 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BBC Reel baru-baru ini mengunggah tayangan video menarik tentang kota Villa Epecuen, sebuah kota kecil di propinsi Buenos Aires, Argentina. Kota kecil di tepian danau air asin Laguna de Epecuen atau Lago Epecuen tersebut mengalami kejayaan antara tahun 1950an hingga tahun 1970an sebagai kota wisata (resort town), tetapi kemudian tenggelam oleh banjir besar.

Pada awal tahun 1980an silam, terjadi suatu anomali cuaca yang menyebabkan peningkatan curah hujan di area tersebut selama bertahun-tahun. Hal itu menyebabkan air danau meluap. Tanggul di pantai jebol karena tidak mampu menahan air hingga akhirnya menggenangi kota di tahun 1985.

Penduduk pun pergi meninggalkan kota. Selama bertahun-tahun genangan air tidak pernah surut, bahkan ketinggiannya pernah mencapai 10 meter (tahun 1993). Rumah, guest house, hotel dan bangunan lainnya tenggelam.

Tahun 2010 lalu, seiring dengan sirnanya anomali cuaca, air yang menggenangi kota pun menyurut, mengungkap lansekap kota, menguak kembali memori masa lalu. Walau air banjir sudah surut, ribuan orang yang pernah tinggal di sana enggan kembali. Mungkin khawatir banjir akan datang lagi suatu hari nanti. Sejumlah tempat memang masih tergenang air hingga kini.

Satu-satunya warga yang kembali ke kota tersebut adalah Pablo Novak. Pria berusia 89 tahun itu, yang kini sehari-hari berjalan dengan tongkat, nampaknya enggan menggerus kenangan indah kejayaan kota Villa Epecuen di masa lalu.

Dalam tayangan video tersebut, dengan tertatih Novak berusaha menaiki anak tangga yang dulu menjadi bagian dari sebuah bangunan yang dindingnya telah roboh. Di bagian tengah tangga, pandangannya menerawang ke sekelilingnya. Ia adalah satu-satunya saksi mata kota.

Sebuah kota yang dulu dipenuhi bangunan, lalu semuanya tertutup air, dan kini menjadi lahan puing raksasa. Tidak hanya puing bangunan, tetapi juga bangkai kendaraan bermotor dan tubuh pohon-pohon yang telah mati. Mereka menjadi saksi bisu kota yang karam selama dua puluh lima tahun lamanya.

Novak mengatakan bahwa di tahun 1980, air danau pernah membanjiri kota. Untuk mengantisipasinya, pemerintah setempat membuat tanggul berbentuk lengkungan di pantai. Area tanggul dilengkapi promenade untuk jalan-jalan santai atau bersepeda. Selama empat tahun kota mampu bertahan dari terjangan banjir hingga akhirnya sepenuhnya menyerah di tahun 1985.

Ketika warga lain pergi, ia memilih untuk tetap tinggal. Tidak ada alasan lain kecuali karena sebagai warga asli ia merasa bertanggung jawab dengan kota tersebut.

Novak mengatakan bahwa ayahnya datang ke wilayah tersebut di tahun 1918 sebagai pembuat batu bata. Kota Villa Epecuen sendiri berdiri tahun 1920. Novak mungkin merasa ayahnya dulu punya peran dalam pembangunan kota, maka kini gilirannya menjaga kelestarian kota.

Tetapi, kota yang dulunya penuh dengan hiruk pikuk manusia itu kini menjadi kota mati. Siang sunyi, malam apalagi. Tidak ada suara burung atau jangkrik karena hewan enggan juga bersarang di sana. Air danaunya asin.

Kadar garam air danau setingkat di bawah kadar garam Laut Mati di Timur Tengah yaitu sekira 30 persen. Kadar garam danau Epecuen ini hampir sepuluh kali lipat dari kadar garam air laut pada umumnya yaitu 3,5 persen.

Sebagai informasi, wilayah perairan dengan kadar garam paling tinggi adalah Telaga Don Juan di Antartika yang memiliki tingkat salinitas 44 persen dan Danau Retba di Senegal yang 40 persen. Tidak ada makhluk biologis yang bisa bertahan hidup dengan kadar garam setinggi itu, bahkan mikroorganisme pun tidak bisa.

Oleh karena tingkat salinitas air danau yang tinggi, air danau Epecuen pernah dimanfaatkan untuk terapi pengobatan misalnya rematik, penyakit kulit dan anemia. Manfaat terapeutik air danau tersebut terkenal selama bertahun-tahun.

Khasiat terapeutik air danau Epecuen menyebar, membuat Kota Villa Epecuen menjadi salah satu destinasi wisata favorit. Para wisatawan juga senang dengan kondisi air yang membuat tubuh mereka bisa mengambang seperti air Laut Mati.

Sejauh ini belum ada rencana dari pemerintah setempat untuk membangun kembali kota Villa Epecuen. Sejumlah wisatawan mendatangi kota tersebut mungkin karena tertarik dengan cerita tentang kota itu yang pernah jaya, lalu karam dan kini muncul kembali.

Tayangan BBC Reel dengan judul "The last inhabitant of Argentina's flooded city" dapat Anda saksikan di tautan ini. Bila Anda ingin menyaksikan tayangan video lainnya, berikut film dokumenter singkat berikut ini.


Bacaan:

Terendam 25 Tahun, Desa Wisata Ini Menyisakan Satu Penduduk -- Kompas 

The Ruins of Villa Epecuen -- The Atlantic 

Villa Epecuen, Argentina's Ghost Town - Independent 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun