Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

"The Imperial" dari The Delines adalah Sebuah Suvenir Persahabatan

12 Februari 2019   12:40 Diperbarui: 12 Februari 2019   13:42 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Delines (sumber ilustrasi: irishnews.com)

Band country alternatif, The Delines, merilis album ketiga mereka yang berjudul "The Imperial". Album ini tidak hanya menunjukkan eksistensi band semata, tetapi juga sebagai suvenir persahabatan diantara para personilnya.

Usai menikmati sukses album pertama mereka yang berjudul "Colfax", vokalis Amy Boones mengalami kecelakaan hebat pada Maret 2016 silam di kota Austin, Texas, ketika sedang berjalan di trotoar. 

Kedua kakinya patah dan ia harus menjalani serangkaian operasi, membuatnya harus istirahat sekitar satu tahun lamanya. Hal itu sangat mempengaruhi kondisi psikologisnya, termasuk rasa khawatir akan kondisi finansialnya.

Namun para personil band asal Portland, Oegon, AS itu tidak lantas menggantinya dengan vokalis baru. Mereka mendatangi Boone untuk menguatkannya. 

Salah satu anggota band, Willy Vlautin, menulis sejumlah lirik lagu yang terinspirasi dari kondisi Boone. Vlautin adalah mantan vokalis band country alternatif, Richmond Fontaine.

Hari-hari Boone pun lantas diisi dengan menyanyikan lagu-lagu yang kelak akan menjadi materi album The Delines berikutnya. Beberapa waktu kemudian, Boone dapat kembali beraktivitas dan misi merampungkan album pun segera dituntaskan. Pada akhirnya The Imperial" resmi dirilis pada 11 Januari 2019 di bawah label Decor.

"The Imperial" yang memuat sepuluh lagu ini pada dasarnya adalah album musik country tetapi berbeda. Ada lagu yang soulful, yang nge-pop, juga kadang ada balutan rock. Campur-campur. 

Oleh karena itu album ini lebih tepat disebut sebagai country alternatif. Tetapi bila menyebut aliran musik mereka, sebenarnya mereka lebih senang disebut sebagai band retro country.

The Delines terdiri dari para musisi senior berbakat yang sepakat membentuk band ini pada tahun 2012 lalu. Beberapa dari mereka sebelumnya adalah personil di band lain atau sebagai tim. Boone (vokal dan gitar) pernah terlibat dalam album Richmond Fountaine. Lalu Cory Gray yang khusus bermain keyboard dan terompet.

Tucker Jackson, mantan tim band pop/rock Minus 5 bertugas membetot gitar pedal steel, Sean Oldham (perkusi, vokal), lalu Freddy Trujillo yang bertugas memainkan gitar bass dan vokal. Vlautin sendiri fokus pada gitar dan vokal, sementara John Askew bermain gitar bariton.

Semua lirik lagu dalam album ini ditulis oleh Vlautin. Ia juga dulunya kerap menulis lagu untuk band Richmond Fountaine. Sekadar informasi, Vlautin juga seorang penulis novel sukses yang telah menulis lima novel berjudul "The Motel Life", "Northline", "Lean on Pete", "The Free" dan "Don't Skip Out on Me". Novel "The Motel Life' bahkan sudah diangkat ke layar di tahun 2012 lalu. Novel "Lean on Pete" juga kabarnya akan segera tayang.

Lirik lagu-lagunya sederhana saja, tentang hal-hal yang kerap dialami sehari-hari. Tentang pertemuan, kehilangan, juga tentang kebersamaan, yang sama sekali jauh dari kesan puitis atau metafora. 

Nampaknya album ini punya tujuan sederhana saja, agar dapat dinikmati semuanya. Penikmat musik dapat menikmati sekaligus komposisi instrumen yang mengiring apik, lirik yang sederhana dan lantunan vokal lembut Boone.

Album ini diproduseri oleh John Morgan Askew, musisi yang kerap membuat komposisi musik untuk sejumlah film seperti "August: Osage County" dan "Redwood Highway.

Dok: Cover album | sungenre.com
Dok: Cover album | sungenre.com
Album dibuka dengan "Cheer Up Charley", lagu yang berlirik sederhana tentang seseorang yang bernama Charley yang kehidupan rumah tangganya sedang dilanda prahara. Mungkin membuatnya berpikir 'betapa malangnya nasibku'. Lagu ini menyemangatinya untuk bangkit dari keterpurukan.

Seperti lagu country pada umumnya, elemen pedal steel guitar lumayan dominan di lagu ini. Instrumen ini akan muncul di setiap lagu yang mereka mainkan di album ini. Terompet horn dan tamborin membuat lagu ini terasa lebih berwarna. Tamborin menutup lagu dengan manisnya.

Lagu kedua adalah "The Imperial" adalah sebuah lagu sederhana yang bercerita tentang sebuah pertemuan di Imperial, Apartemen 315 yang mengingatkan kenangan yang tidak mengenakkan di masa lalu yang sebenarnya cukup disesalkan. Vokal Boone yang soulful dan husky yang lembut membuat lagu bertempo lambat ini terasa nyaman di telinga.

Tampil sedikit lebih lambat dari "The Imperial", lagu ketiga "Where are You Sonny?" juga nyaman didengar. Lagu ini malah terdengar agak jauh dari kesan country. Lebih dominan ke pop. 

Elemen terompet dari Gray lebih dominan di lagu ini. Lagu ini bercerita tentang seorang pria yang mendadak menghilang dari kehidupannya, dari keluarga kecilnya, oleh karena masalah yang kerap mendera di tempat kerjanya.

"Let's Be Us Again" becerita tentang keinginan untuk bersama kembali usai penantian yang cukup lama. Kali ini lirik lagu hanya terdiri dari dua verse dan reffrain dua baris kalimat yang bakal diulang-ulang setelah verse kedua. Lagu ini terdengar country oldies tetapi di bagian awal. Di pertengahan lagu hingga penghujung malah ;ebih terasa alternatif. Sebuah lagu country yang berkelas.

"Roll Back My Life" adalah satu-satunya lagu bertempo lambat yang liriknya hanya terdiri dari dua verse saja. Lagu hanya terdiri dari vokal Boone dan alunan piano di bagian awal, menjelang penghujung lagu baru terdengar gitar bariton. Lagu enak ini terdengar lebih jazzy.

Track berikutnya adalah "Eddie and Polly", sebuah lagu berirama fun yang cantik. Bercerita tentang pasangan muda Eddie dan Polly yang kerap bertengkar dimanapun mereka berada, terutama jika keuangan mereka sedang seret. Lagu ini terdengar country banget mulai dari melodi, iringan musik, lirik lagu dan tentu saja vokal Boone. Elemen tamborin membuat lagu ini terdengar lebih fun.

Lagu ketujuh berjudul "Holly the Hustle" adalah satu-satunya lagu yang liriknya paling panjang dan kompleks. Dengan durasi lagu hampir enam menit, lagu ini menjadi yang lagu dengan durasi terpanjang di album ini. Menikmati lirik lagunya seperti mendengarkan sebuah cerita atau menonton film karena kisahnya yang tragis.

Lagu ini bercerita tentang seorang gadis belia bernama Holly yang broken home. Mulanya ia tinggal bersama ayahnya dan hidup berpindah tempat. Namun kemudian sang ayah pergi meninggalkannya, nampaknya putus asa dan suka mabuk setelah kehilangan dua kudanya, kuda-kuda terbaik di Albuquerque. Sejak itulah kisah hidupnya yang tragis dimulai. Simak cerita lengkapnya dengan mendengarkan track ini. Kisah dalam lagu ini rasanya layak diangkat ke layar lebar.

Komposisi kedelapan berjudul "That Old Haunted Place", sebuah lagu balada country berdurasi singkat yang bercerita tentang sebuah rumah tinggal seseorang yang belakangan sedang tertimpa musibah beruntun yang selalu menghantui. Dalam lagu ini, Boone seakan tertantang untuk membawakan verse kedua yang liriknya cukup panjang yang harus dinyanyikan dengan cepat layaknya nge-rap.

"He Don't Burn for Me' adalah lagu kesembilan. Saya agak bertanya-tanya mengapa Vlautin ketika menulis lirik lagu ini lebih menggunakan auxiliary "do", bukannya "does"? Memang sebuah kesalahan gramatikal dalam bahasa Inggris tetapi ternyata penggunaan seperti itu biasa dipakai dalam judul dan lirik lagu, misalnya lagu "She Don't Love Me" dari Zayn dan "He Don't Want It" dari Tinashe.

Lagu ini terdengar memiliki genre beragam, pada bagian awal lagu ini terdengar country, tetapi di menit keempat hingga penutup lagu ini memasukkan sound alternatif dan art pop.

Sebagai track penutup album adalah "Waiting on the Blue", sebuah track berdurasi tiga menit yang lembut yang cenderung minimalis di bagian awal, namun berubah dramatis di pertengahan lagu. Tapi kemudian kembali minimalis hingga akhir lagu.

Lagu berkisah tentang lamunan malam yang bakal segera terhapus oleh kesibukan di pagi hari. Nampaknya ada kenangan manis yang susah untuk dilupakan yang kerap dirasakan lepas senja hingga pagi menjelang. Lagu yang bagus.

***
Secara keseluruhan album ini memiliki banyak kelebihan di banyak sisi. Bagi yang suka musik country murni, album ini bisa menjadi alternatif urutan pertama yang layak untuk dinikmati karena mengemas musik country dengan cara yang berbeda. Album ini juga memuaskan untuk didengar oleh penyuka musik pop, jazz, alternatif atau rock.

Rating saya untuk mengapresiasi album ini adalah 8,6 dari 10. Tidak perlu merinci lebih detail tentang parameternya. Jelas, perpaduan vokal bagus, lirik naratif yang mengalir apa adanya dan komposisi musik apik membuat setiap track dalam album terasa enak untuk dinikmati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun