Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Fenomena Anak-anak Mengendarai Motor Tanpa Helm

14 Januari 2019   12:44 Diperbarui: 15 Januari 2019   11:12 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: jambi.tribunnews.com

Ada dua orang yang mengalami cedera parah di kepala. Satu pasien adalah seorang wanita usia paruh baya yang ranjangnya bersebelahan dengan ranjang adik ipar saya. Pasien itu datang dalam kondisi tidak sadarkan diri. Menurut cerita yang saya dengar dari salah satu anggota keluarganya, sang ibu membonceng suaminya tanpa mengenakan helm dan terjatuh dari motor.

Tak disangka, selain cedera kepala cukup parah, pasien tersebut juga memiliki tingkat gula darah yang sangat tinggi sehingga tim dokter yang menangani pasien ini juga cukup was-was. Pasien tersebut pada akhirnya meninggal dunia kurang dari dua hari setelah masuk UGD.

Selang seminggu kemudian, adik ipar saya dipindahkan ke ruang lain di blok yang sama. Kali ini bersebelahan dengan anak seusia SD yang kondisinya cukup mengenaskan. Saking parahnya cedera di kepalanya, tempurung kepala bagian depan (frontal bone) anak tersebut diambil untuk diganti dengan tempurung kepala palsu yang kabarnya didatangkan dari luar negeri. Kalau tidak salah dari Jerman.  

Jadi, dahi sang anak yang ditutup perban dibiarkan tanpa tempurung, membuat wajahnya terlihat aneh. Sungguh kasihan melihatnya. Dahinya terlihat kempes. Di balik kulit kepala yang ditutup perban sudah pasti organ otaknya yang tidak berpelindung. Cedera itu nampaknya juga merenggut kecerdasannya. Ia menjadi kurang mampu berbicara. Tapi sykurlah ia bisa menggerakan kedua matanya. Gerakan motoriknya juga sangat terbatas, bahkan sangat lemah sehingga ia harus berbaring di ranjang selama perawatan.

Sang orangtua menceritakan perihal cedera yang menimpa anak kesayangannya itu. Sang anak memaksa mengendarai motor orangtuanya untuk ke suatu tempat yang tidak jauh dari rumah. Oleh karena lokasi yang ia tuju dekat, maka ia tidak memakai helm. Naas, ketika sedang mengendarai motor itu, ia terjatuh. Kepalanya membentur sesuatu hingga akhirnya ia dilarikan ke rumah sakit.

Nah, alasan tidak memakai helm karena tujuan yang dekat ini sering juga saya jumpai. Kita tidak bisa menyangka kejadian apa yang kita alami hingga akhirnya kita menyesalinya, sebagaimana yang terjadi pada anak tersebut. Terkadang saya cukup "cerewet" utuk mengingatkan orang lain. Salah seorang teman kantor pernah saya wanti-wanti agar mengenakan helm walaupun lokasi yang ia tuju dekat.

Jika kita sudah patuh mengenakan helm, hendaknya memastikan tali gesper helm sudah terikat sampai berbunyi klik. Uji keeratan ikatan tali gesper helm dengan menarik tali gespernya dari sisi kanan dan kiri. Jika sudah erat, baru kita bisa mengendarai sepeda motor kita.

Sebagai penutup, kita perlu tegas melarang anak-anak atau saudara kita yang belum berumur 17 tahun yang ingin mengendarai kendaraan khususnya sepeda motor. Jika mereka adalah remaja usia 17 tahun atau lebih yang sudah memiliki SIM, mereka perlu sadar bahwa mengenakan helm adalah kewajiban. Anak-anak yang membonceng sepeda motor baik duduk di depan atau di belakang juga harus mengenakan helm.

Helm tidak membuat kita selamat dari kecelakaan, tetapi helm bisa mengurangi risiko fatal kecelakan lalu lintas, misalnya mengurangi cedera kepala, pendarahan otak atau gegar otak dan sebagainya. Sedekat apapun tujuan Anda atau anak-anak Anda, jika menggunakan sepeda motor, jangan lupa mengingatkan mereka untuk mengenakan helm dengan mengencangkan tali gesper helm hingga berbunyi klik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun