Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Beberapa Perilaku Negatif Pengunjung Toko Swalayan

27 Desember 2018   12:43 Diperbarui: 28 Desember 2018   12:15 1237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: www.ouiinfrance.com

Nah, ini biasanya dilakukan para orang tua yang kurang bertanggung jawab dalam menggunakan troli belanja di supermarket atau hipermarket. Bahkan meskipun ada troli khusus anak dengan tambahan space anak berbentuk mobil mini, ada saja orang tua yang menggunakan troli secara tidak semestinya.

Memang dilematis sih. Kadang troli dengan tambahan space untuk anak telah habis saking banyaknya pengunjung toko swalayan. Atau mungkin pihak toko swalayan hanya menyediakan troli biasa tanpa space untuk anak-anak. Ada sejumlah perilaku unik dari sejumlah konsumen yang pernah saya amati berkaitan dengan troli ini.

Kadang suatu keluarga dengan satu atau dua anak berbadan cukup besar diletakkan di dalam troli lengkap dengan sepatu atau sandalnya. Padahal troli itu nantinya dipakai oleh konsumen berikutnya yang mungkin akan berbelanja makanan. Bisa dipastikan troli tersebut menjadi tidak higienis.

Kadang ada keluarga dengan dua anak usia SD namun berbadan bongsor dimana keduanya berada di dalam troli sementara sang orang tua hanya berbelanja beberapa item saja. Bahkan troli tersebut juga diajak keliling mal ibarat baby stroller gratisan.

Jika hal ini terjadi di mal yang menyediakan travelator atau eskalator tanpa penghalang, bisa dipastikan troli belanja tersebut akan tersebar di berbagai sudut mal atau pusat perbelanjaan. Saya pernah melihat sebuah keluarga yang sedang bersantap di food court. Mereka membawa troli suatu hipermarket, yang letaknya beberapa lantai di bawah food court, untuk mengangkut barang belanjaan dan anak balitanya!

Biasanya setelah selesai menggunakan, mereka akan meninggalkannya begitu saja di sudut mal, atau di area parkir kendaraan. Mereka berpikir toh nanti ada petugas yang akan mengumpulkan troli itu dan mengembaikannya ke area hipermarket. Padahal mengumpulkan troli dari berbagai sudut di mal itu pekerjaan yang cukup melelahkan.

Jadi, sebaiknya hindari membawa troli belanja untuk jalan-jalan di mal. Troli belanja tidak berfungsi sebagai baby stroller atau kereta belanja mobile. Penggunaan troli seharusnya sebatas pada area yang telah ditentukan misalnya sampai mulut travelator atau eskalator atau sekitar pintu lobby.

Transaksi pembayaran non tunai yang berlangsung lama

Entah mengapa menurut saya transaksi tunai justru lebih efisien daripada transaksi non tunai. Transaksi non tunai misalnya dengan kartu debit, kartu kredit maupun uang elektronik justru membuat antrian lebih panjang. Apalagi jika terjadi gangguan jaringan.

Khusus untuk bagian ini kesalahan bukan terletak pada konsumen atau pembeli. Entah siapa yang layak ditunjuk tetapi yang jelas saya kerap mengalami hal ini. Transaksi denga menggunakan kartu debit atau kartu kredit yang seharusnya lebih efisien malah membuat antrian di kasir semakin panjang.

Nasihat "cash is king" untuk situasi seperti ini rasanya masih cukup relevan. Karena saya pernah merasakan sendiri ketika berbelanja menggunakan kartu debit atau kartu kredit durasi pelayanan di kasir malah lebih lama daripada ketika menggunakan uang tunai. Hal ini membuat saya merasa tidak enak dengan para konsumen setelah saya yang sedang mengantri di kasir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun