Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Sampai Kapan Kita Terus Berkutat pada Masalah Sampah?

14 November 2018   05:16 Diperbarui: 14 November 2018   09:45 1436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompas cetak pada edisi 13 November 2018 lalu memuat foto headline berjudul "Sampah Sungai Ciliwung". Dalam foto tersebut nampak berkubik-kubik sampah yang hanyut di sekitar Pintu Air Manggarai. Tingkat ketinggian air di pintu air tersebut kerap menjadi patokan kala musim penghujan tiba. 

Begitu pula dengan kondisi permukaan air di sungai Ciliwung. Sebagian warga kerap memperhatikan level permukaan airnya dengan was-was, khawatir tempat tinggalnya terkena dampak luapan air sungai.

Baru-baru ini saya menonton sebuah tayangan video yang lumayan viral di YouTube mengenai kejadian "tsunami" sampah di Bandung. Kejadian yang terekam video di akhir Oktober 2018 lalu itu terjadi di sungai Cisunggala di Desa Panyadap, Kecamatan Solokanjeruk, Kabupaten Bandung.

Dalam tayangan tersebut kita dapat melihat gulungan air sungai yang cukup kental, mengandung banyak sekali sampah yang mengalir cukup deras di sungai yang sebelumnya kering.


Sampah beraneka macam baik kertas, plastik, ranting tanaman memenuhi sungai tersebut. Pada bagian sungai yang lain terlihat jelas jenis sampah yang terdapat di sungai. Bahkan ada bantal kapuk yang terendam manja di sana. Sungai Cisunggala tersebut mengalir hingga ke sungai Citarum.

Disanalah sampah-sampah dari sungai Cisunggala berkumpul dengan sampah-sampah dari sungai-sungai lainnya, menjadikan Sungai Citarum menjadi lautan sampah raksasa, bahkan menjadi salah satu sungai paling tercemar di dunia, demikian menurut BBC. (https://www.bbc.com/indonesia/media-43959742).

Kota Surabaya memiliki sejumlah sungai yang disulap menjadi jalan raya dengan menggunakan box culvert. Area sungai yang ditutup dengan box culvert bisa berkilo-kilo meter panjangnya. Penutupan sungai itu menimbulkan konsekuensi sampah-sampah yang menumpuk didalamnya.

Dan memang benar demikian halnya. Pada tahun 2017 lalu, tim Pemerintah Kota Surabaya mengecek kondisi di bawahnya. Beraneka macam sampah ditemui di sana. Ada sampah popok bayi yang sudah menggelembung seperti bola karena menyerap air, ranting-ranting pohon, sampah plastik, juga sampah kasur, ranjang, meja, kursi, hingga pohon utuh! (sumber)

Kebijakan pemerintah terkait problem sampah

Persoalan tentang sampah memang pelik dan pastinya membuat departemen atau dinas terkait mengerutkan kening. Problem tentang sampah memang lumayan kompleks, tetapi bukan berarti problem tersebut tidak dapat teratasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun