Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"First Man", Drama Pertentangan Batin Neil Armstrong Jelang Menapak Bulan

16 Oktober 2018   15:39 Diperbarui: 17 Oktober 2018   19:00 1239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: movieweb.com)

Film sci-fi perjalanan antariksa selalu menarik untuk ditonton dan merupakan salah satu genre film favorit saya. Sayangnya film semacam ini tidak banyak diproduksi. 

Mungkin secara teknis produksi film sci-fi jauh lebih kompleks daripada film bergenre drama, romance atau horor.

Untuk memproduksi film sci-fi diperlukan set dan properti film yang lebih banyak daripada film genre lainnya. Film sci-fi juga fokus pada penggarapan efek visual, efek suara, sound mixing dan lain-lain. 

Mungkin kompleksitas film genre sci-fi hanya bisa disaingi dengan film genre war atau perang dan fantasi. Karena itu film-film sci-fi sering adalah film-film berbujet besar.

Saat ini bioskop-bioskop tanah air sedang menayangkan sebuah film drama apik berjudul "First Man" dengan premis misi Apollo 11 yang diawaki Neil Armstrong menuju Bulan. 

Film ini sekilas adalah film sci-fi tetapi sesungguhnya film ini bergenre drama. Bujet film ini juga terbilang tidak besar, kabarnya hanya sekitar USD 59 juta saja. Kreativitas adalah kunci penggarapan film ini.

"First Man" adalah biopik Neil Armstrong, salah satu awak Apollo 11 yang menjadi manusia pertama yang menjejakkan kaki di permukaan Bulan.  Film ini dibuat berdasakan biografi Neil Armstrong berjudul "First Man: The Life of Neil A. Armstrong" (Simon & Schuster, 2005) oleh James R. Hansen. 

"First Man" berkisah tentang fase demi fase perjalanan hidup Armstrong hingga akhirnya pada 16 Juli 1969 terbang mengangkasa menuju satelit Bumi itu bersama dua awak lainnya: Buzz Aldrin dan Michael Collins.

Sedikit merunut sejarah pembuatan film ini, sebenarnya lisensi untuk produksi film ini sudah dibeli oleh sutradara/aktor Clint Eastwood dan Warner Bros pada tahun 2003 lalu. 

Eastwood pernah membuat film bertema sci-fi misi ke ruang angkasa berjudul "Space Cowboys". Namun beberapa waktu kemudian Eastwood menyatakan tidak akan mengarahkan film tersebut.

Waktu berlalu hingga sekian tahun lamanya, nasib proyek film tidak jelas sampai sang narasumber utama, Neil Armstrong wafat pada 25 Agustus 2012. 

Produksi film ini pun mentok di pengembangan tanpa pernah memulai produksi satu adgean pun. Hingga akhirnya Universal Pictures dan DreamWorks Pictures mengambil alih produksi film itu pada tahun 2010an.

Sutradara muda periah Oscar, Damien Chazelle (Whiplash, La La Land) didapuk menjadi sutradara film ini. 

Di tangan Chazelle, film ini sukses menyusuri kehidupan Armstrong yang ternyata dibalik segala kesuksesannya, ia adalah manusia biasa yang jalan hidupnya tidak terang benderang.

Adapun kesibukan misi-misi ruang angkasa sebelum Apollo 11, kondisi politik pada waktu itu (misi Apollo 11 diluncurkan pada 16 Juli 1969) sampai akhirnya ia menapaki permukaan Bulan adalah bumbu cerita yang tidak begitu dominan disampaikan dalam film. 

Tetapi semua itu dirangkai untuk memperjelas keseluruhan jalinan cerita film dan terutama pemahaman kita akan sang tokoh utama, Neil Armstrong.

Kisah film ini memang terpusat pada Armstrong dan keluarga kecilnya yang menghadapi sejumlah problematika dan pergulatan batin di masa sepuluh tahun paling krusial dalam kehidupan mereka, sepuluh tahun menjelang misi paling ambisius pada waktu itu yaitu mengirim manusia ke Bulan.

Film ini menyentuh dan menggugah emosi. Di bagian awal film - usai kita disuguhi adegan mendebarkan Armstrong menguji pesawat X-15 - kita disuguhi adegan-adegan yang mengaduk perasaan ketika Armstrong dan istrinya, Janet Shearon, harus kehilangan Karen, anak kedua yang masih balita karena tumor di kepala.

Kehilangan anak tercinta bagi Armstrong yang berkepribadian lembut dan cenderung pendiam ini akan mempengaruhi sikapnya kelak dalam memandang musibah demi musibah. Bagaimana ia berusaha tegar dan kuat ketika mengetahui satu per satu rekannya tewas dalam beberapa misi antariksa.

Janet adalah sosok yang menjelma menjadi kepala keluarga karena kesibukan Armstrong yang luar biasa. Armstrong mengikuti berbagai misi antariksa NASA, entah karena ia memiliki minat atau karena ia ingin melupakan fase traumatis dalam hidupnya sejak sang putri tercinta tiada.

Pada suatu waktu, Janet yang tadinya memaklumi dan menerima konsekuensi memiliki suami seorang test pilot dan astronot, pada akhirnya mulai gelisah setelah mendengar misi Apollo 11 yang akan diikuti oleh Armstrong. 

Janet khawatir bahwa kebahagiaan keluarga kecilnya yang telah pulih dari luka nampaknya akan terenggut lagi dalam waktu yang tidak lama. Ia melihat beberapa teman-teman dekatnya yang para suaminya satu per satu tewas dalam misi antariksa.

Perjalanan ke Bulan yang pertama kali diluncurkan NASA waktu itu adalah misi pergi tanpa janji akan kembali. Hal ini membuat Janet meluapkan emosinya, menumpahkan perasaannya pada Armstrong. 

Armstrong adalah sosok yang sedikit berkata-kata dan bukan orang yang meledak-ledak. Tetapi kita bisa merasakan hatinya yang bergejolak. Adegan di salah satu ruang di rumah mereka menjadi salah satu adegan paling dramatis dalam film ini.

Sampai-sampai penonton di dalam studio pun ikut hanyut dalam suasana, terdiam beberapa saat lamanya. Saya ingat tidak ada suara kriuk snack, atau suara kresek-kresek kantong plastik ataupun bisik-bisik. 

Kita jadi ikut merasakan pertentangan batin Armstrong pun kekhawatiran Janet bila Armstrong ditelan angkasa dan ia bakal menjadi janda.

Tidak sedikit adegan dalam film yang membuat kita trenyuh, termasuk adegan menjelang penghujung film ketika Armstrong sejenak berdiri di bibir kawah Little West sebelum kembali ke wahana yang membawanya pulang ke Bumi. Penutup film juga memorable, ketika Armstrong dan Janet ternyata dapat berkumpul kembali.

Sejumlah adegan mendebarkan bin menegangkan juga muncul di sejumlah bagian film. Salah satunya ketika misi Gemini 11 yang harus digabungkan (docking) dengan wahana nirawak Agena di angkasa. 

Usai penggabungan, wahana mereka malah berputar-putar tidak terkendali, begitupun usai melepaskan diri (undocked), putaran Gemini 11 semakin cepat saja. 

Adegan ini adalah salah satu adegan yang bakal membuat penonton beberapa saat menahan nafas. Sound effect-nya menggelegar, saya menonton di salah satu studio IMAX.

Adegan peluncuran Apollo 11 ke Bulan yang diawaki Armstrong dan awak lainnya pada 16 Juli 1969 juga digarap luar biasa bagus yang juga mendebarkan mulai dari peluncuran, pendaratan ke permukaan Bulan dengan kondisi bahan bakar kritis dan kembali ke Bumi. 

Walaupun kita semua tahu misi itu sukses membawa Armstrong dan dua awak lainnya selamat sampai ke Bumi pada 24 Juli 1969, tetap saja adegan tersebut menegangkan.

Salah satu adegan dalam film. (sumber: chicagotribune.com)
Salah satu adegan dalam film. (sumber: chicagotribune.com)
Karakter Armstrong diperankan dengan sangat apik oleh Ryan Gosling (La La Land, Blade Runner 2049). Sebagai informasi, Chazelle sudah berdiskusi dengan Gosling mengenai rencana film ini sebelum penggarapan "La La Land". 

Ia melihat Gosling adalah sosok paling tepat memerankan Armstrong. Tetapi, mereka segera disibukkan dengan film "La La Land" yang kelak mendapat 14 nominasi Academy Awards 2017 dan nyaris menjadi Film Terbaik.

Karakter Janet juga diperankan sangat baik oleh Claire Foy (The Lady in the Van, Breathe). Ketika diwawancarai oleh Digital Spy, aktris asal Inggris ini menyatakan minatnya mendukung film ini usai membaca naskah filmnya. 

Sayangnya Foy tidak punya kesempatan untuk berbicara langsung dengan Janet yang wafat di awal tahun 2018. Jadi bekalnya hanyalah rekaman-rekaman antara Hanson dan Foy ketika ia menulis buku tersebut.

Produksi film ini digarap dengan sangat baik. Chazelle adalah sutradara dengan track record film drama. Sementara "First Man" adalah film pertamanya yang bertema ruang angkasa. Untuk itu ia harus membaca buku "First Man: The Life of Neil A. Armstrong" dan menonton sejumlah film dokumenter tentang Neil Armstrong.

Pada tahap produksi film, ia mengajak Nathan Crowley sebagai production designer. Sebagai informasi, Crowley pernah terlibat dalam proyek film "Interstellar" yang disutradarai Christopher Nolan. Tak heran, pada sejumlah adegan di angkasa, kita bakal merasakan aura "Interstellar" di sana.

Menurut Chazelle, Crowley adalah yang terbaik di dunia untuk hal ini. Selain "Interstellar", Crowley juga terlibat dalam film Nolan lainnya yaitu "Dunkirk".

Film ini juga melibatkan cinematographer asal Swedia, Linus Sandgren (American Hustle, Joy) yang pernah berkolaborasi dengan Chazelle dalam "La La Land". Ia mendapat Piala Oscar untuk film itu di kategori Best Cinematographer.

Khusus adegan di permukaan Bulan, Sandgren mengambil gambar dengan menggunakan kamera IMAX 70mm film untuk mendapatkan hasil terbaik walau lokasi shooting sebenarnya ada di area tambang batu lokal. 

Hasilnya keren sekali! Dua jempol untuk penggarapan sinematografinya.

Sementara itu, penggarapan musical score dipercayakan kepada komposer musik muda Justin Hurwitz yang bahkan sudah bekerja sama dengan Chazelle sejak film pertama Chazelle yaitu "Guy and Madeline on a Park Bench". 

Album digital musical score film ini sudah dirilis oleh Back Lot Music pada 12 Oktober 2018 lalu.

Alur film ini terjaga rapi secara kronologis. Departemen film editing yang dikomandoi oleh Tom Cross (Whiplash, La La Land) telah bekerja dengan sempurna membuat film ini sangat nyaman untuk ditonton walau durasinya cukup panjang yaitu 141 menit. Setiap fase kehidupan Armstrong ditandai dengan teks nama misi dan tahun misi.

Ketika diwawancarai oleh Hollywood Reporter, Chazelle mengatakan bahwa ada banyak sekali adegan film yang dipotong. 

Untuk itu ia berencana memasukkan adegan-adegan yang dibuang tersebut pada format DVD atau Blu-ray. Kabar baik, tetapi tidak ada informasi apakah itu berarti akan ada versi panjang film ini (seperti pada film "Batman v Superman: Dawn of Justice", 2016) atau dijadikan sebagai footage khusus?

Ada satu hal yang mengganjal di benak saya. Sepengetahuan saya, dulu para awak Apollo 11 menancapkan tiang berbendera Amerika Serikat di permukaan Bulan. Nah, adegan itu rasanya tidak ada. 

Atau jangan-jangan mata saya tidak awas karena saya nonton di show terakhir malam hari, di saat kebanyakan orang sudah bersiap tidur malam. Ternyata adegan itu tidak ada. Klarifikasinya ada di sini.

Dengan alur cerita yang rapi dan kuat, akting para casts yang hebat, serta produksi film yang cermat, "First Man" sangat punya kans untuk menjadi salah satu nominasi Film Terbaik Academy Awards 2019. 

Film ini juga nampaknya akan menjadi pusat perhatian di perhelatan Golden Globe 2019 awal Januari 2019 nanti, dimana daftar nominasinya menurut rencana akan diumumkan pada 6 Desember 2018.

Apapun pencapaian film ini di ajang penghargaan film internasional, film ini merupakan kado peringatan HUT ke-60 NASA yang diperingati pada 1 Oktober 2018 lalu. 

Mendiang Armstrong kala sukses menapak Bulan berkata: "That's one small step for man, one giant leap for mankind." NASA akan terus meneliti dan menjelajah alam semesta bagi umat manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun