Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengintip Koleksi Buku Para Selebritas Dunia

26 September 2018   00:03 Diperbarui: 26 September 2018   20:15 1778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Judd Apatow dan buku-buku (sumber: https://www.houstonpress.com/film/judd-apatow-s-second-act-7438668)

Apatow sadar pada dasarnya ia tidak bisa melawak dan bukan anak yang nge-hits juga. Tapi di dalam benaknya ia tahu apa yang ia inginkan: meniti jalan di dunia komedi. Oleh karena passion-nya itu, ia belajar pada sejumlah komedian yang telah berhasil seperti Howard Stern, Harold Ramis dan Jerry Seinfeld.

Pertemuannya dengan aktor Owen Wilson pada tahun 1997 membuatnya ingin membaca buku lebih banyak lagi. Wilson ternyata adalah seorang yang suka membaca. Salah satu buku yang direkomendasikan Wilson kepada Apatow adalah "A Fan's Notes: A Fictional Memoir" (Modern Library, 1997) karya Frederick Exley, yang kemudian menjadi buku terfavorit Apatow. Buku itu merupakan buku semi-autobiografi tetapi termasuk dalam kategori fiksi. Buku itu pernah diangkat menjadi karya film yang dirilis pada tahun 1972, disutradarai oleh Eric Till.

Selain membaca buku, Apatow juga menulis buku bertema komedi yaitu "I Found This Funny: My Favorite Pieces of Humor and Some That May Not Be Funny at All" (McSweeney, 2010) dan "Sick in the Head: Conversations About Life and Comedy" (Random House, 2015).

Judd Apatow memiliki daftar buku yang menurutnya layak untuk dibaca oleh setiap orang, berikut daftarnya:

1. A Death in The Family - James Agee
2. A Fan's Notes: A Fictional Memoir - Frederick Exley
3. Adultery & Other Choices - Andre Dubus
4. Among the Missing - Dan Chaon
5. Born Standing Up - Steve Martin
6. Cathedral - Raymond Carver
7. Do I Have to Give Up Me to be Loved by You? - Jordan Paul and Margaret Paul
8. Flappers and Philosophers - F. Scott Fizgerald
9. If You Want to Write - Brenda Ueland
10. I'll Sleep When I'm Dead: The Dirty Life and Times of Warren Zevon - Crystal Zevon
11. Monty Phyton's Big Red Book - Eric Idle, Graham Chapman, John Cleese, Michael Palin, and Terry Jones
12. Seize the Day - Saul Bellow
13. Shot in the Heart - Mikal Gilmore
14. The Marx Bros. Scrapbook - Groucho Marx and Richard J. Anabile
15. This Boy's Life: A Memoir - Tobias Wolff
16. What is the What - Dave Eggers
17. When Things Fall Apart: Heart Advice for Difficult Times - Pema Chodron

Mira Nair, sutradara film pecinta buku yang jatuh cinta pada seorang penulis buku

Mira Nair adalah seorang sutradara kenamaan kelahiran India yang kini bermukim di New York City. Film-filmnya kerap menampilkan budaya India. Sejumlah film Nair yang terkenal antara lain: "Salaam Bombay" (1988, nominator Academy Award 1989 untuk kategori Film Berbahasa Asing Terbaik), "Monsoon Wedding" (2001), "Vanity Fair" (2004) dan "Amelia" (2009). Terakhir di tahun 2016 lalu ia menyutradarai film biopik "Queen of Katwe".

Mira Nair (sumber: http://lukwangule.blogspot.com/2013/06/the-reluctant-fundamentalist-kufungua.html?m=1?pr=63907&lang=fr)
Mira Nair (sumber: http://lukwangule.blogspot.com/2013/06/the-reluctant-fundamentalist-kufungua.html?m=1?pr=63907&lang=fr)
Nair adalah seorang pembaca buku, terutama buku-buku sastra. Minatnya pada sastra tumbuh kala bersekolah di sebuah sekolah Katolik Irlandia di kota itu. Ia ingat mulai menyukai sastra Inggris kala mengikuti kelas sastra yang gurunya adalah seorang suster legendaris bernama Suster Joseph Catherine, satu-satunya guru sastra di sekolah tersebut.

Nair ingat pada pertemuan pertama kelas sastra tersebut sang suster membahas tentang onomatopoeia, yaitu penulisan kata-kata atas suatu suara (misalnya, "hahaha" untuk menuliskan tertawa, atau "guk guk" untuk suara anjing). Sejak itu ia mulai senang dengan karya-karya William Shakespeare, William Blake dan John Keats.

Oleh karena ia bersekolah di sekolah yang berkaitan langsung dengan budaya Inggris, Nair justru terlebih dahulu mengenal para sastrawan Inggris tersebut daripada sastra India. Ia baru mengenal karya puisi Urdu dan Hindu beberapa waktu kemudian yang menurutnya luar biasa.

Tetapi Nair remaja lebih menyukai karya-karya Dylan Thomas, salah satu sastrawan Inggris. Kala berusia 15 tahun, ketika keluarga Nair telah pindah ke Delhi, ia memesan 21 buku karya Thomas langsung ke Inggris. Menurut Nair, karya-karya Thomas memandunya lebih jauh lagi untuk mencintai kata-kata, membuatnya larut dalam imajinasi yang membuatnya mampu melintasi samudera untuk menjadi dirinya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun