Jaka menghela nafasnya, nampak khawatir mereka bakal batal jalan-jalan ke kota.
"Sejak kapan muncul sakit kepala?" tanya Jaka yang membantu Chika membereskan boneka.
"Sejak pertengahan sesi kedua. Mungkin Chika lelah, Jaka. Biasanya pertunjukan sekali saja. Mungkin karena semakin banyak karakter boneka. Tapi tidak apa, anak-anak balita jadi makin suka," kata Chika.
"Kalau begitu kau istirahat saja, Chika. Aku carikan obatnya ke Kang Jaja, ya." kata Jaka.
Chika mengiyakan. Kang Jaja adalah teman Jaka yang bekerja di apotek Sukanangka Farma yang letaknya di tepi jalan raya, letaknya cukup jauh dari desa Sukanangka. Tapi tidak apa, demi Chika ia akan mencari obatnya agar Chika kembali ceria.
Jaka pun segera memacu motornya cepat-cepat ke arah jalan raya. Kebetulan Kang Jaja bekerja hingga jam lima. Sampai di sana Jaka pun bersua dengan Kang Jaja yang segera mencarikan obatnya.
Selang beberapa waktu kemudian, Jaka sudah tiba membawa obat sakit kepala. Ia segera masuk ke rumah Chika tanpa menekan bel yang ada di atas jendela karena pintu sudah terbuka. Ia heran karena tidak biasanya pintu rumah terbuka. Ia mengernyitkan dahinya.
Jaka merasa lega setelah melihat punggung Chika di sofa ruang keluarga. Di depannya ada layar televisi menayangkan tayangan olah raga. Tapi ternyata, ada sesosok manusia lainnya di sana duduk di lantai di dekat sofa.
"Teteh Rika?" tanya Jaka heran.
Sontak Teteh Rika dan Chika menoleh ke arah Jaka bersama-sama, terkejut dengan kedatangan Jaka. Teteh Rika cepat-cepat memebereskan benda-benda di depannya, sejumlah uang kertas dan recehan ke dalam kantong kain, membuat Jaka bertanya-tanya. Chika bangkit dari sofa membalikkan badanya menghadap Jaka.
"Eee.. Jaka, eee.. anu.." kata Chika terbata-bata. Teteh Rika nampak cemas rasa seraya mengatakan kepada Chika untuk mengatakan semuanya saja, membuat benak Jaka semakin dipenuhi tanda tanya.