Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film "Searching", Mencari Si Anak Hilang

29 Agustus 2018   12:36 Diperbarui: 29 Agustus 2018   12:43 1693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber; theverge.com

Teknologi komunikasi memiliki sisi positif dan negatif. Lewat teknologi komunikasi, sanak keluarga atau relasi di tempat yang jauh dapat terhubung seketika baik lewat panggilan suara atau video. Inovasi teknologi komunikasi membuat tali silaturahim dengan teman-teman pun tidak tergerus. Bahkan orang tua pun dapat secara intens mengawasi putra-putrinya yang masih sekolah dari kantor.

Tetapi teknologi komunikasi bak pedang bermata dua. Ia juga memiliki sisi negatif yang berpotensi mengancam nyawa seseorang, mungkin saja anggota keluarga kita. Itulah pesan yang hendak digaungkan oleh sebuah film baru berjudul "Searching" yang saat ini sedang tayang di bioskop-bioskop tanah air.

Film yang disutradarai Aneesh Chaganty ini bercerita tentang seorang remaja putri keluarga Asia-Amerika yang menghilang selama lima hari lamanya. Di suatu pagi, David Kim (John Cho) tiba-tiba tidak dapat menghubungi putrinya yang bernama Margot (Michelle La) baik lewat aplikasi chating ataupun telepon. Padahal malam sebelumnya ia masih bisa berkomunikasi dengan putri semata wayangnya itu lewat panggilan video. Malam itu sang putri sedang berada di rumah temannya untuk belajar kelompok.

Sekali, dua kali, tiga kali dan akhirnya setelah sekian kali tidak dapat terhubung dengan Margot, sang ayah menjadi cemas akan keberadaan putrinya. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan sampai akhirnya sang adik yang bernama Peter (Joseph Lee) menyarankan untuk segera menghubungi polisi.

Tim kepolisian yang dipimpin oleh Detektif Rosemary Vick (Debra Messing) mulai bekerja untuk mencari Margot. Segala daya upaya dikerahkan namun tak jua berhasil menemukan. Walau polisi sudah mulai bekerja, David tidak mau tinggal diam karena ia sangat menyayangi putri satu-satunya yang sekaligus sosok yang paling ia cintai. Ibunda Margot yang bernama Pamela Nam (Sara Sohn) telah wafat setelah berjuang melawan penyakitnya kala Margot beranjak remaja.

David baru menyadari bahwa laptop Margot yang tertinggal di dapur ternyata dapat memberikan petunjuk penting atas menghilangnya Margot. Ia mengerahkan segala kemampuannya merangkai satu dmei satu kepingan informasi yang ia peroleh dari laptop Margot hingga akhirnya semua misteri yang menyelimuti terkuak.

Adegan demi adegan dalam film berdurasi 102 menit ini mengalir dengan rapi. Film diawali dengan rangkaian video dokumentasi keluarga muda David dan Pamela yang berbahagia dengan kehadiran Margot di tengah-tengah mereka. 

Rangkaian video dokumentasi itu juga memberikan unsur drama tersendiri khususnya tayangan dokumentasi tentang kondisi Pamela yang didera penyakit yang membuatnya makin melemah hingga akhirnya meinggal dunia.

David digambarkan sebagai sosok yang selalu mendokumentasikan aktivitas keluarganya termasuk tingkah polah Margot kecil (yang diperankan tiga pemain: Alex Jayne Go, Megan Liu dan Kya Dawn Lau). Visualisasi aktivitas di layar komputer juga disajikan ke layar perak dengan apik.

Meski visualisasi tayangan video dokumentasi dipresentasikan dengan resolusi rendah (latar waktu video dokumentasi adalah awal tahun 2000an), video tu menimbulkan kesan tersendiri bagi penonton film. Tayangan video dokumentasi tersebut seakan menjadi prekuel yang walaupun singkat, punya kekuatan mengaduk-aduk emosi penonton di awal film.

Saya baru menyadari tayangan video dokumentasi di awal film itu ternyata memiliki peran penting agar penonton dapat mengenal lebih dalam karakter David dan Margot. Penonton juga dapat memahami sejauh mana hubungan antara ayah-anak David dan Margot. Strategi sang sutradara yang memasukkan tayangan video dokumentasi keluarga kecil ini patut dipuji.

Film ini menjadi sangat menarik berkat sejumlah twist yang muncul sejak pertengahan film. Visualisasi layar komputer juga kerap muncul membuat penonton seakan ikut dilibatkan dalam misi mencari si anak yang hilang. Tayangan berita juga dikemas sedemikian rupa sehingga mirip dengan breaking news di dunia nyata. Sesekali humor yang menyelip menurunkan tensi film.

Karakter David tak kenal lelah mengaduk isi laptop sang anak guna merangkai satu demi satu informasi penting pada akhirnya mengarah pada satu tempat, satu orang pada satu situasi yang bakal tidak disangka oleh penonton. Semuanya bakal terjawab secara lengkap di akhir cerita.

Para cast film ini walaupun bukan termasuk A-lister mampu memberikan warna dalam film ini walaupun tidak dapat ditampik skenario yang apik adalah kekuatan utama film ini. Sutradara Aneesh Chaganty yang memulai debutnya dalam film panjang juga merangkap menulis skenario film ini. Ia bekerja sama dengan Sev Ohanian (co-produser film "Fruitvale Station"). Hasil kerja kerasnya sukses menerjemahkan skenario ke sebuah karya film yang gemilang.

Sebelum menyutradarai "Searching", Aneesh menulis dan menyutradarai sejumlah film pendek dan pernah membuat tayangan iklan untuk Google. Tak heran ia begitu piawai dalam memvisualisasikan tampilan pada layar komputer ke layar lebar.

Aktor John Cho yang memerankan David Kim menuai sejumlah pujian. Aktor Amerika berdarah Korea ini mungkin lebih dikenal lewat karakter Harold Lee dalam serial komedi "Harold & Kumar". 

Ia kerap tampil di seri film "Star Trek" dimana ia memerankan karakter Hikaru Sulu. Aktingnya yang apik dalam film "Columbus" mungkin menarik perhatian Aneesh Chaganty dan mengajaknya bergabung dalam filmnya.

Film ini merupakan film thriller Hollywood pertama yang diperankan oleh artis Asia-Amerika. Film yang didistribusikan oleh Screen Gems dan Sony Pictures ini diapresiasi positif oleh sejumlah situs rating film, bahkan telah meraih sejumlah penghargaan di tahun 2018 ini antara lain dua penghargaan pada Festival Film Sundance yaitu Alfred P. Sloan Prize (penghargaan film pada Festival Film Sundance yang mengangkat tema ilmu pengetahuan atau teknologi) dan NEXT Audience Award.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun