Beberapa hari lalu CNN dan beberapa media online mengabarkan tentang akan lahirnya kembali pesawat supersonik pengangkut penumpang. Lima belas tahun setelah Concorde mengakhiri penerbangan komersialnya di tahun 2003 lalu, pesawat yang terbang dengan kecepatan di atas kecepatan suara ini digadang-gadang akan mulai mengangkasa kira-kira di tahun 2021 nanti.
Mengapa teknologi pesawat supersonik ini kembali muncul? Hal ini karena pemerintah Amerika Serikat telah mengubah peraturan mengenai penerbangan pada Mei 2017 lalu. Pasca runtuhnya gedung World Trade Center di New York pada 11 September 2001 lalu, pemerintah AS membuat peraturan ketat berkaitan dengan penerbangan khususnya penerbangan supersonik yang menghasilkan efek sonic boom. Peraturan itu membuat Concorde mengakhiri penerbangan komersialnya pada 26 November 2003 lalu.Â
Kini beberapa peraturan telah direvisi sehingga memungkinkan pesawat supersonik dapat kembali mengarungi angkasa. Ada beberapa pihak yang saat ini sedang mempersiapkan kembalinya pesawat supersonik ini yaitu: Boom Technology, Spike Aerospace, Aerion Supersonic dan tentu saja NASA. Pastinya mereka telah menyiapkan bujet super besar untuk mewujudkan sarana transportasi antar benua yang cepat, tepat waktu dan tentu saja nyaman.
Satu diantara perusahaan itu adalah perusahaan startup yaitu Boom Technology. Wah, hebat benar perusahaan startup itu. Setelah startup penyewaan sepeda (di China), startup ojek sepeda motor dan ride-sharing menggunakan mobil, kini ada startup di bidang aviasi atau penerbangan, pesawat supersonik pula. Perusahaan tersebut ibarat puncak dari perusahaan-perusahaan startup karena nilai investasinya yang sangat besar.
Boom Technology yang bermarkas di Denver, Amerika Serikat ini menurut kabar telah menerima kucuran dana dari partner strategis Virgin Atlantic Airways sebesar USD 85 juta atau sekira 1,1 triliun rupiah. Tambahan kucuran modal juga datang dari Japan Airlines yang sudah bersepakat dengan startup yang berdiri tahun 2014 itu, yakni senilai USD 10 juta atau sekira 139 milyar rupiah. Itu merupakan pre-order sebanyak 20 pesawat supersonik dengan kapasitas 55 kursi.
Rencananya, tahun 2019 nanti akan dilakukan demo pertama pesawat yang diberi nama XB1 dengan kapasitas dua kursi. Jika semuanya berjalan lancar, Boom akan mulai membangun pesawat yang nantinya mampu terbang dengan kecepatan 2,2 Mach atau sekira 2716 kilometer per jam. Itu dua kali kecepatan suara. Sebagai informasi, kecepatan suara adalah sekira 1100 kilometer per jam.
Boom ingin masuk ke pasar ini karena melihat peluang pasar pesawat supersonik yang besar, terutama di wilayah Asia. Negara China adalah salah satu yang berpotensi besar karena di negeri tersebut tercatat ada sekira 130 juta perjalanan di tahun 2017 saja. Untuk itu, Boom menjalin kerjasama dengan Ctrips, perusahaan agen perjalanan terbesar di China yang berkantor pusat di Shanghai.
Sementara itu, Aerion Supersonic yang berencana akan mewujudkan penerbangan kelas elit ini di tahun 2023 lewat pesawat jet andalannya AS2. Pesawat berkapasitas 12 kursi ini mampu terbang dengan kecepatan 1,2 Mach atau 1481 kmph tanpa menimbulkan sonic boom.
Kabarnya, perusahaan yang bermarkas di California, AS ini bakal mendapat dukungan dari General Electric (GE), yang juga memiliki bisnis aviasi, untuk menyediakan sejumlah varian mesin jet produksinya yang telah diadaptasi untuk penerbangan supersonik.
Perusahaan lainnya, Spike Aerospace, adalah perusahaan pengembang pesawat supersonik dari Boston, AS. Perusahaan tersebut kini juga sedang mengembangkan pesawat low boom yang disebut dengan S-512, berkecepatan 1,6 Mach atau sekira 1975 kmph. Pesawat berkapasitas 40 hingga 50 kursi itu dirancang supaya efisien membakar BBM, terbang lebih tenang dan pastinya meminimalkan efek sonic boom. Perusahaan ini bakal menyasar kalangan pebisnis atau individu dari kalangan tajir.
Sementara itu lembaga antariksa AS NASA bekerjasama dengan perusahaan Lockheed Martin Aeronautics Co. untuk merancang dan membangun sebuah pesawat yang diberi nama Low-Boom Flight Demonstration X-plane yang ditargetkan mampu menempuh kecepatan hingga 1500 kilometer per jam di ketinggian 55 ribu kaki atau 16 ribu kilometer. Kabarnya pengujian awal rencananya akan dilakukan November tahun 2018 ini.
Pesawat tersebut nantinya akan lebih efisien dan hemat dalam konsumsi bahan bakar berkat efisiensi lepas landas dan pendaratan. Tingkat noise juga semakin minimal sehingga penumpang di dalam pesawat akan merasa nyaman yang mampu memberikan pengalaman baru bagi penumpangnya.
Penerbangan supersonik menawarkan kecepatan dan kenyamanan penerbangan. Bayangkan, perjalanan dari Shanghai ke Los Angeles cuma perlu waktu 5 jam saja. Dari Tokyo ke San Fransisco hanya perlu waktu 5,5 jam saja. Jauh lebih singkat dari perjalanan dengan pesawat regular yang sekira 12 jam lamanya.
Jika Anda berminat, segera mulai menabung karena ongkos sekali jalan untuk rute di Shanghai - Los Angeles misalnya, kira-kira mencapai 60an hingga 80an juta rupiah. Ongkos ini setengah dari harga tiket Concorde yang bisa mencapai 150an hingga 180an juta rupiah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H