Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Pasar Tablet Lesu, Laptop "2-in-1" Bakal Jadi Bintang?

17 Mei 2018   11:50 Diperbarui: 18 Mei 2018   14:40 2486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: themobileindian.com

Baru-baru ini saya membaca sebuah artikel berjudul "Are we done with Android tablets in 2018?" yang memberikan ulasan mengenai kondisi pasar komputer tablet (selanjutnya disebut dengan tablet) yang kini perlahan tergerus dengan smartphone. Smartphone kini semakin mendekati ukuran tablet -- yang kerap disebut dengan phablet, dan semakin memiliki spesifikasi mumpuni.

Memang saat ini kondisi pasar tablet di tanah air kurang menggembirakan walaupun sejumlah vendor global masih memperkenalkan produk barunya di luar negeri. Dalam beberapa bulan terakhir ini, Anda kemungkinan besar akan kesulitan menemukan produk tablet di pasaran. Bahkan ada beberapa produk tablet yang sudah diperkenalkan setahun yang lalu di pasar global belum juga masuk ke pasar tanah air.

Sekira dua bulan lalu, saya sempat mengunjungi stand sebuah brand gadget yang lumayan terkenal yang sedang memperkenalkan produk-produk anyarnya di sebuah pusat perbelanjaan terbesar di Surabaya. 

Saya tahu brand itu punya produk tablet tetapi saya tidak melihat produk tabletnya dipajang di sana. Belakangan, di situs resminya, brand tersebut nampaknya sudah tidak memasarkan produk tablet lagi di Indonesia. Baru-baru ini saya juga berkesempatan mengunjungi beberapa sentra IT gadget di kota Surabaya dan lagi-lagi jarang melihat toko yang menawarkan tablet.

Sebuah artikel yang diunggah Bisnis.com mengutip informasi dari seorang petinggi vendor gadget kenamaan yang mengakui terjadi kemerosotan penjualan produk tablet. Memang, jika ditilik dari data global dari International Data Corporation atau IDC (link), pada kuartal ketiga tahun 2017 lalu, terjadi penurunan shipment tablet sebesar 5,4%. Data terbaru dari Statista (link) malah menyebutkan bahwa terjadi penurunan sebanyak 36% pada kuartal pertama tahun 2018 dibandingkan dengan kuartal 4 tahun 2017!

Namun, perwakilan dari vendor tersebut menampik penurunan penjualan tablet karena pengguna tablet beralih ke smartphone. Gaya hidup dan kebutuhan konsumen lah yang menjadi penyebabnya. Data dari Statista sepertinya mengamini pernyataan petinggi vendor tersebut yang menginformasikan bahwa dalam lingkup global pengguna tablet justru diperkirakan akan  meningkat hingga sekira 1,46 miliar pengguna di tahun 2019 dan 1,46 miliar pengguna di tahun 2020 (link).

Menengok hasil Survei Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (link) yang dilakukan oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) yang dilakukan tahun 2017 lalu, hanya ada 6,52% penduduk Indonesia yang memiliki tablet. Sementara persentase kepemilikan smartphone mencapai 66,31%. Mengenai penggunaan tablet terungkap bahwa sebanyak 86,48% menggunakan tablet untuk hiburan. Hanya 23,45% yang memfungsikannya untuk bekerja dan 19,87% memanfaatkannya untuk belajar.

Dibandingkan dengan penggunaan smartphone memang terdapat perbedaan. Masyarakat menggunakan smartphone pada umumnya sebagai alat komunikasi dan hiburan. Produk smartphone dengan fitur-fitur mumpuni semakin diminati apalagi ditawarkan dengan harga ramah kantong. Bahkan beberapa produk smartphone memiliki spesifikasi yang lebih bagus dari laptop entry level.

Beberapa spesifikasi apik seperti penyimpanan internal berkapasitas besar, kamera beresolusi tinggi, aplikasi pengolah foto yang lengkap termasuk kemampuan memutihkan wajah dan membuat foto bokeh, hingga kemampuan membuat video 4K membuat konsumen lebih tertarik pada smartphone ketimbang tablet. Alhasil, makin banyak produk smartphone yang keluar di pasaran.

Sementara itu, konsumen Indonesia juga menggunakan laptop walaupun angkanya masih 21,36%. Laptop lebih banyak digunakan untuk bekerja, mencari informasi, belajar dan hiburan. Tablet serupa dengan laptop. Apalagi jika ditambahkan aksesori wireless keyboard, tablet pun berubah layaknya laptop.

Namun di sisi lain sepertinya konsumen menjadi gundah gulana karena tablet kurang optimal untuk menjadi laptop. Ia hanya unggul di aspek mobilitas dengan dimensi yang lebih efisien dibandingkan laptop. 

Beberapa produk tablet memang bisa mengakses internet secara langsung berkat adanya slot SIM card, namun itu masih kurang. Kapasitas RAM pada tablet tidaklah besar. Plus ruang penyimpanan data pada tablet terbilang kecil, walaupun mayoritas produk menyediakan slot untuk memori tambahan.

Belakangan, dengan makin berkembangnya teknologi, terutama teknologi penyimpanan SSD, hadir produk laptop 2-in-1 atau convertible laptop yang bisa dipakai sebagai laptop ataupun tablet. Terdapat dua metode mengubah laptop menjadi tablet yaitu dengan memutarnya 360 atau melepasnya dari hinge atau engsel (detachable) tergantung spesifikasi produknya.

Produk laptop 2-in-1ini memang menawarkan kemudahan mobilitas yang praktis dalam satu gadget, apalagi ada sejumlah produk mengeluarkan tipe layar yang seukuran dengan layar tablet yaitu 10 inci. Walaupun mayoritas produk tidak menyediakan slot SIM card, hal itu tidak menjadi masalah karena akses data kini bisa diperoleh dengan mudah. Salah satunya menggunakan mobile wifi atau mifi, selain menggunakan smartphone tentunya. Namun laptop 2-in-1 dengan koneksi seluler tentu akan lebih sempurna. 

Dari sisi harga juga bervariasi mulai di bawah Rp 5 juta hingga ada yang hampir menyentuh Rp 30 juta. Umumnya OS yang digunakan adalah Windows. Tetapi sejauh pengetahuan saya, ada satu produk yang mengeluarkan laptop 2-in-1 dengan dua pilihan OS, Windows atau Android. Spesifikasi laptop 2-in-1 juga terbilang ciamik, apalagi untuk level high-end. Anda dapat menelusur informasinya di internet.

Pada prinsipnya, laptop 2-in-1  memberikan pengalaman baru untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang bisa digunakan untuk bekerja sekaligus hiburan.  Bentang layar yang lebar dengan spesifikasi yang lebih baik daripada tablet membuat konsumen mulai mempertimbangkannya. Promosinya juga lumayan gencar dilakukan. Sejumlah brand besar sudah berkompetisi dengan menawarkan keunggulan masing-masing.

Dari survei Kemenkominfo tahun 2017, sebanyak 78,64% masyarakat belum memiliki laptop. Sementara ada 93,80% tidak memiliki tablet.  Jadi sepertinya convertible laptop ini punya peluang pasar yang sangat besar. Dengan mulai membanjirnya laptop 2-in-1 di pasaran membuat pasar laptop dan tablet bakal semakin seksi. Tentu saja produk dengan spesifikasi mumpuni dengan harga yang worth it yang bakal dipinang oleh konsumen Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun