Kunjungan Jokowi ke Aburizal Bakrie sempat membuat warga Indonesia yang bertanya-tanya: “Apa iya?” – merujuk pada kiprah politik dua partai sejak masa Orde Baru. Apa yang tidak mungkin? Pernyataan kemudian terkuak, bahwa masing-masing akan melangkah sendiri-sendiri yang sebetulnya masih terbilang nisbi. Dari data hasil Hitung Cepat Pileg lalu membuat Golkar masih punya nilai di mata partai-partai papan tengah atau bawah. Dari data tersebut, kemungkinan Golkar akan membina hubungan dengan Hanura atau mungkin saja Nasdem yang secara personal, ketiga pemimpin partainya pernah terasah di kawah candradimuka yang sama.
Partai Gerindra - mari kita singkirkan peluangnya dengan PDIP - sepertinya punya peluang besar maju dan berkoalisi dengan sejumlah partai. Bisa saja dengan Nasdem atau Hanura atau bahkan dengan PD. Ya, kemungkinan koalisi dengan PD menyusul kunjungan Prabowo ke istana pada Desember 2013 lalu membuat publik berandai-andai adanya koalisi yang sehati. Kedua figurnya sama-sama berlatar belakang militer yang susah untuk dikesampingkan. Data hasil Hitung Cepat Kompas seakan mengijinkan kedua partai tersebut untuk membentuk koalisi yang sempurna bersama dengan paket anggota koalisi PD pada era sebelumnya yang kemungkinan masih akan mendekat.
PD, yang figur andalannya masih akan ditunggu warga, sepertinya tidak terlalu “pede”. Buktinya, PD sudah berkoar akan siap menjadi oposisi setelah sang petinggi partai, SBY, cepat-cepat mengucapkan selamat pada PDIP. Dari sisi data elektabilitas, memang jarang terlihat nama-nama peserta konvensi PD ada di sana. Misalnya survey dari Soegeng Sarjadi School of Government (SSSG) pada medio Maret 2014 yang tidak menempatkan satu pun peserta konvensi Capres PD di lima figur Capres teratas pilihan masyarakat, walaupun SSSG menempatkan sosok Dahlan Iskan sebagai peserta konvensi PD paling top. PD kemungkinan masih akan membina kerjasama dengan PAN, PKS maupun PPP dan PKB sehingga jika koalisi tersebut nyata, akan menghasilkan kekuatan digdaya. Apalagi jika dengan Gerindra.
Baiklah, siapa sebenarnya Presiden dan Wakil Presiden baru kita yang akan memimpin Indonesia lima tahun ke depan? Mari kita tunggu bersama setelah Pilpres 9 Juli nanti. Bisa saja duga-duga di atas benar adanya atau ada naskah drama lainnya? Semuanya bergantung pada keberpihakan Anda dengan datang ke TPS untuk datang memilih.
Surabaya, 13 April 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H