Judul diatas kesannya funky nggak sih?Â
Nah,ini adalah tulisan pertamaku. Coba coba, setelah dapat ide ikutan dari teman kerjaku dulu, bernama Anto.
Mau nulis apa, bingung. Tadinya pingin yang cerpen. Atau bikin cerita stensilan. Tapi, ah nggak bakat.
Akhirnya pilih yang edukasi sajalah. Karena setiap jam, ada saja tentu buah pikiran dan pengalaman yang bisa di sharingkan. Namanya juga sudah setua begini hahaha.
Jadi ingat adikku yang lanang. Dia berusia 41 tahun. Gagah (setidaknya ketimbang aku), tegap, sehat, mapan, orangnya baik, ringan tangan, ganteng, suka sport. semangat kerjanya woww, Â dan lain lain...
minusnya satu.
 Dia belum menikah
Pacaran pun belum.
sudah didorong dorong keluarga, dimarahi,didoakan,dicomblangi,bahkan sempat diancam ringan, Â tidak mempan juga.
Dia sih memang sudah berusaha. Eh gagal terus. Akhirnya masuklah dia pada gerbang comfort zone. Jadi nyaman menjomblo. Â Jadi tak peduli akanntetek bengek menjalin romantisme. Tak peduli walaupun ada yang mengecapnya homo.
Nah, ada saja perbincangan kami berdua mengapa dia jadi tak peduli lagi apa mau nikah kemudian atau tidak.
Nah, saya sudahi saja cerita ini dahulu ya. Sekedar mencari tahu apakah gaya bercerita seperti ini sudah pas untuk menggugah baca.
Pelajarannya?Â
Ya jika kamu jomblo, jangan kelamaan. Nanti jadi lupa kawin. Â Bagi yang sudah ga jomblo? Ya jangan iri sama yang jomblo. Karena jomblo juga punya deritanya.Â