Gaya hidup, selera fashion, sikap politik, bahkan kepercayaan terhadap aliran keyakinan tertentu dapat disebarkan oleh siapa saja dan diterima oleh siapa saja tanpa pandang usia. Karna setiap orang memiliki kesempatan untuk menyebarkan informasi dan menerima informasi secara bebas dan kemudahan yang luar biasa terlepas dari akurat atau tidaknya informasi tersebut mengingat tidak ada lembaga sensor disana.
Tak heran bila Dirjen Informasi Komunikasi Publik Kominfo, R Niken Widyastuti menganalogikan media sosial bak pisau bermata dua. Sebab selain berfungsi sebagai sumber informasi yang baik dan cepat, media sosial juga bisa menjadi alat penyebaran hoaks, ujaran kebencian dan adu domba serta provokasi dan fitnah.
Pada akhirnya, di era teknologi digital seperti saat ini dan ke depan, perkembangan peradaban masyarakat akan di uji oleh pengalaman itu sendiri. Ekses negatif dari arus informasi yang masif semoga dapat ditekan dengan kedewasaan masyarakat dan pemahaman dalam bermedia sosial maupun dalam menggunakan aplikasi digital. Sehingga arus informasi yang diterima masyarakat lebih banyak bersifat  informasi yang positif bagi proses perkembangan peradaban budaya masyarakat kita.   (gatotsuryanto)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H