Mohon tunggu...
Balsabah Gatholojo
Balsabah Gatholojo Mohon Tunggu... Penulis - Setiap tulisan adalah anak jamannya

Dan kemerdekaan kata harus diperjuangkan!!!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merawat Tradisi Soedurisme ala Cak Imin

7 Juli 2018   12:46 Diperbarui: 7 Juli 2018   13:36 1126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik itu seperti udara,

semua menghirup dan membutuhkan,

biarkan saja semakin berargumen,

semakin mencerdaskan dan jangan dipusingkan. 

Cak Imin (Ketua Umum DPP PKB)

Tak banyak politikus yang nyambi sebagai pemikir. Terlebih politisi yang berangkat dari ideology sebagai jalan politiknya. Sebab, ideologi saling bahu membahu merangkai pola kebhinekaan di Negara yang majemuk ini. Keapatisan dalam dunia politik juga menjadi salah satu factor mengapa politik di Indonesia terasa hambar.  

Dulu, kita mengenal sosok H.O.S Cokroaminoto, Ki Hadjar Dewantara, dan lain-lain yang merangkai pola pemikiran tentang Nasionalisme dan Agama. Mereka merupakan pioneer dalam menentukan arah perjuangan politik di masa lalu sebelum Indonesia merdeka. Selain berprofesi sebagai politikus, para tokoh di tahun 1930-an ini juga merupakan pelopor kebangkitan nasional.

Pasca orang tua itu, kita mengenal tunas baru melalui pemikiran Soekarno, Syahrir, Hatta, Tan Malaka, H. Agus Salim dan lain sebagainya yang melanjutkan tongkat estafet pendahulunya. Para anak muda ini saling bahu membahu dalam merajut kebhinekaan paska kemerdekaan. Meski pada akhirnya terjadi kemelut diantara mereka, namun kita patut berbahagia memiliki politisi cum pemikir.

Sebagai Presiden pertama, pola pemikiran Soekarno tercermin di dalam tulisanya yang mengangkat tentang Islam. Dalam visi Presiden Soekarno api Islam harus tetap menyala dan menjadi semangat. Selain itu, ia melihat kaum muslimin kala itu hanya mewarisi "abu" dan "arang" yang mati dan statis dari warisan kultural mereka. Lantas munculah Pancasila, marhaenisme, dan kerakyatan. Bung karno, sapaan akrabnya, juga berhasil menarasikan kemandirian bangsa, anti imperialis dan antikolonialis.

Pasca Orde Lama runtuh, sistem politik di Indonesia mengedepankan slogan "Asal Bapak Senang" agar penguasa yang gemar dengan stabilitas negara, Soeharto, dapat melanggengkan tampuk kekuasaanya selama 32 tahun. Semua arus pemikiran dan gerakan politik terdesentralisasi dibawah naungan rezim Orde Baru. Hal ini turut mengebiri para pemuda yang memiliki potensi untuk menjadi politikus cum pemikir.

Ketika Orde Reformasi naik menggantikan Orde Baru yang mulai rapuh, muncul para politikus cum pemikir yang brilian. Gus Dur (Abdurahman Wahid), salah satu tokoh reformasi tampil ke panggung nasional dengan corak cendikiawan dan budayawan. Hingga akhirnya beliau menjadi pimpinan tertinggi di republik ini meski tidak lama sebab dijegal oleh lawan-lawan politiknya.

Gus Dur merupakan satu-satunya presiden yang dari kalangan Nahdliyin yang mampu duduk di kursi presiden. Selain itu, sebelum memasuki dunia politik, ia juga hidup dan berpetualang di dunia akademis. Melalui pemikirannya, hadirlah Islam cosmopolitan yang mengadopsi cara berpikir para walisongo dahulu kala sehingga melahirkan wajah Islam yang ramah. Selain itu, Gus Dur juga terkenal sebagai tokoh yang banyak mengilhami para cendekiawan sesudahnya.

Ditengah nihilnya para politisi nyambi pemikir pasca reformasi, muncul sosok Cak Imin yang menggagas ide Soedurisme sebagai antitesa dari segala problematika yang melingkupi bangsa ini. Soedurisme merupakan penggabungan pemikiran Soekarno tentang Nasionalisme dan Gus Dur yang mengedepankan sisi pluralitas dan humanism global. Rekam jejak dua tokoh nasional tersebut timbul tenggelam ditengah hiruk pikuk politik identitas yang mengungkungi masyarakat. Sehingga, menjadi hal yang mungkin bilamana paradigma Soedurisme dihadirkan dalam lingkup sosio politik kita hari ini.

Kerangka dasar bernegara yang digagas oleh dua sosok inilah yang ingin Cak Imin kembalikan ruhnya kedalam kehidupan berbangsa dan beragama kita. Sehingga terwujud masyarakat yang terkristalisasi kedalam lima identitas ekonomi menonjol. 

Lima identitas ekonomi menonjol itu terdiri dari kedaulatan ekonomi, peranan Negara dalam ekonomi, ekonomi rakyat  dan organisasi ekonomi, pertumbuhan ekonomi dan pemerataan, serta kerja sama dengan Negara lain difokuskan untuk memperkuat ekonomi domestik. Kelima identitas ini pada akhirnya akan menciptakan pemerintahan yang kuat dan terbentuknya masyarakat sejahtera dalam taraf ekonomi. 

Corak pemikiran Ketua Umum DPP PKB ini tentunya mengikuti alur berpikir para pendiri bangsa ini. Mulai dari Cokroaminoto, Soekarno, dan lain sebagainya. Pun halnya dengan corak pemikiran santri, Cak Imin memiliki gen dari pihak Gus Dur yang pernah menempanya di dunia politik ketika masih hidup. Penggabungan tersebut rasanya memang sudah melekat pada diri Cak Imin.

Uniknya, keotentikan dari ide Soedurisme terletak pada keinginan untuk menghidupkan kembali rasa kebangsaan yang dibalut dengan agama, kemanusiaan yang ditopang etos kerakyatan dan persatuan yang dibingkai melalui pluralitas. 

Tanpa adanya topangan semangat religiusitas dalam berbangsa, maka rakyat Indonesia akan mudah terkoyak. Dalam hal ini, agama menjadi muara segala nilai bangsa, namun tidak perlu diformalkan menjadi aturan Negara. Selain itu, relasi antar manusia tidak boleh saling menindih sebab hakikat dari kemanusiaan adalah adanya kesejajaran di dalam satu kesatuan.

Tiga tema inilah yang ingin Cak Imin munculkan kembali ditengah maraknya persekusi atas nama agama, kesenjangan kemiskinan yang semakin akut hingga munculnya politik identitas akhir-akhir ini. Fenomena inilah yang ingin dicarikan solusi melalui falsafah soedurisme. Akhirnya, tawaran ini menjadi oase di tengah teriknya padang pengetahuan politisi kita dan gersangnya udar gagasan dalam ranah politik.  

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun