Mohon tunggu...
Gathan Aghart
Gathan Aghart Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

suka mam dan bobo.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

All Eyes on Rafah : Perang atau Genosida?

30 Mei 2024   11:19 Diperbarui: 30 Mei 2024   11:36 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu Menteri Pertahanan (Menhan) negara di Eropa yaitu Spanyol Margarita Robles  mengatakan bahwa perang yang ada di Israel merupakan bentuk nyata dari tindak genosida.

Rafah sendiri merupakan pos terakhir yang berada pada bagian selatan Gaza yang bersampingan dengan Mesir, pada area ini Mesir mengizinkan bantuan masuk dan warga Palestina untuk meninggalkan negaranya namun, pintu perbatasan ini ditutup pada hari Senin (16/10).


Pemerintah Mesir juga menegaskan bahwa mereka tidak akan membuka jalur tersebut sampai ada jaminan keamanan bagi petugas perbatasan. Karena memang area ini berbatasan langsung dengan Mesir.

Secara umum, istilah kalimat "All Eyes on Rafah" sendiri merujuk pada kondisi yang ada pada warga Palestina yang bertahan disana, mereka dibom dan selalu diincar untuk dibunuh oleh Israel.

Cara ini merupakan bentuk dukungan dari warga net dari seluruh dunia untuk menyadarkan seluruh manusia yang belum mengetahui bahwa Rafah sedang dalam bahaya, tempat perlindungan terakhir warga Palestina ini sedang dibombardir.

Penyerangan pertama yang dilakukan oleh Israel dilakukan pada (26/05/2024) yang mengakibatkan belasan warga Palestina yang syahid. Beberapa hari terakhir telah beredar di internet bahwa banyak sekali bayi yang dipenggal kepalanya oleh Israel, ini merupakan salah satu hal yang keji dan tidak berprikemanusiaan.

Selain korban jiwa, serangan-serangan ini juga menyebabkan kerusakan infrastruktur yang luas, termasuk rumah-rumah, sekolah, dan fasilitas kesehatan, serta meninggalkan ribuan orang tanpa tempat tinggal. Blokade yang diberlakukan oleh Israel terhadap Gaza juga telah memperparah krisis kemanusiaan di wilayah tersebut, dengan akses terbatas terhadap bantuan kemanusiaan, air bersih, dan layanan medis yang memadai.

Penduduk Rafah juga sering mengalami trauma psikologis yang mendalam sebagai akibat dari konflik yang berkepanjangan dan ketidakpastian yang terus-menerus. Anak-anak menjadi salah satu kelompok yang paling rentan, mengalami efek jangka panjang dari kekerasan dan kehilangan yang mereka alami.

Meskipun upaya telah dilakukan untuk mencatat dan melacak jumlah korban genosida di Rafah dan di seluruh Palestina, banyak tantangan masih ada dalam memastikan keakuratan dan kelengkapan data. Namun, yang jelas adalah bahwa setiap korban di Rafah dan di mana pun di Palestina mewakili tragedi kemanusiaan yang harus diatasi dengan urgensi dan keadilan. Solusi yang berkelanjutan bagi konflik ini membutuhkan upaya serius dari semua pihak yang terlibat untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia bagi semua orang.

Seluruh dunia harus membuka matanya dan harus lebih aware lagi dengan "pembantaian" yang terjadi di Palestina, ini bukan peperangan namun ini genosida, mereka semua dibunuh tanpa pandang bulu, banyak mimpi yang terpaksa ikut masuk ke liang kubur.

Salah satu cara termudah dan termurah yang bisa kita lakukan dengan cara memboikot produk yang beraliansi dengan Israel dan juga selalu menyebarkan informasi dan berita yang benar tentang Palestina ke seluruh dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun