Mohon tunggu...
Gaston OttoMalindir
Gaston OttoMalindir Mohon Tunggu... Konsultan - Mahasiswa Doktoral Ilmu Politik Universitas Indonesia

"Teruslah menjadi si Bodoh yang haus akan Ilmu"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dilema Demokrasi

28 Oktober 2023   11:49 Diperbarui: 28 Oktober 2023   12:33 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Lipson mengusulkan agar diciptakan suatu mekanisme politik dalam penyelenggaraan pemerintahan yang memungkinkan kelompok minoritas dapat melindungi diri atau bahkan melawan tirani itu dengan cara-cara yang tetap demokratis, disamping dengan terus merawat dan mengembangkan sistem oposisi yang kritis dan konstruktif.

Dilema berikutnya, bahwa demokrasi selalu memberi peluang yang terbuka bagi kemungkinan rekruitmen dan penempatan orang-orang bodoh, bebal, bahkan berpotensi despot menjadi penguasa. Ini didasarkan pada konsepsi bahwa pada dasarnya, secara alamiah hanya segelintir manusia yang memiliki kemampuan dan kapabilitas untuk berkuasa dan memimpin orang banyak.

Masalahnya kemudian, dalam kerangka pikir ini, demokrasi bisa mendorong orang-orang seperti Hitler tampil berkuasa. Kesulitan dilematisnya jelas, bahwa tidak ada suatu cara atau mekanisme apapun yang bisa diberikan oleh demokrasi untuk bisa mendeteksi dan menseleksi "orang-orang terpilih" yang memiliki pengetahuan, kemampuan serta kepantasan dan kelayakan untuk menjadi penguasa.

"Hukum Besi" demokrasi adalah bahwa sekali orang terpilih menjadi penguasa dalam suatu pemilihan umum, ia sah sebagai penguasa, meski mungkin integritas dan kapabilitasnya jauh dari memadai. Atau moralitasnya jauh dari yang dikehendaki banyak orang.

Dilema yang terakhir, bahwa dalam praktiknya, negara dan sistem pemerintahan demokrasi juga sesungguhnya selalu menghadirkan fakta ironis, bahwa yang berkuasa sesungguhnya hanyalah sekelompok kecil orang (oligarkis) dari rezim yang dipilih oleh mayoritas rakyat itu. Rakyat banyak sesungguhnya tidak pernah benar-benar berkuasa.

Kepercayaan bahwa demokrasi artinya kekuasaan berada ditangan rakyat adalah ilusi dan utopia belaka. Dalam situasi oligarkis itu, maka menjadi jelas bahwa kepentingan rakyat sesungguhnya tidak pernah benar-benar menjadi prioritas pemerintah. Sebaliknya, yang menjadi prioritas adalah kepentingan kaum oligaris itu sendiri.

Namun demikian Lipson masih optimis bahwa dalam demokrasi, oligarki itu setidak-tidaknya masih dapat dipaksa oleh mekanisme dan tradisi demokrasi untuk memperhatikan aspirasi rakyat, terutama dalam sistem demokrasi multi partai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun