Mohon tunggu...
Gary Reginald Jusuf
Gary Reginald Jusuf Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Instagram: @garyreginaldj Brawijaya University Student

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Mahasiswa dalam Menyongsong SDGs Guna Menyejajarkan Indonesia dengan Negara Maju

4 Oktober 2021   20:29 Diperbarui: 4 Oktober 2021   20:51 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak awal berdirinya Negara Indonesia, yang dimulai ketika gagasan mengenai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) mulai dirumuskan dan dirundingkan oleh para pendiri negara (the founding fathers) ini, gagasan mengenai tercapainya kesejahteraan rakyat telah menempati topik yang sangat penting dan fundamental. Motivasi utama dari usaha dan kegigihan para pendiri Negara Indonesia (the founding fathers) ini untuk memerdekakan Indonesia dari tangan para penjajah adalah untuk mencapai keadaan rakyat yang sejahtera dan menikmati keadilan sosial secara penuh (Azhary: 1995). 

Semangat untuk mencapai kesejahteraan rakyat ini diwujudkan dengan dituangkannya aspek mengenai kesejahteraan rakyat pada alinea keempat Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, tepatnya pada bagian tujuan dari berdirinya Negara Indonesia, yang berbunyi "memajukan kesejahteraan umum." Bisa dikatakan, semangat untuk menyejahterakan Rakyat Indonesia telah menjadi "DNA utama" dari Negara Indonesia.

Dengan didorong semangat untuk mewujudkan "DNA utama" dari Negara Indonesia ini, setiap pemimpin negara ini, rezim berganti rezim, selalu berupaya menunjukkan komitmen dan perhatian mereka terhadap aspek kesejahteraan rakyat dalam berbagai bidang. Hal ini mudah dilihat dan diketahui sejak para calon pemimpin negara ini melakukan kampanye untuk mengumpulkan suara rakyat. 

Kegiatan blusukan (terjun langsung ke lapangan/masyarakat), penggemboran rupa-rupa program untuk menaikkan derajat hidup rakyat, terutama rakyat tidak mampu, hingga janji akan perhatian terhadap pendidikan setiap anak bangsa merupakan tiga program kerja utama yang tidak pernah dilewatkan oleh para calon pemimpin bangsa ini untuk digemakan setiap kali momen kampanye berlangsung. Aspek mengenai kesejahteraan rakyat telah sukses menjadi "fulus politik" yang manjur bagi setiap pemimpin negara ini.

Tercapainya kesejahteraan rakyat ini tentu tidak hanya menjadi perhatian Negara Indonesia saja, tetapi juga menjadi perhatian bagi dunia internasional. Perhatian dunia internasional akan kesejahteraan rakyat dunia ini semakin dikukuhkan dengan diluncurkannya Program Sustainable Development Goals (SDGs) oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada tanggal 25 September 2015. 

Peluncuran program ini dihadiri langsung oleh Wakil Presiden Indonesia saat itu, Jusuf Kalla. Sustainable Development Goals (SDGs) berisi tujuh belas sasaran untuk mencapai pembangunan berkelanjutan yang diklasifikasikan lebih lanjut ke dalam 169 target untuk perbaikan derajat hidup setiap individu. Di dalam SDGs ini tentu memuat perhatian yang sentral akan aspek kesejahteraan rakyat, seperti pemberantasan kemiskinan, pemerataan pendidikan, dan perbaikan kondisi iklim. Program SDGs ini memiliki slogan andalan, yaitu "No one leaves behind."

Apakah segala janji dan upaya realisasi dari rezim berganti rezim itu untuk mencapai kesejahteraan rakyat itu telah berpengaruh terhadap peringkat Indonesia berdasarkan penilaian atas pencapaian terhadap Program SGDs? Tidak ada jawaban yang lebih pasti akan pertanyaan tersebut selain data survei sendiri yang berbicara. 

Hingga tahun 2019, pencapaian Indonesia atas Program SGDs ini menempati peringkat 101 dari 196 negara yang disurvei. Dalam tingkat ASEAN (regional), Indonesia menempati peringkat 6 dari 9 negara. Secara nilai rata-rata, Indonesia memperoleh skor 64, dimana nilai rata-rata dunia adalah 65. 

Jika dibandingkan dengan salah satu negara tetangga, Thailand misalnya, negara tersebut menempati peringkat 41 di dunia. Hasil survei ini tentu menimbulkan pertanyaan dari setiap Rakyat Indonesia, mengingat setiap pemimpin ini telah mengerahkan "manuvernya" semaksimal mungkin untuk perbaikan kesejahteraan setiap Rakyat Indonesia. Belum lagi dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang sudah banyak digelontorkan untuk hal ini.

Setelah ditelisir lebih lanjut, penyebab dari gagalnya Indonesia untuk mencapai peringkat SGDs yang baik disebabkan karena kurangnya partisipasi aktif dari setiap masyarakatnya itu sendiri. Ada sebuah pola pikir yang dimiliki oleh sebagian masyarakat Indonesia, yaitu mereka berpikir bahwa kesejahteraan negara dan rakyat sepenuhnya merupakan tanggung jawab negara. Tugas rakyat hanyalah menerima "suapan" bantuan dari pemerintah. 

Kejadian pengemplangan pajak yang masih marak, kondisi sungai/kali di berbagai kota besar yang masih dipenuhi sampah, kesadaran untuk ikut serta dalam program pengendalian penduduk yang masih rendah, hingga masih tingginya konsumsi produk pangan yang tidak sehat di Indonesia adalah sebagian kecil contoh nyatanya. Ketika pemerintah dirasa kurang, atau bahkan gagal dalam memenuhi kesejahteraan rakyat, maka mereka langsung menyalahkan sepenuhnya keadaan tersebut kepada negara. 

Negara memang memiliki tanggung jawab besar terhadap kesejahteraan setiap rakyatnya, tetapi apabila rakyatnya sendiri acuh tak acuh terhadap segala bentuk partisipasi dan tindakan kolaboratif bersama negara, maka usaha yang dilakukan negara itu sama seperti "menampung air di dalam tangan" saja, alias tidak ada artinya.

Partisipasi dan tindakan kolaboratif yang sudah dijabarkan sebelumnya merupakan tuntutan yang diberikan kepada setiap rakyat Indonesia, tak terkecuali para mahasiswa, sebagai generasi muda. Mahasiswa, sebagai insan akademis yang terdidik dan terpelajar diharapkan dapat memberi contoh positif terhadap lingkungan dan masyarakat umum. Hal ini tentu didasarkan atas konsep Tridharma Perguruan Tinggi, yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian. 

Selain dituntut untuk senantiasa menimba pengetahuan, para mahasiswa juga dituntut untuk menjadi dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Diharapkan, ketika sudah lulus, tidak hanya kesejahteraan dan martabat sang mahasiswa dan keluarganya saja yang naik, tetapi juga diikuti dengan meningkatnya kesejahteraan lingkungan di sekitarnya. Namun, sebelum terjun ke lingkungan dan masyarakat sekitar, setiap mahasiswa diharapkan untuk memulai hal tersebut dari dirinya sendiri.

Salah satu peran dan fungsi dari seorang mahasiswa ialah sebagai Agent of Change (agen perubahan). Peran dan fungsi mahasiswa ini mengisyaratkan makna bahwa para mahasiswa harus berkontribusi tidak hanya di lingkungan kampus saja, tetapi juga di lingkungan sekitarnya. Mahasiswa harus mau membuka terhadap segala kekurangan yang ada di lingkungan sekitarnya. Dengan langkah-langkah inilah, mahasiswa bisa mulai "memelekkan mata" masyarakat terhadap pentingnya Program Sustainable Development Goals (SDGs) dan meningkatkan partisipasi aktif dari masyarakat sekitar.

Dengan segudang peran yang berada di pundak setiap mahasiswa, sudah seharusnyalah setiap mahasiswa, sebagai generasi muda, turut berpartisipasi aktif dan berkolaborasi bersama dengan pemerintah untuk melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan ini. Mahasiswa diharapkan dapat terus bersikap kritis, inovatif, dan senantiasa menerapkan karakteristik tradisional khas Masyarakat Indonesia, yaitu gotong royong dalam menyikapi Program SGDs ini, baik dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitarnya. 

Apabila setiap mahasiswa memiliki kesadaran tersebut, niscaya kesejahteraan Rakyat Indonesia akan semakin meningkat dan terjalin kerjasama yang harmonis antara negara dengan generasi mudanya, terutama mahasiswa. Adapun tindakan-tindakan nyata yang dapat dilakukan oleh para mahasiswa untuk menyongsong SGDs sehingga dapat meningkatkan reputasi Indonesia di dunia internasional antara lain:

1. Kenalilah Terlebih Dahulu Program SGDs

Sebelum para mahasiswa "gembar-gembor" mengenai SGDs, tentu para mahasiswa harus mengenal betul apa itu program SGDs dan substansinya bagi kesejahteraan setiap individu. Mahasiswa harus menanamkan kesadaran di dalam hatinya akan pentingnya pelaksanaan Program SGDs ini. Pada tahap ini, mahasiswa juga dituntut untuk menunjukkan sikap kritisnya, misalnya dengan menganalisis pelaksanaan Program SGDs di Indonesia dan negara-negara lainnya.

2. Laksanakanlah Program SGDs Tersebut

Setelah para mahasiswa mengetahui pentingnya Program SGDs, langkah selanjutnya adalah berpartisipasi aktif untuk mewujudkan Program SGDs tersebut. Hal terebut merupakan salah satu implementasi mahasiswa terhadap salah satu Tridharma Perguruan Tinggi, yaitu pengabdian. Langkah-langkah sederhana yang dapat dilakukan antara lain mengurangi penggunaan kertas dan plastik, berpartisipasi dalam kegiatan gotong royong, membantu sesama yang membutuhkan, menghemat pemakaian listrik di rumah masing-masing, menghabiskan makanan yang disajikan, dan membangun relasi yang sehat antar sesame mahasiswa.

3. Sosialisasikanlah Program SGDs kepada Lingkungan Sekitar

Selain terus berupaya untuk melaksanakan Program SGDs, para mahasiswa juga diharapkan dapat mengajak masyarakat untuk ikut berkolaborasi. Seperti yang sudah dijabarkan sebelumnya, upaya negara untuk melaksanakan Program SGDs hanya akan berhasil jika seluruh elemen masyarakatnya turut berpartisipasi aktif. 

Contohnya seperti mengadakan seminar mengenai Program SGDs di kampus atau tempat-tempat umum lainnya, mengadakan kegiatan gotong royong dan tanam pohon bersama, memberikan bantuan air bersih dan sembako kepada masyarakat yang membutuhkan, dan menjadi asisten pengajar di berbagai sekolah. Selain kegiatan sosialisasi kepada masyarakat, mahasiswa juga diharapkan dapat senantiasa bersikap kritis terhadap kebijakan yang diambil oleh pemerintah berkenaan dengan pelaksanaan Program SGDs ini, misalnya dengan mengajukan berbagai pendapat kepada pihak yang berkepentingan dengan cara yang patut dan santun.

Ketika seluruh elemen bangsa, baik mahasiswa sebagai generasi muda, maupun masyarakat pada umumnya, telah berkolaborasi aktif bersama dengan pemerintah, serta menjalankan perannya masing-masing untuk melaksanakan program SGDs, maka perlahan-lahan kesejahteraan rakyat pun akan meningkat. Selain itu, dampak dari peningkatan kesejahteraan rakyat ini akan berlangsung dalam jangka panjang, tidak hanya dirasakan oleh generasi saat ini saja. 

Pelaksanaan Program SGDs secara total juga merupakan "bensin" untuk membawa Indonesia semakin sejajar dengan negara-negara maju lainnya. Oleh karena itu, sebagai bentuk pengabdian dan rasa cinta akan tanah air, sudah sepatutnyalah para mahasiswa sebagai generasi muda selalu mengambil perannya dalam melaksanakan Program SGDs ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun