Mohon tunggu...
Tiar Garusu
Tiar Garusu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis Biasa

Hamba Allah, Palu, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat

8 Desember 2018   03:08 Diperbarui: 8 Desember 2018   15:22 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

FILSAFAT


Sparta dikenal sebagai kota budaya dan berperadaban maju kala itu. Segudang cendekiawan, sastrawan, filosof-filosof besar, dan pemikir-pemikir kenamaan hadir di sana. Akan tetapi kehadiran mereka tidak mampu merubah masyarakat Yunani yang tatkala itu memiliki kebiasaan amoral terhadap kaum wanita. Dalam kehidupan bermasyarakat, mereka menempatkan kaum perempuan dalam posisi subordinat di bawah laki-laki. Hal ini diperparah dengan keberadaan para sastrawan Yunani baik penyair maupun penulis yang membuat sindiran-sindiran sinis terhadap kaum perempuan. Bagi mereka kepekaan perasaan yang dimiliki perempuan tidak mencerminkan sisi kemanusiaan yang selanjutnya hal tersebut dianggap rendah oleh kaum laki-laki bangsa Yunani.

Menurut Monsieur Troilong, "Perempuan malang yang tidak melahirkan anak yang kuat dan cocok untuk angkatan perang maka akan dihukum mati'. Gustave Lepont, 'Hadarat Al-Arab', Beirut: Issa Al-Baabi Al-Habi & Co, (tanpa tahun).


Namun demikian, karya-karya fikir Aristoteles, Plato dan lain-lain masih dianggap kokoh oleh para intelektual eropa pada era modern. Akan tetapi memasuki era post-modern, saat orang-orang barat itu sudah mulai melepaskan fisafat-filsafat klasik yunani yang dianggap individualistik, justeru ummat Islam malah mulai mengaguminya. Rupanya mereka tidak menyadari, pribadi Muhammad dengan risalah yang dibawanya jauh lebih ampuh dan realistis dibanding dengan filsafat yang dihasilkan oleh filsuf-filsuf yunani itu.


Jika banyak filsuf masih berspekulasi tentang asal mula dan masa depan kehidupan, maka Islam sudah memberikan ilmu yang jelas dan tidak spekulatif. Asal usul manusia sudah sangat jelas, yaitu berasal dari keturunan Adam. Ketika manusia menolak Informasi wahyu dan tidak menjadikannya sebagai sumber Ilmu, maka secara otomatis mereka akan berspekulasi. Malangnya, berspekulasi justeru kemudian diberi nilai yang sangat tinggi, yaitu dianggap sedang berfilsafat. Lihat Adian Husaini, Filsafat Ilmu: Perspektif Islam dan Barat, (Depok, Gema Insani, 2013)


Ibnu Jauzi rahimahullahu ta'ala pernah berkata: "Dahulu para ulama dan fuqaha ummat ini mendiamkan ilmu kalam bukan karena mereka tidak mampu, tetapi karena mereka menganggap ilmu kalam itu tidak mampu menyembuhkan orang yang sedang haus, dan bahkan dapat menyembuhkan orang yang sehat menjadi sakit". Lihat Ibnu Jauzi, Kitab Talbis Iblis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun