7. Styrofoam (Tidak bisa terurai, harus didaur ulang)
Nah, bagaimana jadinya alam kita bila kita masih saja membuang sampah sembarangan? Apalagi sampah berupa plastik dan styrofoam. Tanah akan gembur namun tanaman sulit tumbuh, labil untuk didirikan bangunan bahkan bangunan yang tanpa fondasi. Laut dan sungai tercemar hingga ikan-ikan klenger dan organisme bahari terhambat populasinya. Itu semua akan terjadi, hanya saja saat ini mungkin tahap efeknya bencananya masih kecil hingga belum banyak orang menyadari. Lalu apakah kita akan menunggu hingga efek bencana berskala internasional baru kita akan menyadari hal ini?
Lalu, masihkah dengan tingkah laku yang demikian kita mengaku sayang anak-cucu kita? Dengan perilaku kita yang mewariskan alam yang rusak tanahnya dan tercemar airnya?
Marilah kita sadari segera. Mari buang sampah pada tempatnya. Untuk sampah filter puntung rokok misalnya; kita sediakan tempat di kantong kita sebelum bertemu asbak/tempat sampah. Untuk sampah jenis karet/plastik mari kita simpan di saku terlebih dahulu.
Bila sudah mulai berbuat demikian maka seyogyanya demikian pula perlakuan kita terhadap sampah organik. Mungkin akan kita temui halaman yang indah, jalan-jalan yang ebrsih dan sungai-sungai yang jernih. Bukan hanya indah dipandang dan menyehatkan, namun juga sebagai bukti kepedulian kita terhadap alam dan wujud kasih-sayang kita kepada anak-cucu. Syukur apabila setelah membaca artikel ini diantara pembaca ada yang mulai membuka usaha daur ulang sampah :)
Semoga semakin hari semakin bertambah orang yang peduli terhadap sampah di sekitarnya. Semoga semakin bertambah kesadaran penghuni bumi untuk memelihara tempat tinggalnya. Semoga masa depan bumi kita menjadi lebih baik. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H