Ikan Lohan itu mungkin berkata sambil dengan jumawa dalam hatinya:"Akulah penguasa sejati, tidak ada yang bisa mengangguku meretaskan ambisi ini. Aku punya kemampuan untuk itu dan aku akan mewujudkannya."
Inilah kalau ngomong-ngomong soal dunia ikan.
Repot, karena berbeda dengan dunia manusia. Repot tapi menarik untuk disimak...bagiku. Ya, memang ikan itu binatang dan binatang hidup berdasar pada nalurinya, jadi tolonglah, jangan sama-samakan ia dengan manusia, memanusiakan binatang tidak berperikebinatangan atau tepatnya berperikeikanan.
Beberapa ikanku dengan jenis tertentu, terutama jenis Cichild, sepengalamanku, sebagian besar dari jenisnya suka bertarung.
Naluri Sang Alpha mereka memang kental. Sudah banyak yang menjadi korbannya. Waktu itu aku punya seekor Oscar Red, ia membunuh Palmas Albinoku, yang paling menyedihkan adalah Ikan Lohanku yang membunuh ikan Mutiara kuning (muning), Kumis kucing jungkir balik (Kukujulik), dan Sapu-sapu atau Pleco. Loh, namanya kok aneh-aneh?, ya memang aku mengarangnya untuk sebutan Muning dan Kukujulik, karena tidak tahu nama atau jenis aslinya.
Garth Doc.
Muning ini masih sebangsa dengan Lohan, begitu kata penjualnya, dan Kukujulik ini punya kumis seperti lele, namun jauh lebih elegan dan lebih imut. Yang luar biasa; ia berenang dengan kondisi terbalik (perut diatas) dan hal ini dilakukannya selama yang ia mau.
What a Big Loss! Muning mati depresi, dan Kukujlik lompat keluar akuarium karena stress. Semua karena si Lohan, Lohan...Lohan teganya dikau, namun apa mau dikata...kamu tetap seekor ikan.
Garth Doc.
Belum lagi cerita aneh soal Ikan Koi kesayanganku yang memangsa ikan mas junior. AKu melihat sendiri, si Ikan mas junior itu tidak berdaya di dalam mulut Ikan Koi, Ikan Koi itu masih muda, tiga warna ditubuhnya terlihat cantik; putih-oranye-hitam. Aneh memang...Ikan Koi itu menjadi kanibal, mungkin karena ia hidup bersama dengan 4 ikan Piranha dan beberapa Oscar di Akuariumku.
Piranha yang tidak lapar tidak akan memakannya. Namun saat Piranha kelaparan, akhirnya disikat juga Ikan Koi kesayanganku. Nekad, aku memang bereksperimen menyatukan ikan-ikan protagonis dan antagonis dalam satu akuarium, akuarium berbentuk balok yang cukup besar.
Lumayan berhasil, hukumnya adalah kenyang-damai, lapar-bantai. Kalau kenyang mereka akur, kalau lapar akan terjadi pembantaian. Mereka juga tahu siapa yang terlemah di dalam akuarium, biasanya si kura-kura yang lebih dulu tahu.
Memelihara ikan bukan perkara yang mudah, harus punya komitmen yang kuat, beberapa ikanku mati karena aku memang tidak sempat mengurus akuarium. Dengan 3 Akuarium yang aku punya memang cukup sulit untuk mengurus semuanya, meminta orang lain membantuku memang seringkali kurang memuaskan karena selain mereka juga sibuk, mereka tidak memahami karakter ikan-ikanku.
Cukup sulit memelihara ikan, ada begitu banyak jenis dan karakternya, mungkin kalau ada kuliah kilat soal memlihara ikan secara profesional aku bisa ikut.
Maka itu, sejauh ini aku lumayan kapok memelihara ikan tanpa ada visi dan organisir yang yang jelas. Walau sudah sejak usia 6 tahun sudah suka memelihara ikan, namun tetap saja hal itu terasa sulit sampai saat ini.
Ya, ini karena aku juga suka membeli ikan-ikan yang berbeda karakter dan mencampurnya. Ikan itu hidup berkoloni, jadi ya memang tidak bisa sembarangan dicampur begitu saja. Wah, Terlalu terobsesi dengan eksperimen-eksperimen nyentrik ini.
Jadi, kembali lagi...apa enaknya sendirian? Membunuh yang lain dan menjadi penguasa akuarium, nampaknya dunia ikan benar-benar kejam. Membunuh semua dan bertahan sendirian. Sendirian, bagi ikan sosialiasi tidak penting, ayolah Garth, jangan pernah berpikir apa yang dipikirkan si ikan, karena sudah dibahas tadi bahwa hal itu memang tidak manusiawi dan memang tak berperikeikanan ha ha.
Garth Doc.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H