Mohon tunggu...
Gwan Gydeo
Gwan Gydeo Mohon Tunggu... writer -

Belajar terus dengan bersemangat sambil mengoleksi kepingan-kepingan indah kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hari Gini Siapa yang Mau Sabar?

26 Agustus 2010   10:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:41 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Geregetan jadinya geregetan, apa yang harus kulakukan?"

Bingo, ketahuan dech kalau lagi OOP (Out of Patience)

Sabar sayang, sabar saja Waktu yang 'kan menjemputmu Kau 'kan sadar kapan waktunya Karena sudah asyik bersabar Kenapa orang di suruh sabar? Sabar itu mampu membawa keuntungan lebih. Ah masak? Buat apa sabar? Sabar membuat Anda dapat mengambil keputusan dengan waktu dan kecepatan yang lebih baik. Biasanya istilah sabar identik diberikan kepada mereka yang terlalu tergesa-gesa, terlalu cepat bertindak. Kalau terlalu lambat, pasti biasa dibilang "cepatan" atau "wah, kelamaan euy".

Dalam dunia balap juga tetap ada istilah sabar. Sabar untuk "ngembat" tikungan misalnya. Dalam dunia kriminal juga ada sabar untuk menodong. Dalam dunia komunikasi juga biasa diutarakan dengan istilah "cepat mendengar lambat berkata-kata". Bentuk komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang sabar.

Sabar menghindarkan Anda dari penyesalan karena mealkukan aksi amarah bahkan tindak kekerasan yang tidak logis.

"Sampai kapan saya harus bersabar? Kesabaran juga ada batasnya!" Biasa dalam hidup bermasyarakat sehari-hari, komentar-komentar tersebut sering muncul. Teman atau sahabat yang mendengarnya, biasanya menjawab "sebentar lagi ya, sabar saja, nanti juga ada waktunya, kok", sambil menepuk-nepuk bahu kawannya itu. Tujuannya untuk menenangkan sang kawan, dengan kondisi lebih tenang, pikiran lebih jernih. Sehingga mampu memutuskan dengan lebih baik.

Di sebuah perematan jalan misalnya, sedang macet parah karena lampu lalu-lintas padam, ditambah lagi cuaca yang gerimis. Terjadi aksi saling curi-curi jalan alias serobot jalur seenaknya. Akan terdengar dari beberapa pengendara, khususnya sepeda motor.

"Hey, yang sabar dong!" "Sabar!? ya elu itu yang sabar, bego!". Setelah itu keduanya saling beradu pandang sambil melotot, kemudian saling memaki dan mengumpat seraya melenggang pergi.

"Kalau sabar terus bisa jadi bubur" "Kalau buru-buru malah takabur"

Jadi bagaimana?

Nah, ilmu sabar bisa ditingkatkan lewat pengalaman hidup. Yang sudah pernah pengalaman serupa biasa mampu memberi simpati dan dukungan kepada pihak yang sedang berbeban berat. Yang sudah tahu memberi tahu yang belum tahu, yang sudah pernah memberitahu yang belum pernah. Karena seseorang menjadi tergesa-gesa akibat dari pengalamannya belum cukup, dengan demikian muncul perasaan berada dalam posisi serta visi yang labil, ada juga perasaan yang muncul karena kekhawatiran akan hilangnya suatu kesempatan. Aksi percepatan yang timbul adalah suatu ekpresi keinginan seseorang untuk segera mencerahkan suasana "biar clear", begitu istilah biasanya.

Orang sabar adalah orang yang sadar, karena sadar maka ia menjadi peka. Karena peka maka akurasinya bertambah.

Sing sabar ya ;o)

NB: Sumber gambar (klik gambar)

*Diunggah dari Guritaberita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun