Mohon tunggu...
Gwan Gydeo
Gwan Gydeo Mohon Tunggu... writer -

Belajar terus dengan bersemangat sambil mengoleksi kepingan-kepingan indah kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Adakah Mutiara di Tengah Derita?

21 Agustus 2010   04:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:50 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Edanesia meradang tanpa mampu terhalang. Ketika seorang manusia mulai kehilangan perasaan akan hidup yang terkendali. Gejolak gairah muda meraja, namun tetap saja terasa tak biasa. Jangan ragu untuk melangkah, bekeluyur namun bukan kabur.

*Sebuah kisah ilustrasi* Bagi Aryo, dunia ini terasa sempit dan tak ramah, tidak menyenangkan, sangat membosankan, hidup serasa hampa. Apalagi kalau ditanya soal kepuasan, ucapan syukur itu terasa begitu jauh. Perasaan tiada berdaya yang senantiasa mengikat, perasaan tak berharga, pesimisme yang mengakar dalam. Merasa paling menderita sedunia.

Akhirnya ia memutuskan untuk merantau, mengeksplorasi diri agar bisa menemukan makna hidup yang lebih baik lagi. Dengan uang dan perlengkapan seadanya ia berangkat menuju kota lain. Kota ini besarnya hampir sama dengan kotanya yang dahulu, namun di kota ini begitu padat penduduknya. Ekonominya pun jauh lebih berkembang.

Setelah beberapa bulan di kota baru tersebut, Aryo bertemu dengan Acepzoy, seorang teman yang berprofesi sebagai pengamen dan penjual nasi goreng yang gila baca.

Aryo: "Gue ngerantau karena hidup gue udah kacau."

Acepzoy: "Sekarang setelah merantau apa kehidupanmu menjadi lebih ok?" Aryo: "Iya, ada perasaan lebih baik setelah gue merantau, namun ternyata hal tersebut tidak berlangsung lama. Akhirnya gue kembali ke titik jenuh lagi." Acepzoy: "Hmm, kalau yang sakit tangannya, maka kalau kamu memegang sesuatu apapun itu dengan tanganmu yang sakit, ya pasti terasa sakit." Aryo: "Jadi maksudmu aku mesti berubah, Cep?" Acepzoy: "Berubah? Ha ha ha nggak perlu, bukannya kamu sudah nyaman dengan kondisi kamu saat ini. Toh segala sesuatunya kamu yang milih khan, responmu itu."

Aryo: "Ah, betul juga, memang aku selalu merasa sebagai korban, Cep."

***

Kehidupan itu untuk bersenang-senang bukan untuk tinggal selamanya. Seorang yang sudah tidak memiliki sepasang kaki yang mengatakannya padaku. Maksudnya adalah "don't sweat the small stuff", maksudnya lagi adalah jangan pusing soal-soal yang gak perlu dipusingin kata Alm. GusDur "Gitu aja repot".

Ada begitu banyak orang yang tidak puas dengan apa dan siapa diri mereka saat ini. Padahal kebutuhan primer dan sekunder ala Maslow mereka selalu terpenuhi. Bahkan masih ada juga yang bunuh diri walau berlimpah dengan materi dan popularitas. Kesepian, merasa tak berharaga, tak mampu mengendalikan perasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun