Mohon tunggu...
Garin Prilaksmana
Garin Prilaksmana Mohon Tunggu... -

Penggemar sepak bola yang masih ingin banyak belajar karena ilmunya masih cetek

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ajakan Keliling Jakarta Untuk Pak Jonan

18 Desember 2015   10:44 Diperbarui: 18 Desember 2015   13:02 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Selamat  pagi Pak Jonan

Maaf kalau sekiranya saya sekiranya sudah menyapa anda sepagi ini, sebab kalau siang sedikit mungkin bapak sudah sibuk dan jika malam hari barangkali bapak sudah bersiap istirahat entah di dalam gerbong kereta atau mungkin di bandara. Bapak memang seorang yang berdedikasi.

Begini pak,dalam kesempatan yang amat langka ini, saya ingin mengajak Bapak untuk berlibur sejenak. Tapi tentu karena bapak terlalu sibuk untuk hal yang tidak berguna, liburan yang saya tawarkan ini tak akan jauh dari bidang Bapak. Saya ingin mengajak Bapak berkeliling ibu kota menggunakan taksi..

 Loh kenapa  cuma keliling Jakarta? Karena semua orang tahu kalau Jakarta itu barometer  kebijakan untuk daerah lain di Indonesia, apalagi Jakarta punya kompleksitas masalah transportasi yang lima kali lebih kompleks dibanding daerah lain. Kalau keruwetan tersebut bisa diurai, tentu Bapak bisa bilang ke Walikota atau Gubernur daerah lain untuk tiru saja Jakarta. Mudah kan , Pak? Dan karena ini menyangkut soal Jakarta mungkin Bapak bisa ajak juga Pak Ahok untuk kita,makin rame kan makin asyik..hehe

 Lalu kenapa harus taksi ? Karena menurut saya ini moda transportasi terbaik di ibukota. Tempat duduk nyaman, supir tidak ugal-ugalan, jarang mogok, dingin pula. Wah pokoknya enak,Pak. Aduh maaf kalau saya jadi norak begini, maklum jangankan naik taksi, buat makan saja saya kembang kempis.

 Makanya saya sarankan kita naik taksi saja. Jangan naik busway a.k.a Transjakarta,Pak.  Biarpun itu jadi angkutan primadona di Jakarta tapi tetap masih kurang menyenangkan. Sudah busnya lama, antrinya panjang, busnya suka mogok pula malah kadang terbakar, haltenya juga agak jauh. Beberapa bus juga sudah reot yang kalau jalan suka terdengar suara, “Ngiik..Ngiik..Ngiik” , dan kalau jam sibuk penuhnya minta ampun, bisa keringetan dan bau badan. Pokoknya tidak nyaman,Pak.

Belum lagi suka ada orang yang karena ga punya uang buat beli saldo atau beli E-Money , dan akhirnya nebeng sama kita, bikin ribet, Pak. Lagipula kita kan ajak Pak Ahok,kita tentu tidak mau kan kalau perjalanan terganggu karena tunggu beliau marah-marah sama awak Transjakarta ? Makanya jangan naik busway.

 Apalagi kalau naik Metro Mini,Kopaja,atau angkot. Aduh Pak itu sama aja kaya kita naik mesin pembunuh. Sopirnya ugal-ugalan karena tidak pernah ada yang kontrol.Sudah begitu busnya juga rombeng dan banyak pengamen sama tukang palak..hiii ngeri.  Dan karena saya sama perginya sama bapak yang notabene pejaba,  Metro Mini jelas tidak cocok jadi pilihan angkutan kita. Itu moda buat orang miskin, trayeknya saja banyaknya ke pinggiran Jakarta yang biasanya jauh dari halte busway. Hiih..! Salah sendiri tinggal kok di pinggiran.

 Mungkin gaya metro mini ini terinpirasi sama bus antar kota yang kadang sama ugal-ugalannya. Wah kalau naik  itu bukan pulang kampung malah bisa pulang ke rahmatullah. Eh, maaf pak kalau saya ngelantur, salah sendiri ya Pak mereka ga mau naik kereta atau pesawat, padahal bapak kan sudah amat fokus untuk perbaiki  dua moda itu.

 Kalau ojek online? Ini sudah musim hujan Pak, takut masuk angin. Belum lagi motor kan kata bapak tidak safety, jadi lebih baik dilarang saja. Jangan takut pak ditentang kelas menengah ngehek, mereka pasti bilang ojek online itu bisa juga buat pesan makanan atau antar barang. Loh kan sudah ada 14045, 14022, dan sebangsanya kenapa harus pakai ojek online. Terus di Jakarta kan sudah banyak juga jasa kurir kok ya masih pakai ojek online.

 Jangan pedulikan juga kaum sok humanis yang menyorot nasib driver ojek online yang puluhan ribu itu. Salah sendiri jadi tukang ojek online. Padahal pemerintah kan lagi berusaha membuka lahan investasi, kalau mereka sabar pasti dapat pekerjaan dan tidak perlu jadi tukang ojek. Dasar tidak sabaran.

 Taksi yang nanti kita tumpangi pun bukan sembarang taksi pak, apalagi taksi online. Itu cuma cara biar naik tapi tak perlu mahal. Lah gimana ? Naik taksi kok ogah mahal, ya naik angkutan umum biasa saja sana. Sok-sokan mau ikut orang kaya ya? 

Belum lagi taksi hitam plat hitam yang suka disebut Uber dan sejenisnya itu. Ya ampun, taksi itu kan eksklusif jadi harus sedan, ini kok malah Avanza, Xenia, dan sebagainya. Ckckckck dasar cuma pengen gaya-gayaan saja. 

Maka dari itu lebih baik kita naik taksi apalagi taksi dari burung biru, karena itu sudah jelas moda transportasi terbaik. Bapak enak, saya enak, sama-sama enak.

Tapi anu, Pak. Ongkosnya Bapak yang bayar ya, soalnya uang saya sudah dipakai buat kredit motor.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun