Orang bijak pernah berkata,
"Ayah adalah seseorang yang selalu percaya pada kemampuanmu. Ia adalah orang pertama yang selalu yakin bahwa kamu bisa."
Kalimat itu seolah cocok untuk menggambarkan cinta tak terbatas Son Woong-jung kepada anak laki-laki kebanggaannya, Son Heung-min.
Kita semua pasti setuju untuk mengatakan bila Son Heung-min telah menjadi salah satu pemain terbaik di dunia saat ini. Dia tak hanya jadi bintang di negara asalnya, Korea Selatan, namun juga di kompetisi yang ditapakinya sekarang, yakni Liga Primer Inggris. Menariknya, meski sudah banyak sekali yang mengakui bakat Son sebagai pemain jempolan, ayahnya justru menolak untuk menyebut sang pemain sebagai world class player. Menurut Son Woong-jung, Son masih harus mencapai lebih banyak hal untuk bisa disebut sebagai pemain kelas dunia.
Dia bahkan meminta Son untuk tidak menikah terlebih dahulu jika masih ingin fokus bermain sepak bola. Karena menurutnya, pernikahan sudah memiliki prioritas lain, yakni keluarga, bukan sepak bola.
Sikap semacam itu memang sudah ditunjukkan Son Woong-jung sejak Son masih belia. Ia tidak ingin anaknya cepat berpuas diri, dan tetap fokus pada satu tujuan.
Meski sang ayah belum mau mengakuinya sebagai pemain kelas dunia, Son sama sekali tidak marah. Justru hal itulah yang membuatnya jadi pesepak bola seperti sekarang. Sang ayah menjadi nomor satu yang jadi inspirasinya, yang telah mengubah jalan karir sepak bolanya.
"Saat kecil, ayah saya memikirkan tentang apa yang saya butuhkan. Dia melakukan segalanya untuk saya, dan tanpanya, saya mungkin takkan sampai di posisi saat ini. Sepak bola saya sepenuhnya adalah karya ayah saya." ucap Son Heung-min.
Cara Sang Ayah Melatih Son
Kecintaan Son Heung-min terhadap olahraga sepak bola tak ubahnya turun dari sang ayah. Sebagaimana diketahui, Son Woong-jung adalah mantan pemain sepak bola profesional di Korea Selatan dengan karir yang lumayan mentereng. Dia pernah membela klub semacam Hyundai Horang-i dan ilhwa Chunma. Namun ketika usianya menginjak 28 tahun, Son Woong-jung memilih pensiun dini karena tak kuasa membendung cedera tendon Achilles yang dialami.