Mohon tunggu...
Garin Nanda
Garin Nanda Mohon Tunggu... Freelancer - @garinnanda_

Mengemas sebuah cerita jadi lebih bermakna.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Jadi Percontohan, Bagaimana Cara Johor Darul Ta'zim Membangun Kesuksesannya?

17 April 2023   15:03 Diperbarui: 17 April 2023   15:04 2143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Johor Darul Takzim termasuk tim baru di persepakbolaan Malaysia. Tepat pada tahun 1972, hanya terdapat nama Johor FC yang mewakili wilayah Johor dan Johor FA yang kita tahu sudah mulai ikut berkompetisi sejak 1955. Ketika sebelumnya dua klub tersebut merupakan rival, terjadi perubahan besar dalam sejarah sepakbola Johor.

Keduanya melakukan merger dimana nama Tunku Ismail Idris tampil sebagai pemimpin. Dengan sejarah yang tercipta itu, Johor lalu hanya punya satu nama yakni Johor Darul Takzim yang diresmikan pada tahun 2013.

Kehadiran Tunku Ismail Idris di kubu Johor Darul Takzim tidak tiba-tiba muncul begitu saja.

Pada tahun 2012 silam, sebelum diambil alih oleh Tunku Ismail, sepakbola Johor berada pada titik memprihatinkan. Kejayaan yang sempat didapat pada periode 1980 hingga 90-an, mengalami kemunduran pada era 2000-an. Seluruh penggemar merindukan masa ketika nama Nasir Yusof dan Ervin Boban membuat mereka berjaya.

Kecewa dengan penurunan standar dimana banyak sekali penggemar yang mulai tunjukkan minimnya minat kepada klub kebanggaan, membuat Tunku Ismail Idris tergugah untuk turun tangan. Dia ingin membangun sebuah klub sepakbola yang kaya akan sejarah dan meraih banyak prestasi besar.

Pria yang kini berusia 38 tahun tersebut tidak ingin membuang waktu untuk menggerakan roda agar terus berputar, tepat setelah menjabat sebagai pemimpin klub.

"Pada suatu masa, aku ingin melangkah dan membawa perubahan nyata bagi orang-orang di tempat aku tinggal. Aku pernah pergi ke satu pertandingan Liga Malaysia untuk menonton Johor, tapi hampir tidak ada orang disana. Aku berpikir, 'apa yang terjadi?'"

"Saat itu juga, aku langsung bertekad untuk merubah wajah sepakbola Johor."

Bagaimana JDT Jadi Tim Terbaik dan Mengapa Sangat Layak Dicontoh?

Tekad yang ditunjukkan Tunku Ismail Idris tidak hanya mandek di ucapan saja. Dengan dana besar yang dimiliki, fokus utama adalah perbaikan dan pengembangan fasilitas. JDT terkenal sebagai klub yang memang punya fasilitas setara dengan klub top Eropa, dimana itu memang jadi tujuan utama sang pemilik.

Dia menginginkan peralatan terbaik dengan taraf internasional untuk menunjang perkembangan pemain, serta membantu para aktor lapangan yang mengalami cedera segera pulih.

Bertempat di Padang Seri Gelam, pusat latihan klub Johor Darul Takzim memiliki kapasitas 8000 penonton, serta dua lapangan indoor dengan kualitas rumput Internasional. Disana terdapat pusat kebugaran serta ruangan khusus untuk pemulihan cedera. Yang tak kalah menarik, terdapat pula kolam renang, hingga kolam seperti Jacuzzi untuk merelaksasi otot pemain pasca pertandingan.

Tak hanya untuk tim senior, JDT yang memang mempersiapkan bakat-bakat terbaik melalui metode akademi, juga menyediakan fasilitas berupa tempat latihan terpisah dengan nama Pusat Latihan Padang Mawar di Pasir Gudang. Tempat tersebut diketahui menyediakan dua lapangan internasional dengan fasilitas penunjang yang tentunya bertaraf internasional.

Membangun fasilitas terbaik dan tidak lupa memperhatikan perkembangan akademi, JDT juga menjadi tim yang memiliki stadion super mewah. Sebelumnya, mereka punya stadion bernama Tan Sri Dato' Haji Hassan Yunos dengan kapasitas 30 ribu penonton yang sebenarnya sudah bertaraf Internasional.

Itu terbukti dari digelarnya sejumlah event besar di lapangan tersebut, seperti Liga Champions Asia dan Piala AFC. Selain itu, stadion ini juga pernah menjadi venue FIFA World Youth Championship pada tahun 1997.

Kini wajah gahar JDT tampak semakin jelas, setelah mereka meresmikan markas baru pada Februari 2020 lalu. Adalah Stadion Sultan Ibrahim yang terletak di kawasan Iskandar Puteri Johor, Malaysia. Pembangunan stadion tersebut menghabiskan dana senilai 200 juta ringgit Malaysia atau setara 675 miliar rupiah dengan kapasitas lebih dari 35 ribu penonton.

Tampilan stadion ini berhasil menarik perhatian semua yang menyaksikannya. Desain futuristik yang sangat memukau membuat stadion ini sangat kental dengan European Style. Uniknya meski menjadi markas resmi JDT, stadion Sultan Ibrahim juga bisa dijadikan sebagai home base bagi tim yang ada di Johor, termasuk yang tampil di kasta terendah.

Untuk memperbaiki prestasi klub yang selama ini dicari, Tunku Ismail Idris sengaja meminta klub untuk mencari bakat-bakat terbaik yang tersebar di Malaysia maupun seluruh penjuru dunia. Maka wajar bila akhirnya kita melihat nama seperti Daniel Guiza, Safee Sali, sampai Pablo Aimar pernah tampil untuk JDT.

Lebih dari itu, nama Luciano Figueroa, Safiq Rahim, Amri Yahyah, Juan Martn Lucero, Natxo Insa, Marcos Antonio, dan Jorge Pereyra Diaz juga berhasil didaratkan.

"Dengan administrasi JDT yang profesional dan fasilitas yang lengkap, kami sebagai pemain hanya perlu fokus untuk memberikan yang terbaik di lapangan dalam setiap pertandingan,"

"JDT adalah tempat bagi setiap pemain untuk mengembangkan karirnya sebagai pesepakbola profesional." kata gelandang internasional Malaysia, Safiq.

Selain pemain jempolan, deretan pelatih berkualitas juga tercatat pernah mengisi daftar sukses JDT. Diantaranya, Bojan Hodak yang memberi gelar liga pertama bagi klub sejak 1991, Mario Gomez yang merupakan mantan asisten pelatih Inter Milan dan Valencia, lalu ada Raul Longhi, dan kini Benjamin Mora asal Meksiko.

Kemudian, untuk memaksimalkan permainan di atas lapangan, Johor Darul Takzim turut  menempatkan tim analis yang diketuai oleh sosok Haydee Agras. Siapa dia?

Haydee Agras merupakan bagian penting dari terciptanya keberhasilan yang didapat JDT. Dia merupakan mantan pemain futsal putri profesional yang menuntaskan pendidikan di Universidad Catlica San Antonio de Murcia yang berbasis di Spanyol. Dia lalu terjun sebagai seorang analis sepakbola profesional di InStat Sports Co yang terletak di Rusia.

Dia yang mulai berpengalaman kemudian bergabung dengan JDT, dengan tugas meninjau kelemahan lawan, melihat kekuatan lawan, dan menganalisa taktik lawan yang berpotensi jadi ancaman.

Tanggung jawab Haydee Agras sebagai ketua penganalisis pasukan JDT sejak Februari 2019 tidaklah mudah. Dilaporkan, dia harus menyediakan sekitar 300 laporan lengkap pihak lawan setiap musimnya. Untuk memperoleh laporan tersebut, Hayde Agras perlu menonton lebih dari 400 pertandingan lawan setiap tahunnya.

Setiap laporan yang disediakan berisi tentang sistem serangan lawan, cara mereka bertahan, skema serangan balik, sampai bagaimana lawan memanfaatkan set piece.

Dalam hal ini, JDT menyadari pentingnya tim analis untuk memajukan kualitas permainan, yang mana di Malaysia sendiri belum banyak yang menggunakan jasa analis. Maka menjadi sebuah hal yang sangat istimewa ketika klub seperti JDT sudah melakukannya.

Tidak hanya menugaskan tim analis dalam skuad mereka, JDT juga diketahui melakukan kerjasama penting lainnya guna mengembangkan permainan dan kualitas klub dari segala aspek.

JDT dilaporkan menjalin kemitraan dengan klub asal Jerman, Borussia Dortmund. Selain untuk meningkatkan daya jual ke pihak yang lebih luas, JDT juga mendapatkan manfaat berupa pengetahuan sepak bola, informasi kepelatihan, ide taktis serta pertukaran pemain muda. Kerja sama yang melibatkan antar keduanya juga sampai berujung pada sebuah laga persahabatan yang digelar 2015 silam.

Saat itu, JDT harus tumbang dengan skor 1-6 atas Borussia Dortmund yang masih diisi nama Pierre Emerick Aubameyang, Shinji Kagawa, Marco Reus, sampai Ilkay Gundogan.

Melalui sederet cara, strategi, hingga perencanaan yang baik itulah, yang kemudian membuat Johor Darul Takzim jadi tim terbaik di Asia Tenggara. Lebih dari itu, mereka juga menjadi tim yang sangat layak dicontoh, dari berbagai aspek.

Prestasi yang Didapat

Berkat keseriusan pemilik, kenyamanan para pemain dalam bertanding, membuat JDT mampu menguasai sepakbola Malaysia sejak tahun 2014. Mereka menjadi jawara beruntun hingga sekarang, dan belum pernah ada yang menyamai rekornya.

Pada tahun 2015 silam, mereka bahkan berhasil memenangkan gelar juara AFC Cup, kompetisi kasta kedua antar klub Asia.

Dalam laga final yang berlangsung di Republican Central Stadium Dushanbe, Tajikistan, Johor Darul Takzim berhasil mengalahkan utusan Tajikistan, FC Istiklol. Gol dari JDT terjadi pada menit ke 23 melalui penyerang asingnya Leandro Velazquez.

Skuad yang ketika itu dilatih Mario Gomez berhasil menunjukkan semangat juang tinggi, hingga sukses jadi tim Malaysia dan ASEAN pertama yang berhasil meraih mahkota di kompetisi kelas dua Asia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun