Mohon tunggu...
Garin Nanda
Garin Nanda Mohon Tunggu... Freelancer - @garinnanda_

Mengemas sebuah cerita jadi lebih bermakna.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Sering Mendapat Kritik, Cara Red Bull Kuasai Industri Sepak Bola Layak Dipuji

2 April 2023   07:39 Diperbarui: 7 April 2023   17:00 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim Sepak Bola Red Bull (sumber gambar: Footy Headlines)

Sepak bola saat ini tidak hanya menjadi tontonan semata. Pertandingan di akhir pekan yang mulanya bertujuan untuk ciptakan hiburan belaka, kini jadi ladang bisnis dengan keuntungan yang luar biasa besar. 

Maka, tak jarang kita melihat para investor handal menanam modal di dunia si kulit bundar. Pengusaha Amerika dan China, sampai pada sultan timur tengah dan pangeran Arab, semua berlomba-lomba membangun kekuatan untuk tingkatkan popularitas sebuah klub tertentu guna bisa diambil keuntungannya.

Selain para pengusaha tersebut yang memang sudah mahir dalam mengelola bisnis di dunia kejar-kejaran bola, terdapat satu nama lainnya yang semua tak akan pernah lupa. Adalah Dietrich Mateschitz, pria 78 tahun yang merupakan pendiri perusahaan minuman kaleng, Red Bull.

Dengan kekayaan yang kini mencapai 25,3 miliar USD menurut Forbes, Dietrich Mateschitz turut mendapat keuntungan dari dunia sepak bola. Dia menciptakan sebuah dinasti dalam payung Red Bull di sejumlah liga populer dunia.

Sejarah Singkat Perjalanan Red Bull

Red Bull yang merupakan perusahan minuman berenergi didirikan Dietrich Mateschitz di Austria pada 1987 silam. Dalam membangun Red Bull, Dietrich bekerjasama dengan pengusaha asal Thailand, Chaleo Yoovidhya. 

Selama kurang lebih tiga tahun berdiri, Red Bull lalu berhasil menembus pasar Internasional, dimana Hungaria dan Slovenia jadi negara pertama yang merasakan produk luar biasa Red Bull.

Pada saat pertama kali membangun Red Bull, Dietrich Mateschitz yang merupakan sosok handal dalam dunia bisnis menyadari bila belum banyak orang yang mengenal produk minuman berenergi. Namun dia tetap bertekad membangun bisnis ini dengan berkata,

"Ketika kami pertama kali memulai, kami mengatakan bahwa tidak ada pasar yang tersedia untuk Red Bull. Tapi Red Bull akan menciptakannya. Dan inilah yang akhirnya menjadi kenyataan."

Benar saja, pada akhir 90-an, minuman kaleng ini kemudian berhasil menembus pasar Amerika hingga memunculkan negara-negara lain yang menjadi konsumen besarnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun