Pada 5 April 2019 lalu, sebuah film luar biasa mulai ditayangkan. Berjudul "The Keeper", film yang menjadikan seorang kiper sebagai pemeran utama itu mengisahkan tentang sosok heroik bernama Bert Trautmann. Film yang mengisahkan tentang kiper dengan aksi luar biasa hebat diatas lapangan itu digarap oleh sutradara Marcus Rosenmueller.
Di film tersebut, seluruh perjalanan Trautmann dikisahkan, dimana aktor Jerman, David Kross, ditunjuk sebagai pemeran sang kiper legendaris.
Karir Legendaris Bert Trautmann
Trautman memiliki perjalanan yang cukup unik dan luar biasa. Ia lahir di Jerman pada 22 Oktober 1923 atau ketika masa rezim Nazi pimpinan Adolf Hitler. Ia tinggal bersama ayahnya, yang bekerja di pabrik pupuk dekat dermaga, serta ibunya yang bernama Frieda. Iklim ekonomi yang suram pada awal 1930-an memaksa Trautmann untuk menjual rumah mereka, dan pindah ke blok apartemen di daerah kelas pekerja Gropelingen, setidaknya sampai tahun 1941. Sedari kecil, ia sudah banyak mengisi waktunya dengan sejumlah permainan, termasuk sepak bola.
Dibesarkan selama masa perselisihan yang terjadi di Jerman, Trautmann bergabung dengan Luftwaffe di awal Perang Dunia Kedua, yang mana ia bertugas sebagai seorang penerjun payung. Dia bertempur di Front Timur selama tiga tahun, sebelum akhirnya dipindahkan ke Front Barat. Selama bertaruh nyawa di desing peluru dan bom, Trautmann meraih sejumlah bintang jasa. Trautmann juga tercatat sebagai anggota tim penjinak bom pasukan Nazi.
Namun di masa akhir peperangan, ia ditangkap oleh Inggris dan ditahan di kamp tahanan perang di Ashton-in-Makerfield, Lancashire.
Setelah dibebaskan pada tahun 1948, ia lalu bergabung dengan klub sepak bola lokal bernama St Helens Town. Dari awal karirnya, ia sudah berada di bawah mistar gawang. Kegemarannya dalam menangkis segala serangan berujung dengan begitu luar biasa. Trautmann dikenal sebagai kiper handal dan mulai menjadi perbincangan rakyat sekitar. St Helens benar-benar menjadikan Trautmann sebagai sosok yang memiliki reputasi luar biasa sebagai seorang kiper. Pada tahun 1949, ia lalu diminati oleh Manchester City. Kala itu, The Citizen tampil di kompetisi divisi utama.
Bermain apik di Manchester City, Trautmann mendapat kontrak jangka panjang. Disana ia menjadi bintang sekaligus idola. Bahkan, ia menjadi olahragawan pertama yang menjalin kerja sama dengan Adidas. Karena menurut kabar yang beredar, Trautmann memiliki hubungan yang baik dengan pendiri brand tersebut, Adi Dassler. Namun begitu, sempat ada pertentangan dari kalangan penggemar. Di awal kedatangannya, atau sebelum ia menjadi idola, Trautmann mendapat penolakan dari para penggemar, menyusul statusnya sebagai tentara Nazi. Selain itu, ia juga dianggap telah mengambil tempat utama kiper legendaris mereka, Frank Swift. Menurut pandangan para penggemar City, Trautmann sama sekali belum layak menggantikan posisi sang legenda, meski Frank Swift diketahui telah putuskan pensiun.
Trautmann melakukan debut tim pertamanya pada 19 November 1949 melawan Bolton Wanderers. Setelah pertandingan tersebut, para penggemar mulai terkesima dengan bakat Trautmann. Sebagai eks pasukan tempur Nazi, Trautmann memiliki kekuatan fisik di atas rata-rata saat ia turun sebagai kiper profesional.
Tahun 1950 kemudian menjadi salah satu yang paling bersejarah bagi Trautmann. Saat itu, City harus bertandang ke London untuk melawan Fulham. Pertandingan City melawan Fulham pada Januari 1950 adalah kunjungan pertama Trautmann ke London. Pertandingan itu mendapat perhatian luas dari media, karena sebagian besar pers Inggris bermarkas di sana. Beberapa penulis olahraga terkemuka menyaksikan Trautmann beraksi untuk pertama kalinya.
Trautmann pun benar-benar menjadi incaran para penggemar disana. Pasalnya, ada sebuah wilayah disana yang sempat menjadi daerah jajahannya. Orang-orang disana berteriak lantang menentang Trautmann. Mereka terus berteriak "Nazi" di hadapannya.
Namun begitu, penampilan Trautmann tetap mengesankan. Ia tampil apik di laga tersebut hingga mendapat tepukan meriah dari para penggemar The Citizen.
Sayangnya di musim tersebut, penampilan Trautmann gagal membawa City bertahan di kompetisi teratas, menyusul penampilan buruk para penggawa lainnya. Akibatnya di akhir musim, City terjerembab di peringkat 21 dari 22 klub yang bertanding. Dari 42 laga, Manchester City hanya mampu meraih 8 kali kemenangan, 13 kali hasil imbang, dan menelan 21 kali kekalahan. Gawang City pun kebobolan sebanyak 68 kali selama 42 laga tersebut.
Namun City hanya bertahan selama semusim untuk bisa kembali ke kasta tertinggi. Mereka berhasil naik ke divisi utama, dengan Trautmann mulai mengukir rekor sebagai seorang legenda. Pada tahun 1952, ketenaran Trautmann mulai merebak ke seluruh dunia. Jerman yang menjadi negara asalnya pun melihat potensi sang pemain. Kala itu, Schalke 04 berniat untuk memboyong Trautmann, dengan memberikan tawaran yang cukup besar. Akan tetapi, City menolak dengan dalih mereka masih sangat membutuhkan jasa Trautmann.
Benar saja, keputusan City untuk mempertahankan Trautmann berbuah manis. Sang kiper terus tampil konsisten hingga terus menjadi andalan di setiap musimnya. Pada pertengahan 1950-an, manajer Manchester City, Les McDowall, memperkenalkan sistem taktis baru dengan menggunakan penyerang tengah sebagai pemeran utama. Dalam hal ini, tugas Trautmann adalah memberikan bola tepat ke arah sang penyerang di jarak yang tidak dekat. Strategi itu pun berhasil. Pasalnya, Trautmann sukses melakukan tugasnya dengan baik setelah melakukan lemparan jauh yang begitu akurat. Selain itu, tendangannya juga berhasil mendarat tepat di daerah penyerang utama untuk bisa segera dikonversikan menjadi gol.
Dibantu para penyerang sayap, umpan-umpan matang yang diberikan Trautmann tak jarang berbuah kemenangan.
Kegemilangan Trautmann terus menjadi-jadi. Dirinya dikenal khalayak luas, apalagi setelah penampilan paling bersejarahnya dalam perjalanan seorang penjaga gawang sejati.
Trautmann sendiri dikenal sebagai kiper yang lihai dalam menyelamatkan tendangan pinalti. Setidaknya, ia sukses menyelamatkan 60% tendangan 12 pas yang dilakukan pemain lawan. Bahkan, keagungannya dibawah mistar diakui oleh pelatih sekaliber Matt Busby.
Bermain dalam Keadaan Leher Patah
Satu pertandingan Trautmann yang akan terus dikenang adalah ketika dirinya masih saja bermain dengan keadaan leher patah.
Empat hari setelah final Piala FA 1956 digelar, Bert Trautmann mengunjungi Manchester Royal Infirmary karena sakit di leher yang berkelanjutan. Di sana, seorang dokter merujuknya untuk menjalani pemeriksaan X-ray dan hasil menunjukkan, adanya dislokasi lima tulang belakang, di mana yang kedua patah menjadi dua bagian. Menurut sang dokter, sedikit guncangan saja bisa membuat Trautman kehilangan nyawanya.
Musim 1955/56 menjadi salah satu yang terbaik bagi Manchester City. Kegemilangan City juga dilengkapi dengan momen di mana Trautmann dinobatkan sebagai pemain terbaik musim itu, sekaligus jadi kiper pertama yang mampu meraih penghargaan tersebut.
Satu pertandingan yang terjadi pada 5 Mei 1956, di Wembley Stadium, membuat nama Trautmann terus didengungkan. Manchester City menghadiri final Piala FA kedua mereka secara berurutan. Setahun sebelumnya, mereka juga melakoni atmosfer yang sama, hanya saja mereka kalah 3-1 dari Newcastle United.
Adapun tahun itu, Birmingham justru jadi favorit, yang oleh media disebut-sebut sebagai jagoan karena hanya kebobolan dua gol dan mencetak delapan belas gol dalam perjalanan ke partai puncak turnamen akbar Inggris tersebut. Namun City justru mampu membalikkan keadaan. Adalah Trautmann. Di sisa 17 menit, Birmingham melahirkan satu peluang saat Murphy mampu melewati Dave Ewing. Berhadapan dengan Trautmann, Murphy kalah cepat sehingga bola lebih dulu diamankan sang kiper sebelum ia menendangnya. Malang bagi Trautmann, lutut kanan Murphy yang sedang berlari kencang membentur lehernya dengan kencang.
Meski sudah alami patah leher, Trautmann tetap berdiri kokoh di bawah mistar gawang. Ketangguhannya membuahkan hasil manis, City sukses menang 3-1 dan meraih gelar juara.
Usai pertandingan, ketika pengalungan medali, Trautmann baru menyadari lehernya kesakitan. Ia dilarikan ke rumah sakit, setelah dipindai diketahui bahwa lima bagian otot leher Trautmann patah. Sejak itulah ia dianggap sebagai pesepakbola paling brutal dalam sejarah karena mampu bermain dengan leher patah. Kemenangan City saat itu tentu tak lepas dari pengorbanan Trautmann. Setelah momen tersebut, ia harus menjalani masa rehabilitasi selama beberapa bulan, bahkan mengenakan penyangga leher dan punggung untuk waktu yang lama.
Ia dianggap sebagai pahlawan sekaligus legenda menyusul total 545 pertandingan yang ia lakoni untuk City, selama periode 15 tahun antara 1949 dan 1964.
Sempat tampil untuk Wellington Town, Trautmann putuskan pensiun dan melanjutkan karir sebagai seorang pelatih.
Lalu pada tahun 2013 silam. Manchester City mendapat kabar duka. Federasi Sepak Bola Jerman (DFB) mengkonfirmasikan meninggalnya Bert Trautman di usia ke-89 tahun. Trautmann sebelumnya mengalami dua kali serangan jantung. Dia menghembuskan nafas terakhir setelah mendapat serangan jantung untuk ketiga kalinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H