Mohon tunggu...
Garin Nanda
Garin Nanda Mohon Tunggu... Freelancer - @garinnanda_

Mengemas sebuah cerita jadi lebih bermakna.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Turbulensi PSG

16 Maret 2022   10:51 Diperbarui: 16 Maret 2022   10:55 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kota Paris yang biasa kita pandang indah, kini terlihat sedikit kusam setelah kesebelasan terpopuler mereka, PSG, tengah tenggelam dalam kondisi yang tak diinginkan. Meski banyak bintang yang menghuni klub terkaya di negaranya, PSG, masih juga belum mampu unjuk gigi di panggung Eropa.Entah mengapa, sebuah trofi yang dipandang megah lengkap dengan kuping besarnya belum ingin disentuh oleh pemain-pemain yang menggunakan lambang kota teromantis di dunia. Banyak yang bilang bila PSG terlalu nyaman berkompetisi di tanah sendiri, sampai lupa bahwa di luaran sana masih terdapat banyak sekali lawan yang punya kekuatan lebih hebat.

Ada juga yang mengatakan bila sulit bagi sebuah tim untuk menang ketika disitu terdapat banyak sekali pemain bintang. Bukannya bisa bekerja sama dengan baik, yang ada malah egoisme tinggi yang dikedepankan.

Berbagai alasan tersebut memang masuk akal, karena pada kenyataannya, PSG memang masih sulit bersaing di panggung tertinggi Eropa.

Deretan Kegagalan PSG di Kancah Eropa

Tepat setelah diakuisisi oleh miliarder asal Qatar, deretan pemain bintang hingga pelatih berkualitas terus berdatangan. Hasilnya pun cukup kelihatan. Namun lagi-lagi, kompetisi domestik masih menjadi garis batas bagi PSG untuk unjuk prestasi. Di level Eropa sendiri, atau setelah pertama kali masuk ke kompetisi Liga Champions Eropa pada musim 2012/13 sejak musim 2004/05, PSG hanya mentok duduk di fase perempat final. Capaian itu bertahan setidaknya sampai musim 2015/16.

Pada musim berikutnya, mereka bahkan hanya mampu tampil sampai babak 16 besar saja usai kalah secara memalukan dari FC Barcelona meski sempat unggul 4-1 di pertandingan pertama. Pada dua musim berikutnya, babak 16 besar juga masih akrab dengan Paris Saint Germain, usai Real Madrid dan Manchester United datang bergantian sebagai penghadang.

Barulah pada musim 2019/20, PSG memiliki kesempatan besar untuk unjuk kebolehan. Mereka tampil di laga final dengan banyak bintang yang bersemayam. Neymar Jr, Angel di Maria, sampai Kylian Mbappe, berhasil membawa PSG melangkah hingga ke partai puncak untuk menantang raksasa Bavaria.

Namun lagi-lagi, kegagalan masih datang menyelimuti. Meski PSG juga diprediksi bakal mampu membawa pulang trofi, Robert Lewandowski dan kolega masih terlalu kuat untuk dipecundangi. Skor satu nol ketika itu menjadi penutup dari perjalanan luar biasa PSG yang cuma berstatus sebagai runner up.

Pada musim 2020/21 sendiri, babak semifinal jadi tempat bagi mereka untuk akhiri petualangan. Lawannya? Manchester City yang sukses mencuri kemenangan dalam dua laga untuk memperpanjang dahaga Paris Saint Germain di kancah Eropa.

Kemudian belum lama ini, atau pada musim 2021/22, PSG sejatinya punya kans besar untuk melaju ke babak selanjutnya ketika Real Madrid yang jadi lawan sukses dijungkalkan di pertandingan pertama dengan skor tipis 1-0. Nahas, ketika Bernabeu kemudian menjadi tempat bagi PSG untuk melaju ke babak selanjutnya, mimpi besar mereka tiba-tiba harus putus karena ulah kiper muda asal Italia.

Gianluigi Donnarumma, yang terlalu lama memegang bola harus membayar mahal satu gol yang dicetak Kylian Mbappe di babak pertama untuk memperlebar jarak dengan sang lawan. Tepat setelah gol itu tercipta, Karim Benzema kian menggila. Pria Prancis yang tahu betul sejarah besar yang diciptakan el Real di kancah Eropa langsung menggebrak dengan menggelontorkan tiga gol sekaligus untuk membungkam mimpi Kylian Mbappe dan kawan-kawan.

Skor 1-3 untuk Real Madrid pun membuat PSG kembali gagal menjaga asa di kompetisi Eropa.

Kekacauan Setelah PSG Kalah Memalukan dari Real Madrid

Tersingkir dari Eropa ternyata membawa dampak yang tidak biasa bagi situasi internal PSG. Donnarumma dihujat habis-habisan dan bahkan dianggap sebagai "Si Tukang Gali Kubur" oleh media setempat. Belum lagi Neymar yang sempat dianggap marah kepada Donnarumma meski kemudian ia mengatakan bahwa tidak ada masalah apapun dengan sang kiper asal Italia.

Lalu, masih segar dalam ingatan ketika Messi dan Neymar dihina habis-habisan oleh penggemar PSG. Dalam sebuah pertandingan melawan Bordeaux, para penggemar sengaja meneriaki Messi dan Neymar dengan nada hinaan buntut dari kegagalan tim yang tersingkir dari kompetisi Liga Champions Eropa.

Hal itu jelas menjadi sesuatu yang amat menyakitkan bagi kedua pemain tersebut, apalagi dalam sosial media tersebar luas potret istri Lionel Messi, Antonella Roccuzzo, yang tak kuasa menahan air mata ketika partner hidupnya dicaci oleh penggemar sendiri.

Situasi panas Paris Saint Germain tak berhenti sampai disitu saja. Dalam laporan banyak media, para penggemar secara terang-terangan mengusir Nasser Al-Khelaifi untuk segera angkat kaki dari Paris karena dianggap gagal memberi perubahan di level Eropa. Mereka meminta sang pemilik klub untuk segera melepas tanggung jawabnya di kursi tertinggi.

Masih belum dingin, akibat dari masalah yang terjadi dalam tubuh PSG, direktur klub mereka, Leonardo, dikabarkan juga bakal dipecat. Selain itu, pelatih Mauricio Pochettino juga disebut telah menyampaikan kesediaannya untuk mundur dari kursi kepelatihan klub. Yang cukup membuat heboh, bintang mereka, Sergio Ramos, juga bakal didepak karena dianggap gagal berikan kontribusi besar bagi klub. Oleh media L'Equipe, Ramos disebut sebagai sebuah "kegagalan" karena menghabiskan waktu lebih banyak di ruang perawatan ketimbang dalam sebuah pertandingan itu sendiri.

Kekacauan itu semua pun belum termasuk kabar Kylian Mbappe yang dirumorkan bakal segera tinggalkan PSG.

Kekecewaan para penggemar hingga membuat situasi PSG kian memanas memang tidak bisa diremehkan. Menjadi raja di tingkat domestik saja tentu tidak cukup. Wajar bila mereka berharap lebih apalagi dengan keberadaan banyak sekali pemain bintang di tubuh Paris Saint Germain.

Gelar Liga Champions Eropa yang selama ini memang jadi ukuran kesuksesan sebuah klub jelas menjadi tujuan mereka untuk bisa ditaklukkan. Bila terus gagal apalagi sampai mengalami penurunan, bukan tak mungkin bila PSG akan dicap sebagai tim jago kandang dan cuma kesebelasan yang tak lebih dari sekadar penghambur uang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun