Akan tetapi, semua yang menjadi perhatian tiba-tiba hilang usai Arsenal resmi mendatangkan Alexis Sanchez dan Mesut Ozil. Kedatangan dua pemain bintang itu mulai membuat nama Giroud kurang diperhatikan.Â
Meski benar bila dua bintang yang baru didatangkan menyumbang banyak gol dan assist untuk Arsenal, namun hal tersebut tidak lantas membuat peran Giroud hilang begitu saja.
Pada musim 2015/16, Giroud berhasil mencetak 24 gol untuk Arsenal. Namun apa yang terjadi? Pujian justru terpusat pada sosok Mesut Ozil dalam memberi banyak umpan.Â
Apa yang seharusnya jadi momen bagi Giroud untuk mendapat perhatian juga kian tenggelam oleh munculnya nama Aaron Ramsey yang ketika itu juga mulai sering tampil mengesankan.Â
Melihat kontribusinya untuk Arsenal, torehan 105 gol dan 41 assist jelas tidak bisa diremehkan. Giroud tidak hanya berguna sebagai mesin pencetak gol, namun juga pemantul sekaligus penyuplai bola bagi penyerang lainnya. Namun apa daya, namanya tak benar-benar mampu bersinar..
Apa yang dialaminya di Arsenal juga kemudian berlanjut ketika dirinya resmi bergabung dengan Chelsea pada tahun 2018. Bersama klub yang ketika itu ditukangi Maurizio Sarri, Giroud sejatinya punya cukup kontribusi untuk diandalkan. Sayangnya, sang pelatih lebih memilih nama Alvaro Morata untuk mengisi lini depan.Â
Dengan kesabaran yang kian menipis, Giroud justru kian menunjukkan performa gemilang. Dia yang ditempatkan sebagai penyerang di kompetisi Liga Europa, berhasil mempersembahkan gelar tersebut untuk Chelsea.Â
Malah, satu hal mencolok lainnya juga berhasil ditunjukkan, seperti saat dirinya berhasil menjadi top skor turnamen dengan torehan 11 gol dari 14 pertandingan yang dimainkan.
Tonggak sejarah ini seharusnya mampu membuat Chelsea mulai mempercayakan tempat utama kepadanya. Namun apa yang terjadi selanjutnya?Â
Siklus malang Giroud kembali terulang. Chelsea justru menaruh perhatian kepada Eden Hazard yang berhasil mempersembahkan gelar Europa League di musim terakhirnya.Â
Di musim berikutnya, Giroud juga sejatinya memiliki peluang untuk dimainkan. Larangan transfer yang diterima Chelsea membuat Frank Lampard yang ditunjuk sebagai pelatih tidak bisa bergerak bebas untuk mengumpulkan pemain idaman.Â